5. Mereka

12 5 0
                                    

"Hari ini jajananya banyak, itunganya rayain pindahan lo berdua."

Mereka duduk berhadapan, ditemani gorengan, roti dan bekal yang terlihat mengenyangkan.

"Tumben lo baik." Vennelica mengedipkan sebelah mata, dibalas decakan dari Bella.

"Nggak tahu diri lo emang." ungkapnya tidak terima.

"Kalian temen lama ya?" Nathalie yang duluan mengunyah bertanya.

"Ia dari Smp, soalnya dulu Vennelica itu nggak punya—" Dia tersadar, sontak menatap Vennelica, hampir saja keceplosan.

Vennelica tersenyum, dia melipat kedua tangan di meja dan menatap Nathalie. "Nath, gue akan ceritain awal kenapa gue bisa ketemu Bella, walaupun ini sensitif karena ada sangkut pautnya sama masa lalu. Tapi promise me, lo mau dengerin, dan mau rahasiain."

Nathalie mengangguk.

Vennelica perlahan menceritakan apa yang dia alami dulu, hari-hari penuh perundungan, dan juga selalu dihantui rasa tidak cukup, rasa tidak berguna, sampai-sampai niat bunuh diri selalu membujuknya ketika matanya terbuka di pagi hari.

Mendengar cerita hidup Vennelica, perlahan mata Nathalie berkaca dia juga terharu bagaimana Bella yang bagaikan malaikat penolong hadir untuk membantunya, menjadi pahlawan dan sahabat yang menerima Vennelica saat dia ditolak.

"Tapi semua perlahan membaik sekarang, gue nggak rasa kesepian lagi, nggak dikuclin, udah nggak ada yang rundung gue karena auto-imun gue, gue juga belajar jadi cantik bukan cuman di luar, tapi dari dalam juga, walau bayangan-bayangan masa lalu berat untuk dilupain. Ya bisa dibilang Bella itu temen glowup gue." Simpul manis di wajahnya menunjukan keikhlasan.

Nathalie menghampiri Vennelica dan memberikan pelukan hangat, ternyata apa yang dirinya lalui selama ini tidak seberapa kalau dibandingkan dengan perjuangan Vennelica, walaupun rasa sakitnya berbeda.

"Makasih ya ca udah mau nge-share semuanya, walau kita baru ketemu. Tapi kamu kuat banget." Nathalie terenyuh.

"Yup, sebagai perempuan kita harus berjuang, dan ingat kita nggak berjuang sendiri." Bella menambahkan, dia memegang bahu Nathalie dan Vennelica, menyalurkan motivasi postitif untuk keduanya.

"Mulai sekarang, kita harus percaya sama diri sendiri, dan jangan takut sama masalah." Cetus Vennelica.

"Vennelica, ada yang cariin kamu."

Ditengah pembicaraan mereka, salah satu siswa yang baru masuk kelas memanggil.

Dia menoleh, mendapati Gavin berdiri di ambang pintu dengan senyuman sendu. Yang dicari berdiri, dia berjalan melewati Gavin dan berucap,

"Ikut."

***

"Aku nggak mau kelas tau kita saling kenal. Ada apa?" seperti biasa nadanya terdengar dingin.

Vennelica membawa Gavin di depan tangga, tempat dimana tidak terlalu banyak orang berlalu lalang, mereka tidak berdekatan, ada ruang yang tercipta diantara keduanya.

"Ini gue cuman mau kembaliin tempat makan." Gavin menyerahkan tempat makan waktu itu.

Vennelica menatapnya sebentar. Bukanya cowok tidak terlalu mempedulikan hal-hal kecil?

Tapi tetap saja, kehadiran Gavin di dekatnya masih membuat Vennelica risih.

"Gue juga mau ngucapin makasih, supnya bikin seger, jadi ... Gue beliin lo tiramisu. Semoga suk—""

"TIRAMISU?!" nadanya tiba-tiba berubah antusias, Melihat reaksi itu Gavin terkekeh kecil. "Semoga suka."

Sadar sekrup terlepas karna ditawari dessert favorit, Vennelica kembali ke mode sok-cool.

STAR AROUND SCARSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang