14. Masa lalu Luka?

2 1 0
                                    

"Kita nggak ngapa-ngapain bu, mungkin karna bawaanya takut kena hukuman jadi kita sembunyi." bela-nya dengan suara segan.

Cowok di sampingnya hanya diam dan mengangguk.

"Apa bener itu Gavin? Ini pertama kalinya Ibu liat kamu pacaran!" Si ibu yang tahu betul citra siswa di depanya terkejut ketika mendapati si murid primadona berduaan dengan siswi baru.

"Bu kita tadi nggak ngapa-ngapain, maaf sebelumnya, cuman karena Ibu masuk terus marah-marah kita juga ketakutan jadi sembunyi, pas waktu itu ada Vennelica sama saya." jelas Gavin mencoba meluluhkan wajah garang Ibu siti

"iya bu, temen aja bukan." desisnya dengan kilat mata jutek.

"Ibu tanya nya sama Gavin, bukan kamu!" Bu siti kembali menyanggah.

"Sekali lagi ibu kedapatan kalian berduaan, Ibu panggil orang tua kalian."

Nggak bakal sahut Vennelica dalam batin.

                                                                                      ***

Mulai dari sejam yang lalu bibir merah jambu itu bergerak komat kamit tidak jelas, entah ingin marah atau menyinggung, tapi kedua orang yang dikira pacaran itu justru berakhir dihukum membersihkan ruangan musik berdua saja. Bu Siti yang tadinya mengawasi baru saja meninggalkan penjagaanya karna haus.

"Sama aja boong, ujung-ujungnya dihukum sama lo." Protes gadis dengan rambut yang diikat sambil mengerakan tungkai tangan lentiknya membersihkan kaca lemari yang berisi trophy.

Ruangan yang barang-barangnya masih tertata rapi, tepat seperti namanya, berbagai alat musik ada di dalam ruangan ini, mulai dari yang baru dan masih terbungkus plastik sampai yang sudah usang diselimuti debu.

Gavin yang mendengar ocehan Vennelica hanya menunjukan senyuman anteng. Kelereng kelabu matanya yang terarah pada sapu sekarang melekat pada Vennelica, hendak mengajukan pertanyaan yang selama ini menganjal di pikiranya.

"Ca."

Yang dipanggil menoleh, menatap lurus ke-arah dua pasang kelabu yang bertemu pandang dengan manik beningnya, seolah ingin bertanya.

"Gue boleh nanya nggak?"

Vennelica acuh, kembali menggerakan tangan. "nanya, ya tinggal tanya."

"eum.. Kenapa dulu lo kenalin diri sebagai Luka?" Gavin bertanya dengan nada hati-hati.

Diam sejenak, gadis itu berhenti. Apakah dia siap untuk ini? Rasa sakit dari nama itu masih teringat jelas, sebagaimana dia menamai diri sendiri dengan sebutan itu, Vennelica justru harus menerima nasib se-kelam nama panggilan yang dia gunakan.

"Bukan urusan lo."

Gavin meringis pelan, jawaban yang sudah dia duga.

"Nanya aja, kalo emang nggak mau cerita nggak-papa juga." senyuman tipis seperti biasa terbentuk.

Vennelica kembali melihat Gavin dengan wajah lempeng, dia lantas menarik nafas, justru merasa terdorong menceritakan sesuatu di balik nama itu, toh semua ada di hari lalu, tidak ada yang dapat berubah disana, tapi karena semua kepahitan itu membuat dia datang dan berdiri sebagai entitas yang berbeda.

Tidak ambil pusing, Vennelica memutuskan megutarakan kebenaran.

"Gue suruh kalian panggil gue luka karena pengen dapet simpati aja. Gue dulu sakit-sakitan kan? Lemah,manja dan nggak berguna. Sampe lo semua nindas gue karena emang gue penuh Luka. Nama itu gue pakai buat ingetin diri sendiri kalo gue emang serendah itu, dan gue emang nggak layak  bahagia." Vennelica berdecih ringan.

STAR AROUND SCARSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang