4-Jenguk

10 5 0
                                    

"Lo yakin mo jenguk dia?" Mobil jazz milik Bella terparkir di area parkiran rumah sakit.

"Hm." Vennelica menunduk sesaat, dia menarik nafas dan mengangguk pasti.

"Padahal kalian baru ketemu, dan gue inget banget lo lari pas pertama kali liat Gavin. Sebenarnya ada apa sih antara lo berdua?" raut wajah yang duduk di kursi kemudi mengerut penasaran.

"kalian saling kenal?"

Ini yang dia takutkan, akhirnya Bella bertanya.

Vennelica menggeleng, jawaban yang tepat belum terbesit di pikiran. Bukan saatnya menjelaskan pada Bella, versi lengkap cerita masa lalunya.

"Mulai lagi deh bengong-bengong bego nya, jawab gue. ca" Bella mendesak.

"Sebenernya waktu itu ..."

Bella memiringkan kepala, menanti jawaban, sementara cewek disampingnya berpikir keras untuk mencari white lies karena Bella tidak ada sangkut pautnya dengan masalah ini.

"Gue tiba-tiba kabur, karena sepintas wajahnya Gavin sama kayak cowok yang rundungin gue pas smp." ungkap Vennelica, dengan harapan Bella akan percaya.

Bella justru menatap iba, tidak menyangka kalau Vennelica masih serapuh ini soal masa lalunya. Di lain sisi gadis yang memegangi paper bag jutrsu merasa bersalah telah membohongi sahabatnya.

"tenang ca, cuman mirip doang. Yuk masuk, gue temenin."

Keluar dari mobil mereka lantas memasuki lobby rumah sakit dan berakhir di depan pintu UGD, dengan tangan gemetar ragu sama seperti waktu itu.

Bella memegangi bahu Vennelica untuk menenangkan. Perlahan dengan mengumpulkan nyali dia memutuskan membuka pintu UGD.

Seketika itu juga matanya dan netra abu milik Gavin bertemu.

"Luk—"

"Vennelica, aku Vennelica. Terakhir kamu nggak sadar jadi aku nggak ada momen untuk kenalin diri." Bibirnya bergetar dengan mimik wajah gugup. Hampir saja, Gavin memanggil dengan nama sebutan itu di depan Bella.

Mata Gavin lantas memandangi gadis itu tak tega, dia tahu apa yang sedang ''Luka' coba lakukan.

"Oh halo Vennelica." Senyumanya kikuk.

"Gue Bella, temen nya Vennelica." Bella memperkenalkan diri tampa ada yang bertanya, dengan nada menyapa terdengar dingin.

"Aku bawain sup dan makanan buat kamu, anggaplah ini ucapan terima kasih untuk waktu itu."

Bella mengernyit

Aku, Kamu? Aneh, jarang mendengar Vennelica menggunakan 'Aku'.

"Bu, buat gue?"

Ini sungguhan? Gavin berfikir sejenak, Luka membuatkan sup untuknya? Untuk Gavin? Di mimpinya Luka justru berusaha membunuh Gavin dengan mencabut infus dan menutup wajah Gavin dengan bantal, itu yang dia ekspetasikan terjadi.

Apa ...

Ini pertanda? Pertanda kalau Luka mulai membuka hati untuk sekedar memafkanya saja. Hal yang sudah lebih dari cukup dan pasti akan membuat Gavin hidup lebih tenang.

"Aku kesini cuman mau ngomong makasih udah nolongin waktu itu, dan ..."

Vennelica menatapnya dengan sorot tak bersahabat.

"Tolong jangan libatin diri kamu di kehidupan orang lain, apalagi kita nggak kenal. Kalau mungkin kamu nggak ngejar, kejadian ini nggak akan terjadi." Terangnya dengan tidak ramah, memupuskan harapan Gavin yang tentu saja sudah cowok itu duga. Tidak akan semudah itu menghapus kebencian yang dipendam lama pada manusia.

"Asal lo tau, Vennelica kira lo itu orang yang punya masalah sama dia dulu, kalian mirip jadi dia lari. Tapi masalahnya, kenapa lo justru ngejer cewek yang ketakutan?" timpal Bella membuat Gavin kembali membisu.

Jadi ... Itu skenario yang Luka ceritakan pada sahabatnya? Ruangan menghening sesaat, Gavin pun memutuskan membuka suara, ikut dalam arus skenario yang tercipta.

"Gue reflek aja, maaf ya, dan makasih udah mau bawain gue makanan."

"Aku yang harusnya minta maaf. Kata dokter kamu juga butuh gips buat tangan kiri kamu, jadi ini sekalian." Vennelica menaruh dua paper bag di nakas samping brangkar milik Gavin.

"Aku pamit."

Gavin sulit berekspresi, bibirnya rapat, ingin mengucapkan sesuatu tapi serba salah.

Bertemu dengan Luka adalah kesempatan bagaikan satu banding seribu, dan akhirnya, gadis itu muncul dihadapanya. Ini seperti keajaiban dan bukan kebetulan. Gavin tau, ini cukup cepat bagi mereka,

Tapi kesempatan tidak datang dua kali, Gavin tidak akan melewatkan kesempatan untuk sekiranya bisa memperbaiki kembali serpihan hati kecil Luka yang dibuatnya hancur di masa lalu.


***

Dalam perjalanan menyusuri lorong rumah sakit, dari arah berlawanan mata Bella dapat mengenali dua sosok yang sedang berjalan ke arah mereka.

"Ca, lo liat dua orang yang lagi kesini sebelah kanan. Yang cewek temenya Gavin which is gue gedek banget sama tuh orang dan yang cowok itu sepupunya." Bisik Bella pada Vennelica.

Dia jelas tidak mengenali kedua orang itu, tapi tunggu ...

KAI!!

Itu Kai! Dia mengenal Kai walau dulunya hanya beberapa kali bertemu saja.

Vennelica gelagapan mencari tempat duduk, dengan panik dia menciptakan alasan kepalanya pening dan ingin duduk sebentar, menghindari Kai yang mungkin saja mengenalinya.

Apes, tanpa sengaja mereka justru saling bertemu tatap, membuat Vennelica yang baru saja menunduk menjadi semakin panik.

Walaupun dia asing di mata Kai, tapi mereka pernah bertemu saat Vennelica bermasalah dengan Gavin, dan cowok itu yang beberapa kali menghentikan perbuatan brutal sepupunya.

Kai tampak hanya menatap sebentar, dan membuang tatapanya kemudian lanjut berjalan.

"Lo kenapa ca? Pusing? Kita cari air minum dulu deh." Tawar Bella yang hanya dibalas gelengan singkat. Bella jadinya tidak terlalu memperhatikan gadis yang dibilangnya.

Kai dan gadis itu melewati mereka tanpa sadar ada Bella dan Vennelica disana.

"Nggak, udah ilang yuk jalan lagi." ajak Vennelica dengan ekspresi tergesa.

"yaudah cepetan, gue juga ogah kalau sampe tu cewek tau gue ada disini." walau sedikit curiga ada yang aneh, Bella mengiyakan.

Kembali berjalan, sambil sesekali Vennelica mencoba melihat ke-arah belakang untuk mencuri pandang.

"Bell, lo kenal mereka dari mana?"

"Taulah kan satu sekolah ama kita."

"HIIK!"

Tiba-tiba saja cegukan, dia mendekap bibir sambil mematung shock.

Apalagi ini??!
Rutuk gadis itu dalam hati.

"Tapi si Kai udah lulus tahun ini."

Seketika wajahnya langsung melemas lega, tidak tahu harus bagaimana kalau sampai bertemu dua pria itu sekaligus. Semuanya bisa kacau.

"Ca, lo kayaknya sakit beneran deh. Dari tadi nggak jelas banget."

***


Temen-temen aku ada Revisi nama sekolah ya, kalau kalian nemu nama sekolah yang belum diganti yaitu trisatya, tolong di komen

STAR AROUND SCARSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang