07 - Call Me Maybe

861 117 37
                                    

song recommendation -  I Don't Wanna Be Okay Without You by Charlie Burg

"JAEMIN!" Haechan berteriak memanggil nama Jaemin dengan semangat empat lima sambil melambaikan tangannya antusias. Jaemin mengangkat kepalanya yang tertunduk dan mendapati Haechan yang tersenyum lebar padanya, berdiri tak jauh dirinya sambil menggengam name tag kepunyaannya.

Jaemin mengernyit heran melihat Haechan yang terlihat sangat bersemangat dan enerjik, berbanding terbalik dengan Jaemin yang masih tidak rela harus bangun pagi demi kegiatan PKKMB.

Renjun dan Somi berdiri mengapit Haechan hanya bisa meringis menahan malu akibat tingkah laku Haechan yang menarik perhatian para calon maba lainnya. Mau tak mau pun Jaemin bergerak menghampiri mereka bertiga yang berdiri tak jauh dari gerbang pintu masuk kampus.

"Good morning Jaemin!" Haechan merangkul pundak Jaemin akrab, seolah-olah mereka telah mengenal satu sama lain untuk waktu yang lama. Jaemin berjengit kaget, merasa risih dengn tindakan Haechan, namun ia hanya diam, mencoba untuk bersikap biasa saja dengan tersenyum kecil. Jujur ia masih perlu waktu untuk bisa membiasakan diri dengan tingkah laku Haechan.

"Jaemin tadi dianter siapa? Pacar yah?" Jaemin melirik Haechan, merasa aneh dengan pertanyaan yang Haechan tanyakan dengan nada semangat dan mata mengerling usil namun penuh selidik. Rasa-rasanya pertanyaan tersebut cukup personal dan mereka belum sedekat itu.

"Saya gak punya pacar Haechan." Jaemin menjawab dengan formal masih mencoba bersikap ramah, lidahnya juga masih belum terbiasa menggunakan bahasa khas anak muda Jakarta yaitu 'gue' dan 'lu'.

"Loh lu masih jomblo ternyata, sama dong kaya gue hehehe." Haechan mengangguk-angguk ketika mendengar jawaban Jaemin.

"- jadi dianter sama Papa ya tadi?" Haechan lanjut bertanya.

"Enggak, Papaku tinggal di Amerika."

"Oh bukan Papa toh, berarti dianter Abang yah?" Haechan kembali bertanya, masih mencoba mencari tahu jawaban atas rasa penasarannya. Sementara Renjun dan Somi yang mendengar pertanyaan Haechan menjadi bingung sendiri dengan maksud dari pertanyaan sahabatnya yang satu itu.

"Saya gak punya abang Haechan, saya anak tunggal." Jaemin menjawab dengan nada datar.

"Oh gue paham berarti lu anak tunggal kaya raya yang berangkat kampusnya dianter supir dong ya?" Haechan kembali bertanya sambil tersenyum lebar, seakan yakin ia telah menemukan jawaan atas keingintahuannya.

Memori akan kejadian memalukan pertemuan pertama antara Jaehyun dan Jaemin kembali terlintas di benak Jaemin ketika ia mendengar Haechan menyebutkan kata supir. Ia meringis dalam hati mengingat kebodohan dirinya karena menganggap Jaehyun adalah supir yang dikirim oleh Kakeknya.

Dalam hati ia bersyukur karena Jaehyun tidak mempermasalahkan hal tersebut lebih lanjut.

"Well saya gak kaya raya jadi berangkat kampusnya gak dianter pake supir juga. Kenapa memangnya Haechan daritadi kok tanya-tanya terus?" Sekarang gantian Jaemin yang melontarkan pertanyaan pada Haechan.

Sementara itu Haechan terdiam mendengar jawaban dari Jaemin yang ternyata mematahkan kemungkinan yang ia pikir sudah pasti benar. Sebenarnya ia memiliki satu kemungkinan lagi yang sedari tadi ia pikirkan, namun ia masih ragu untuk menyuarakan hal tersebut. Ah sudahlah tidak ada salahnya mencoba, toh ia dan sahabat-sahabatnya bukan tipe orang yang suka menggunjingkan teman di belakang.

Mereka juga hidup di kota metropolitan dan hal seperti itu sudah menjadi hal yang biasa bagi anak muda seusia mereka.

Haechan menarik lengan Jaemin untuk membawa tubuhnya mendekat, sedikit menunduk bermaksud agar percakapan yang akan terjadi diantar mereka tidak bisa didengar oleh para calon maba lain yang berjalan di sekitar mereka. Tanpa dikomando Renjun dan Somi pun membawa tubuh mereka mendekat karena penasaran dengan apa yang akan Haechan katakan.

Daylight  // 2JaeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang