5 | Getting Caught (?)

413 90 4
                                    

Dua hari setelah pemakaman ayahnya, Karina masuk kembali ke sekolah seperti yang dia janjikan. Para siswa dari kelas lain pun berduyun-duyun datang ke kelas kami hanya untuk melihatnya sekilas.

Satu per satu, mereka menyampaikan pesan belasungkawa pada gadis itu. Suara Farhan bahkan bisa terdengar dari gerombolan yang sudah terbentuk di tengah ruangan kelas kami.

"Makasih Rin udah mau masuk lagi, sekolah tanpa kamu itu kayak malam tanpa bulan. Gelap banget"

Aku yang mendengarnya hanya bisa meringis.

Para cowok, khususnya Farhan, berusaha tampil stand out.

Mengambil keuntungan dari gadis yang sedang mengalami suatu musibah mungkin adalah strategi yang sudah biasa. Tapi aku gak tahan melihat perilaku gak terhormat seperti itu.

"Makasih ya udah khawatirin aku"

Tapi Karina menghadapi mereka dengan sopan tanpa merasa terganggu, dia bahkan masih bisa tersenyum. Sekali lagi aku jadi paham kenapa gadis itu begitu populer.

Kebanyakan orang mungkin gak bisa sabar seperti Karina— paling enggak buatku, hanya melihat tingkah mereka saja sudah membuatku kesal.

Segera setelah gerombolan siswa-siswa itu pergi, Karina berdiri dari tempat duduknya, dan mulai berjalan menuju arahku.

"Gak biasanya kamu ke 'area' ini"

"Tapi kamu dateng ke pemakaman ayahku kemarin, kan?" Dia duduk di kursi kosong milik Chelsea, dan tersenyum, "Jadi, makasih udah mau dateng"

"Gak usah bilang makasih. Aku dateng cuma ngewakilin kelas doang"

"Aku serius, entah gimana lihat kamu laid-back kayak biasanya tuh bikin aku rilex"

"Oh, sorry kalo gue cowok yang kurang punya rasa empati" kataku dengan mengangkat bahu, lalu Karina terkekeh, "Aku gak nganggep kamu kayak gitu kok"

"Terus gimana kondisi rumah? Udah mendingan?"

"Banyak yang masih perlu diurus sih, tapi untuk sementara ini, its fine i guess"

"I see, pasti sibuk banget, urusan sekolah juga pasti ngerepotin buat cewek populer kayak kamu"

Karina menggeleng kepalanya, membuat rambutnya bergoyang, "Aku bersyukur banget masih punya temen-temen yang peduliin aku, jadi aku gak ngerasa sendiri"

"Seneng sih seneng, tapi harus ada batesnya dong? Kamu gak ngerasa keganggu sama fans bucin kamu itu?"

"Hehe... mereka lumayan imut kok"

Aku mencoba mencari tahu apa sebenarnya yang dia pikirkan dengan membuatnya gelisah, tapi sikapnya gak berubah sedikit pun.

"Kamu emang 'luar biasa', Rin"

"Aku seneng kamu nganggep aku gitu"

Dia bahkan menerima sarkasku barusan dengan tersenyum.

"—Yogi" dia menyebut namaku tiba-tiba, "Kamu masih inget sama janji yang dulu, kan?"

"Janji?"

Aku gak ingat pernah membuat janji padanya.

"Kalo kamu lagi ada masalah—"

"Ahh, yang itu..."

Aku memang pernah bilang begitu padanya sih.

"Bener, yang itu"

"Oke, kamu bisa minta apapun asal itu masih sesuai kemampuanku"

Janji itu merupakan benih yang aku tabur sendiri. Aku hanya berharap dia gak minta yang macam-macam.

Moonlight 🌙 | Yoshi ft. KarinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang