Mad

496 73 6
                                    

Hai-hai? Apakabarnya? Semoga baik-baik aja.. Aku baru ngelewatin masa isoman hahahah dan banyak tidur jadi nulispun agaknya aku abaikan sementara.... Tapi semua sudah kembali normal.

Temen-temen jaga kesehatan ya, hati-hati selalu. Yang kerja yang sekolah yang main.. ❤️❤️

Selamat baca ~
--------------------------------------------------------------

Semenjak pesan dari Namjoon tentang umpan itu, Gaeun dan Ryuga tetap berlagak seperti orang asing. Mereka bahkan tidak pernah makan bersama di meja makan. Gaeun berpikir, apa Ryuga setidak ingin itu berteman dengannya minimal? Kenapa harus megabaikannya? Padahal sudah tidur besama, tapi mereka tidak pernah berbicara banyak selain mengenai urusan rumah saja. Apa Gaeun bahkan di anggap di rumah?

Sikapnya yang terkadang mungkin bagi Ryuga biasa saja, tapi menurut Gaeun itu kasar. Jadi tak jarang Gaeun merasa sakit hati dan salah paham oleh Ryuga. Gaeun belum bisa biasa dengan sikapnya. Bahkan sampai sudah sebulan kebelakang mereka tinggal bersama.

Tidak banyak yang berubah dari kesehariannya dari sebelum ia menikah, Gaeun kembali bekerja, dan menjenguk nenek. Yang berubah hanya jalan pulangnya dan memasak untuk dua orang saja di rumah.

Semenjak tinggal bersama, Ryuga juga bertanggung jawab mengantar jemput Gaeun bekerja sekarang. Hari ini juga mereka pulang bersama. Tapi tidak untuk makan bersama. Ryuga tidak pernah terlihat setiap kali Gaeun sedang makan. Entah kemana dia.

Melihat Ryuga selalu membiarkannya makan sendirian di meja makan, membuat Gaeun berpikir Ryuga pasti sering melewati makan malam, jadi Gaeun memutuskan untuk membawakan sepiring nasi untuk Ryuga makan ke ruang kerjanya.

"Ryuga." tangannya mengetok pintu.

"Hm?" terdengar dari dalam.

"Boleh aku masuk?"

"Masuklah."

Gaeun membuka pintu kerja Ryuga dan melihat Ryuga sedang menyesap wiskey di mejanya dengan setumpuk berkas-berkas kerja di samping botol wiskey.

"Aku tidak pernah melihatmu makan, jadi aku membawakan makan untukmu."

Gaeun melihat Ryuga mengambil gelas minuman alkohol. "Kau tidak seharusnya minum alkohol sebelum makan." Sambil tangannya meletakan piring di atas meja.

Ruangan kerja Ryuga di dominasi warna hitam, lampunya juga agak redup. Ryuga lebih suka suasananya yang sedikit gelap. Jadi tidak memasang banyak lampu di sekitar ruangan.

"Pergilah jika sudah selesai." ucap Ryuga tidak sedikitpun menatap Gaeun.

Mendengar nada bicaranya, Gaeun sedikit tidak suka mendengar Ryuga. Ia menahan kesabarannya menghadapi Ryuga yang sangat dingin dan mulai sedikit lebih kasar jika berbicara dengannya.

"Kenapa kau selalu bersikap dingin padaku?"

Gaeun sedikit mendapat keberanian untuk bertanya pada Ryuga. Ryuga bahkan sampai tidak jadi minum dan meletakan kembali gelasnya melihat Gaeun. "Apa aku mengganggumu?" lanjut Gaeun.

Gaeun berusaha tetap tidak terbawa emosi, tidak menaruh penekanan juga pada kalimatnya.

"Kau sedang marah sekarang?" Ryuga menyenderkan punggungnya pada kursi.

"Tidak." jawab Gaeun cepat.

Sebenarnya Gaeun sedikit marah, selama sebulan hidup bersama, Ryuga tidak pernah menunjukan sikap bersahabat, perlu di ingatkan memang kalau pernikahan mereka bukanlah sungguhan, tapi bukankah bersikap baik adalah sikap yang harus di miliki semua manusia?

Tell MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang