12 | Devilish Scheme

364 77 11
                                    

*Di ruang karyawan setelah kafe tutup.

"Bisa gak, anterin aku pulang?" pinta Karina setelah berganti pakaiannya.

"Anter... kamu... pulang?" aku mengulangi kata-katanya lagi seperti burung beo.

"Soalnya aku selalu dapet perasaan gak enak tiap kali pulang sendirian"

Dia menyilangkan tangannya, gemetar.

"Mungkin parno doang kali?" aku ingin mengatakan seperti itu awalnya, tapi aku mempertimbangkan ucapannya lagi karena firasatnya bisa saja benar.

Lagi pula, tanpa diragukan lagi kalau gadis menawan seperti Karina memang menarik perhatian banyak orang. Aku pun menyarankan, "Kalo gitu kamu lapor polisi aja, jangan aku"

"Huuu... dasar penakut! Jadi cowok yang beneran dikit dong, elah! Ada yang minta tolong malah kabur!"

Mbak Sheila rupanya menguping obrolan kami dari tadi. Staf lain yang berada di dekatnya pun terkejut, dan mencoba melihat apa yang sedang terjadi.

"Bukannya sombong atau gimana-gimana, tapi gue gak pede kalo ngomongin soal kekuatan. Kalo nanti beneran diserang sama stalker, palingan gue cuman bisa pasrah dipukulin"

"Kalo emang cowok, harusnya lo bisa ngelawan balik dong, meski harus korbanin nyawa sekalipun!"

"Kalo ngebahas tentang jadi bodyguard, mbak kayaknya lebih cocok deh dari gue"

"Bego! Gue gini gini juga cewek, tau?! Gue juga butuh dilindungi!"

Aku mengangkat bahuku tinggi-tinggi sembari melihat wajah para staf yang lain. Walau setuju dengan ucapanku barusan, mereka hanya bisa tersenyum kecut karena takut padanya.

"Hehh... lucu emang..." gumamku.

"Hmm? Apa? Lo gak setuju sama gue?"

Mbak Sheila mendekatkan wajahnya padaku dengan mata melotot.

"Mbak, gapapa deh. Kalo Yogi emang gak mau, ya... mau gimana lagi. Aku pulang sendirian aja" kata Karina pelan dan berjalan lesu menuju pintu.

Dan tepat sebelum menutup pintunya—

"................Hhaaaaah..."

—Dia mengeluarkan suara desahan yang cukup terdengar di seluruh ruang karyawan.

Semua orang langsung menoleh ke arahku, masing-masing dengan tatapan jijik.

"Udah sana, Gi, anterin dia pulang" ucap pak Alfin pada akhirnya, memihak Karina seperti yang lain.

Kalah jumlah, aku terlihat seperti karakter antagonis.

"Ya, ya, paham. Aku anterin dia pulang, oke?" aku mengerang dan berjalan keluar dari ruangan yang sudah gak nyaman itu, lalu mengejar Karina.

Yang mengejutkan, aku bisa langsung menyusulnya setelah pergi keluar. Gadis itu bersandar pada tiang listrik di dekat kafe, menunggu di bawah lampu jalanan.

"Aku tahu kamu pasti dateng"

Dia melihatku dan tersenyum— seperti mau bilang kalau yang aku lakukan ini sudah sesuai prediksinya.

Aku menatap langit, menahan emosi yang sudah mendidih.

"That's not fair"

"Maksudnya?"

"Kamu rencanain apa?"

"Sebagai cewek, aku takut kalo pulang sendirian, apalagi kalo malem-malem begini"

"Ya kenapa kamu gak telpon sama mamamu aja minta jemput, atau minta dianter sama staf yang lain, atau bisa juga hubungin polisi. Banyak opsi yang lain, tapi kenapa aku?"

Moonlight 🌙 | Yoshi ft. KarinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang