23 | No Defeat for The Brave

330 53 15
                                    

"Ngomong-ngomong, Gi... kamu nyimpen apa di jaketmu?"

"Eh?"

Tangan kananku secara refleks menyambar saku pada dada kiriku.

Dan detektif Kevin langsung bereaksi saat aku melakukannya.

Dia cepat-cepat menarik tangannya keluar dari saku celananya, lalu meraih dada kiriku seakan-akan sedang menghunus sebilah pedang. Setelah dia mengambil langkah yang lebar, pandanganku tiba-tiba berubah arah.

Aku merasakan sebuah pukulan tepat di perutku dan detik berikutnya, pukulan itu berubah menjadi rasa sakit yang melintas melalui seluruh tubuhku. Rasa sakit yang menyengat menyebabkan diriku mengerang. Kepalaku mulai berputar, dan aku gak bisa bergerak.

Itu terjadi begitu cepat, sehingga aku gak tahu apa yang baru saja terjadi.

Rupanya, dia sudah menjatuhkan aku ke lantai beton yang keras dengan menggunakan semacam teknik bantingan Judo.

"Mas gak kasar sama cewek, Gi. Tapi untung aja kamu itu cowok..." katanya santai sambil duduk mengangkang padaku.

"Ugh... mas bakal dapet masalah kalo aku ngelaporin ini!" aku mengancam dan menatapnya dengan pandangan marah...

"Nyantai aja... nyantai... selama gak ada yang tau, its going to be fine!"

...Tapi dia gak peduli sedikit pun.

"Nah, sekarang coba liat... apa yang kamu sembunyiin tadi, hmm?"

Aku dengan keras menahan jaketku dari tangannya.

"Oh? Ada hubungannya sama Karina?"

Tadi, seharusnya aku gak mengalihkan mataku.

"Ooh.. Its getting fun, haha!" dia mulai tertawa seperti orang gila.

Detektif Kevin mencoba untuk melepas pegangan tanganku— saat aku masih terhimpit di bawah tubuhnya, dan aku dengan panik berusaha menahan tangannya sekuat tenaga.

"Ini bocah gak tau kapan nyerah, ya?" dia menggaruk kepalanya dengan bingung.

"Hah, gak mungkin di sekitar sini" dia kemudian bergumam, "Percaya atau enggak, tapi mas dulu tuh nakal banget pas SMA"

Dan entah kenapa, dia tiba-tiba mulai berbicara tentang masa lalunya.

"Dan, yahhhh.... anak-anak nakal kayak kita udah biasa gunain kepalan tangan buat memperdalam tali persaudaraan di tempat sepi kayak gini. Makanya tadi mas nanya, kamu mau ngajak berantem atau enggak"

Aku gagal memahami apa yang sebenarnya yang ingin dia katakan, dan itu sangat menggangguku.

"Coba tebak, kenapa kita biasanya milih tempat di deket rel kereta?"

Aku merasakan punggungku bergetar sedikit, kelihatannya ada kereta yang akan segera lewat.

"Alasannya itu karna suara teriakan bakal tenggelem sama—"

Ucapannya terputus oleh suara gemuruh yang datang menerobos udara, dan melenyapkan semua suara lainnya.

"M-Mas bercand—?"

Kata-kataku yang syok juga tenggelam oleh gemuruh udara yang terkoyak oleh laju kereta.

Gemeretak kereta yang lewat di samping bangunan mengguncang tubuhku. Bukan, mungkin aku gemetar karena ketakutan.

Tiba-tiba aku merasakan sensasi dingin dari suatu benda pada kepalaku.

Masih benar-benar bingung, aku melihat ke depan dengan tatapan mata yang terpaku.

Moonlight 🌙 | Yoshi ft. KarinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang