9. Peduli

8 4 0
                                    

Sejak kejadian saling minta maaf absurd di atas gedung sekolah, Gavin terlihat kikuk ketika berada di dekat Vennelica. Dia berusaha untuk tersenyum dan menyapa, tapi respon cewek itu hanya cuek bebek.

Di kantin, koridor, perpustakaan, dimana pun itu ketika bertemu dengan Gavin walaupun masih berjarak jauh di depan mata, Vennelica langsung balik kanan dan menjauh, tingkahnya yang aneh membuat Nathalie dan Bella curiga.

Hari ini di arah berlawanan, Vennelica memasang wajah suntuk. Kelas Kimia mereka digabung dengan kelas cowok yang ketampananya begitu menonjol.

One and only Gavin

Kenapa sih nih cowok nongol mulu.
Sungut gadis yang mengikat rambutnya tinggi dalam batin.

"Ah mapel paling bikin ngantuk." Bella mencibir sambil mencari tempat duduk, dibalas tawa kecil dari Nathalie dengan wajah riang karena ini mata pelajaran kesukaanya.

"Ck, kenapa sih kita harus gabung kelas?" dari gesturnya, Vennelica nampak tidak nyaman.

Guru dengan baju lab putih mengambil atensi. "Oke perhatian semua, jadi kelas hari ini kita gabung dan akan berkelompok. Sistemnya campur, jadi nggak ada yang sekelas tok dalam satu kelompok."

Rahang Vennelica perlahan jatuh, menganga tak percaya. Ini adalah momen nyata jatuh keseleo, benjol tertimpa tangga.

Guru botak itu menunjukan slide berisi anggota-anggota kelompok, dengan was-was Vennelica serius memperhatikan.

Semuanya berpindah mencari anggota kelompok mereka masing-masing.

Dan Vennelica?

Vennelica duduk dengan muka memucat masih ingin lari dari hari sialnya. Ketika Bella dan Nathalie sekelompok, melambai-lambaikan tangan dari jauh sementara dirinya justru diapit oleh Gavin dan cowok hebring yang membuat energi Vennelica terkuras drastis. Elang.

"Hai." Gavin menyapa, senyuman yang tidak hampir setengah menjadi balasan gadis yang duduk di sampingnya.

Mata sayu itu memandangi anggota kelompoknya yang lain, yang terdiam cengo saling tatap menatap.

Vennelica tidak tahu sesuatu yang langka baru saja terjadi. Gavin si cowok es bermata galak yang dikenal dengan sifat angkuh dan dingin, baru saja menyapa seseorang dengan senyuman sambil menunjukan gigi putihnya yang tersusun rapi.

"Gav are you ok?" Elang menghampirinya dan sontak menempelkan punggung tangan di pelipis cowok itu.

"Apaan sih, jangan pegang-pegang gue." Tepis Gavin dingin.

"Sehat kok, masih sarkas mulutnya. Tapi ..." Elang kembali duduk, dia menatap Gavin dan Vennelica bergantian.

Beberapa detik cowok itu menganalisa

"I see." Elang memicingkan mata, tidak heran, Vennelica memang cantik, dia si gadis yang menjadi perbincangaan sekolah sehari sesudah masuk dan berstatus sebagai murid baru.

Elang mengulurkan tangan mengajak Vennelica bersalaman.

"Gue Elang, lo murid baru kan?"  

"Hm, Vennelica."

Beberapa dari mereka menyapa Vennelica dan memperkenalkan diri.

Elang melanjutkan celotehanya. "Selamat Vennelica, lo cewek pertama yang disenyumin cowok kaku, Gavin Argantara setelah sekian purnama. Eh salah deng sekian gerhana maksudnya, soalnya senyum pake gigi si Gavin sama langkanya kayak nungguin gerhana. Sekali seabad."

Gavin menatap Elang dengan tatapan membunuhnya.

"Gue cuman mastiin murid baru nggak risih sama kelompok kita karena lo." Tohok Gavin, cowok itu kembali fokus dengan cacatan buku miliknya.

"Oke kalo gitu."

                                                                                      ***

Elang semakin penasaran, matanya tidak terlepas dari Gavin dan murid baru di sampingnya. Cantik, putih, tinggi dan mempesona, tidak heran namanya booming satu sekolahan. Tapi begitu banyak gadis cantik seperti Vennelica yang bahkan tak segan di tampar Gavin karena mencoba mendekati nya.

Apa yang special ya dari cewek ini? Sapaan Gavin adalah hal langka, selangka menu baru dari bittersweeat, seolah hanya untuk Vennelica.

Elang menyeringai licik, bukan Elang kalau otaknya tidak dipenuhi kejahilan. Di saat semua sibuk dengan catatan mereka, Elang mengambil air mineral dan menuangnya di tempat kaca kosong untuk larutan kimia yang dia sendiri tidak tahu namanya.
(Gelas erlenmeyer)

"Vennelica permisi dong."

suara Elang mengalikan fokusnya, dia berbalik dan justru menyambar tangan cowok itu membuat larutan yang dipegang Elang tumpah di tanganya, ingin membuat suasana tambah heboh, Elang sengaja menjatuhkan botol kaca itu ke lantai.

Dinda yang sekelompok, sontak teriak dengan suara toanya membuat kaget seisi kelas dan langsung menujukan perhatian pada mereka.

"Itu kan larutan yang bikin Iritasi bego!" Dinda meneriaki Elang karena kecerobohanya.

"Lang lo gimana sih?!" Gavin seketika ikut marah dengan nada meninggi.

Semua semakin jelas di mata Elang.

"Sini,boleh gue liat nggak?" Gavin meraih tangan Vennelica perlahan, dengan hati-hati membulak-balikan tangan cewek itu.

Vennelica menoba menarik tanganya, tapi cengkraman Gavin begitu kuat, dia masih fokus memperhatikan tangan lentik itu.

"Ini kenapa?" guru mereka datang mendekat ke-arah kerumunan.

"Ini Pak, nih si Elang tumpahin cairan ke tangan Vennelica." Dinda mengadu.

"Elang!! Bulan lalu kamu hampir bikin Lab kita kebakaran, sekarang ada yang luka karena kamu. Lama-lama kita semua bisa celaka karena kamu yang terlalu pecicilan." Guru itu menegur Elang dengan bentakan. Sementara yang dimarahi hanya memasang muka yang dibuat seolah menyesal.

Cowok-cowok kelas yang ingin caper dengan Vennelica langsung ikutan menyalah-nyalahkan Elang atas kecerobohanya.

"Ca lo kenapa?" Bella dan dan Nathalie menerobos panik.

"Gue nggak-papaa." Tekan Vennelica yang justru semakin kesal dengan reaksi berlebihan semua orang.

Nathalie berjongkok dan menyentuh serta mencium larutan itu.
"Ini cuman air kok."

Guru botak juga melakukan hal yang sama, dia mengangguk. "Ya ini cuman air, tapi untuk jaga-jaga, cuci tangan kamu sekarang."

Vennelica mengangguk.

Ditemani Bella dan Nath, Vennelica mengeringkan tanganya di mesin pengering toilet.

"Tangan mulus gini nggak boleh lecet." Bella kembali mengeringkan tangan Vennelica menggunakan tissu

"Udah gue bilang nggak papa." Ujar Vennelica kembali meyakinkan.

"Tapi lain kali kamu juga harus hati-hati Ica, gimana kalau tadi itu larutan berbahaya dan bukan air?" Natahlie mengingatkan, mereka berjalan keluar dari toilet cewek.

"Itu juga sih Elang, emang biang kerok, selalu aja bikin kacau-- HAA!"

Saat hendak berbelok, Gavin dengan wajah datarnya berdiri tepat di depan toilet cewek, membuat ketiga gadis itu terjengkang kaget.

Bella mengusap-usap dada.

"Ini, gue ambil dari Uks." raut wajah dengan mata galak seketika berubah ramah, tanganya terulur menyerahkan salep pada Vennelica, dia kemudian pergi.

Bella melipat tangan di dada, menerka-nerka dengan sikap baik Gavin. "Aneh, tumben banget loh dia care sama seseorang sampe bela-belain kasih medication gini. Gue aja pernah di sambar terus keyboard yang dia tenteng jatuh ke kaki gue sampe bengkak, tapi minta maaf aja enggak."

Bella memiringkan kepala membuat Vennelica semakin resah.

"Itu cowok kenapa sih?"

***

Wait for ur votement

STAR AROUND SCARSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang