15 | Rainy Days

341 63 27
                                    

Hujan deras turun secara terus-menerus sejak pagi. Suasananya benar-benar mellow, sama seperti perasaanku terhadapnya yang terombang-ambing dalam keadaan gak menentu.

Terlalu dini disebut cinta, tapi terlalu kuat buat sekedar tertarik.

Untuk pertama kalinya aku diliputi perasaan seperti ini. Tapi, kalau ini merupakan harga yang harus aku bayar untuk mengembalikan hidupku yang damai seperti dulu, maka aku siap menerima konsekuensinya.

Tentu, tanpa diragukan lagi kalau catatan 'Step of Murder' itu bertindak sebagai 'rem' perasaanku padanya.

Aku bukannya gak tertarik dengan gadis menawan seperti Karina, tapi aku juga gak nyaman kalau harus menyimpan sebuah rahasia.

Apalagi, kalau rahasianya tentang sebuah pembunuhan.

Gak mudah memang menerima seseorang yang mungkin sudah membunuh ayah kandungnya sendiri. Bukan hanya karena alasan etika saja, tapi juga secara naluriah; aku takut akan menjadi target dia berikutnya.

Apapun itu, sebenarnya ada satu solusi untuk memecahkan masalah ini :

Singkatnya, aku hanya harus bertanya padanya langsung, apa benar dia sudah membunuh ayahnya atau enggak?

Kalau dia menjawab "Enggak", aku bisa mengabaikan semua asumsi-asumsi yang berlebihan ini, lalu membuang 'kertas' yang sudah kusut itu ke tempat sampah, dan aku bisa hidup dengan tentram. Selesai.

Begitu saja sudah cukup. Tanya lebih dari itu hanya membuatku terlihat tamak. Lagian, sesuatu yang berlebihan itu memang gak baik.

Tapi, bagaimana kalau dia menjawab, "Ya bener, aku yang bunuh ayahku"?

Kalau melihat fakta dari isi 'catatan' itu yang sejalan dengan penyebab kematian ayahnya, siapapun— bahkan kalian yang gak suka berimajinasi seperti aku, pasti juga akan mempertimbangkan hal ini. Dan kalian juga pasti akan sampai pada kesimpulan bahwa 'kertas' itu ditulis dengan tujuan untuk membunuh ayahnya.

Selain itu, adalah hal yang lazim menjadikan si 'penulis' sebagai pembunuhnya, ya kan?

Aku menjatuhkan pandanganku ke arah bahuku sendiri. Tepat di depan mata dan hidungku, ada seikat rambut hitam yang membentuk lengkungan yang elegan.

Seperti menaiki roller-coaster, ada setetes air meluncur pada rambut yang halus itu, sampai ke ujung, dan akhinya melompat ke langit yang sudah berwarna gelap.

Aku kehilangan hati kecilku saat menganalogikan takdir hidupku dengan momen-momen terakhir dari tetesan air yang baru saja menghilang.

Mungkin karna menyadari tatapanku, "Mmh?" Karina memiringkan kepalanya sedikit, sambil menampilkan senyuman bulan sabitnya yang sudah sering dia perlihatkan.

"Aku geser dikit boleh, kan? Biar aku gak basah"

Lalu dengan senangnya, dia meringkuk padaku seolah-olah kami adalah sepasang kekasih. Sebagai akibatnya, dadanya yang terasa lembut itu menyenggol lenganku.

Devil that she was, she must have been enjoy seducing me.

Ya mau bagaimana lagi, aku gak bisa berbuat apa-apa. Hujan sedang deras-derasnya dan aku hanya punya satu payung. Dengan demikian, jarak antara kami pun lebih pendek dari biasanya.

Moonlight 🌙 | Yoshi ft. KarinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang