17 | Fallen Angel

293 61 1
                                    

Saat aku pergi ke sekolah pada esok harinya— sambil berjuang keras melawan rasa kantuk, Karina gak terlihat di sisi kelas manapun.

Tentu saja, gak ada satu orang pun di kelas yang gak menyadari kalau dia absen.

Chelsea dari tadi melirikku sejak aku memasuki kelas, mungkin dia ingin bertanya padaku tentang Karina yang belum datang padahal bel masuk sudah berbunyi.

Ragu-ragu begitu bukan seperti Chelsea yang biasanya. Apa mungkin dia merasa canggung karena sudah mengungkapkan perasaannya padaku kapan hari?

Aku hanya bisa membayangkan bagaimana Chelsea menggeliat dan berguling-guling di tempat tidurnya seperti cacing karena sudah confessed padaku.

Tiba-tiba saja tatapan mata kami bertemu. Dia segera menundukkan kepalanya, dan aku bisa melihat sebagian daun telinganya yang gak tertutup rambut, berwarna merah merona.

Rupanya, tebakanku benar.

"Kenapa, Chel?"

"...Eh! A-Apa? Hmm... Apa kenapa, ya?"

"Bukannya lo pengen ngomong sesuatu ke gue?"

"E-Enggak! Gue gak pengen ngomong apa-apa kok. Belum! Gue belum siap ngedengernya!"

"Oh, gitu toh" sambil mendesah dalam hati, aku membantunya untuk tenang dengan mengajukan pertanyaan ringan,

"Apa lo gak pengen nanya-nanya tentang Karina ke gue?"

"Aah... jadi itu maksud lo..." desah Chelsea dengan kelegaan yang begitu ketara. "Hmm, bener juga, kenapa kak Karin belum dateng, ya?"

Chelsea duduk di bangkunya tepat di sebelahku, memiringkan kepala ke sana-kemari seperti seekor hamster mencari biji kuwaci.

"Gak tau. Mungkin dia sakit gara-gara hujan kemaren?" aku menjawabnya dengan ambigu.

Baik Karina maupun polisi gak melarangku untuk membicarakan tentang mamanya yang menghilang. Tapi aku gak berniat bilang apapun pada orang-orang mengenai hal itu.

Aku sadar kalau hal ini gak sesuai dengan sifatku. Biasanya aku gak pernah bersimpati padanya, tapi setelah melihat wajah sedih Karina tadi malam, aku pun gak bisa berbuat banyak.

Selain itu, kalau aku cerita tentang kejadian tadi malam, nanti orang lain akan curiga padaku dan bertanya dari mana aku tahu peristiwa itu. Farhan dan Chelsea jelas akan sadar kalau semalam aku berada di rumah Karina.

Hanya membayangkan itu saja, sudah membuatku pusing. Aku berharap gak mendapatkan masalah lagi hari ini.

"Apa gue datengin rumah kak Karin aja, ya?"

Aku berdesah pelan dan bertanya dengan nada menegur, "Ekskul voli lo gimana terus?"

"Um..."

"Jangan bolos, apalagi tim lo udah masuk perempat final, kan?"

"...Gue tahu kalo lo bakal bilang kayak gitu..." Chelsea membersihkan bibirnya, sembari merobohkan diri di mejanya.

"Gue cuman bilang kalo dia mungkin aja cuman demam. Gak tau sih... lo bisa telpon dia kalo absen lagi besok"

Sepertinya aku gak punya pilihan selain menghubungi Karina, dan terpaksa memintanya mengaku kalau dia sedang sedang demam.

Astaga, ternyata gak mudah ya berbohong.

Tapi kelelahanku terasa sedikit berkurang saat aku melihat senyum Chelsea. Dia pun mengangguk dengan patuh, sembari menempelkan pipi tembemnya di meja.

"Mm, oke..."

Moonlight 🌙 | Yoshi ft. KarinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang