25 | You're Not Alone [End]

533 71 22
                                    

Tatapanku terpaku pada angka yang ditunjukkan oleh tiang jam di belakangnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tatapanku terpaku pada angka yang ditunjukkan oleh tiang jam di belakangnya.

"Udah lewat jam 12"

Saat aku berbisik begitu, dia mengibaskan bagian gaunnya dengan ayunan yang begitu kuat. Rupanya beberapa menit sudah berlalu sejak tengah malam tiba.

"Duh, jadi kelewatan kan!"

Dan sesuatu yang langka terjadi: saat ini Karina menunjukkan sebuah ekspresi kecewa.

"Actually, today is my birthday! Aku udah rencanain ini itu kalo jamnya nunjukkin jam—"

"Happy birthday" aku mengatakan itu sebelum dia mengocehkan hal-hal yang merepotkan.

Setelah dia mengatur ekspresi wajah, rambut dan gaunnya, dia kemudian berbalik ke arahku dengan tersenyum, "Gi, jadi sekarang kan hari ulang tahun aku—"

"Aku udah bilang happy birthday. Kamu gak dengerin?"

"Dengerin kok, makanya aku pengen bilang makasih. Tapi aku lebih suka kalo itu bukan cuman kata-kata, tapi—"

"Enggak"

"Kan aku belum selesai ngomongnya. Kamu harus dengerin sampe selesai dong, ihh..."

"Aku gak suka dengerin sesuatu yang gak ada manfaatnya"

"Don't worry! Aku gak minta hadiah yang mahal, ini cuman kenang-kenangan doang kok" katanya, lalu dia mengambil ponsel dari gaunnya, kemudian mendorongnya ke depan hidungku, "Aku pengen selca bareng"

"Kamu udah tau kan kalo aku gak suka difoto?"

"Kamu gak suka difoto?"

Dia pura-pura bodoh. Chelsea pernah sekali meminta fotoku di kafe dan gak mungkin Karina gak tahu tentang itu.

"Please, aku gak bakal minta yang macem-macem kalo kamu ngabulin ini. Cuman sekali setahun, Gi, so pleaseee!"

Berbeda dengan nada memohon pada suaranya, dia menahanku dengan kedua tangannya. Dia lebih terlihat seperti memaksa.

"...Oke, tapi cuman sekali"

Aku pun menyerah dengan cepat, karena aku sudah paham betul kalau upaya untuk melunakkan kepalanya yang keras itu gak akan beguna sama sekali.

"Thank you soooo much!" dia pun bertepuk tangan dengan girang.

"Kalo gitu, gimana kalo di depan tiang jam?" ucapnya dan segera berjalan, sambil menarik lenganku bersamanya.

Ukuran tiang itu dua kali lebih tinggi daripada tubuh kami, dan dilapisi oleh cat hitam yang tebal yang sudah mulai luntur.

"Mmh, di mana ya yang paling cocok...?"

Karina gak bisa memutuskan di mana dia harus mengambil foto. Saat aku mengatakan kalau di mana saja boleh, dia malah menegurku, dan mengatakan kalau dia hanya punya satu kesempatan.

Moonlight 🌙 | Yoshi ft. KarinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang