20 | When The Snakes Start to Sing

327 59 17
                                    

Begitu Karina muncul di sekolah setelah absen panjangnya, semua orang berusaha untuk berada di dekatnya. Dan dalam waktu yang singkat, sudah terbentuk dinding manusia yang mengelilinginya dari segala arah.

"Kak, Karin baik-baik aja kan? Apa gak capek? Jangan ragu ngasih tau kalo ada yang bisa kita bantu, ya?"

"Makasih, Chel. Aku udah enakan sekarang kok karna udah lihat wajah imut kamu..." dia memberikan senyum khasnya sambil membelai pipi Chelsea dengan lembut, sedangkan Chelsea sendiri masih menatapnya dengan cemas.

Karina lalu melihat orang-orang di sekitarnya, "Makasih ya buat semuanya. Banyak banget dari kalian yang udah khawatir. Beneran beruntung banget aku punya temen sekelas kayak kalian"

Karina menutup matanya dengan lembut, tanpa merusak senyumnya, sambil dia meletakkan tangan pada dadanya yang bulat.

Terpesona oleh emosi mendalam yang Karina tunjukkan, siswa lainnya pun menunjukkan ekspresi lemah lembut, dan mengangguk secara bersamaan.

Aku hampir tertawa saat melihat Farhan and the boys juga ada diantara gerombolan itu, menunjukkan ekspresi bersungguh-sungguh yang sama sekali gak cocok dengan mereka.

Awalnya, mereka semua mungkin ingin menjadi orang-orang menghibur Karina yang saat ini tengah berduka. Tapi yang terjadi malah sebaliknya.

Andaikan saja ada seseorang yang mengabadikan scene barusan dengan sebuah foto dan bilang padaku kalo orang lain lah yang sedang mengalami musibah, aku pasti langsung percaya. Karena Karina memang gak terlihat bersedih di sini, justru teman-temannya yang terharu oleh kehadiran gadis itu setelah lama absen.

Dengan kata lain, walaupun gak ada orang yang mengkhawatirkannya, Karina masih bisa terlihat 'baik-baik saja'.

Dan saat dia berada di tengah-tengah massa seperti sekarang ini, kalian bisa dengan mudah melihat 'kemampuan asli' gadis itu.

Meskipun semua orang berusia sama dan mengenakan seragam yang gak berbeda— di tengah-tengah kesetaraan itu, dia terlihat begitu mencolok. Dia bersinar layaknya rembulan di malam yang gelap: magnificently and full of elegance.

Karena gak ada cara untuk melewati benteng manusia yang mengelilinginya, aku terdegradasi ke posisi belakang seperti 'rakyat jelata' yang hanya bisa melihat si putri cantik dari kejauhan.

Tapi kemudian, tatapan mata kami pun bertemu.

Aku gak menyangkal kalau sorot matanya penuh dengan permohonan untuk ditolong, tapi aku gak sanggup meraihnya saat ini.

Aku kelihatan bodoh kalau salah. Tapi di sisi lain, aku bukanlah seseorang yang rela membakar sedikit kalori demi melakukan hal yang merepotkan, karena aku sama sekali gak mempunyai bakat menjadi 'a knight in shining armor'.

Makanya, aku memalingkan pandanganku dari gerombolan manusia itu, dan berpikir untuk memainkan peran 'rakyat jelata' ini saja dulu.

🌒🌓🌔🌕🌖🌗🌘

Bahkan selama istirahat berlangsung pun, situasinya tetap gak berubah.

Gak butuh waktu lama untuk menyadari kalau aku gak bisa mengobrol dengannya di sekolah untuk sementara waktu, sehingga aku pun memilih untuk menghabiskan jam istirahat di kelas yang tenang, dan jauh dari kebisingan.

Karina pun beraksi dengan cepat terhadap aku yang menjauhi keramaian. Dia mulai menulis pesan pada selembar kertas binder yang sudah disobek kecil-kecil, dan mengirimkannya padaku beberapa kali, karena gak bisa mengobrol denganku secara langsung. Tapi untuk mencegah orang lain melihatnya, dia memberikan kertas itu saat kami berpapasan tanpa menoleh ke arahku.

Moonlight 🌙 | Yoshi ft. KarinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang