• 020 •

1.7K 267 69
                                    

Double update! ehehe
Ga boleh curang yaa~
Harus baca chapter 19 dulu baru ending chapter ini.

Double update! eheheGa boleh curang yaa~ Harus baca chapter 19 dulu baru ending chapter ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jeonha mengepalkan kedua tangannya kuat-kuat melihat Jeno yang mengabaikan perkataannya. Karena dia merasa dirinya-lah yang seharusnya berada di sana jadi ketika Jeno bilang dia tidak akan menyerahkan posisinya padanya, Jeonha pun naik pitam. Jungjeon menahan tangan suaminya, karena dia rasa pria itu mungkin akan melakukan sesuatu yang buruk jika tidak dia tahan.

"Apa yang kau lakukan, Jeonha?"

"Merebut apa yang seharusnya menjadi milik kita."

"Tapi tidak dengan kekerasan, Jeonha. Kita bisa membicarakannya baik-baik!"

"Kau lihat ekspresinya tadi? Kau dengar apa yang dia katakan? Menurutmu apa dia masih bisa diajak untuk membicarakan ini dengan kepala dingin? Tidak. Dia sendiri yang bilang kalau ingin tahtaku kembali aku harus melangkahi mayatnya terlebih dahulu. Aku akan melakukannya."

Pria itu menepis tangan Isterinya, lalu mengambil pedang yang kebetulan ada di ruangan Nenek tersebut, lalu berjalan dengan cepat keluar untuk menyusul Jeno. Sementara itu si Nenek diam saja tidak melakukan apapun. Dia tahu Jeonha pergi untuk membunuh Jeno tapi wanita itu memilih untuk diam di tempatnya. Atau memang dia yang sengaja membawa Jeonha dan Jungjeon untuk kembali?

"Kenapa anda membiarkan Jeno pergi, Dukun Han? Kita harus menghentikan mereka Jeonha sebelum dia benar-benar membunuh pria yang datang dari masa depan itu!"

Si Nenek tidak menjawab jadi Jungjeon berlari keluar untuk menghentikan ini sebelum semuanya benar-benar terlambat dan dia tidak bisa menyelamatkan Jeno. Bagaimana pun juga dua orang dari masa depan itu sudah sangat berjasa bagi negeri Joseon dan juga bagi mereka. Jungjeon tidak mungkin akan bicara lagi dan Jeonha mungkin akan masih berada di bawah pengaruh sihir Dukun Ra seandainya Haechan dan Jeno datang dan menyingkirkan orang-orang jahat tersebut. Jungjeon pun tidak ingin pertumpahan darah terjadi di istana itu lagi.

Sabitan Jeonha meleset karena Jeno sudah terlebih dahulu mengetahuinya dan menghindar. Berbulan-bulan belajar ilmu pedang dari ahlinya ditambah pengalamannya selama 4 tahun menjadi Raja membuat Jeno semakin menguasai bela diri. Maka dari itu, semua tebasan dari Jeonha bisa dia hindari dengan mudahnya meski kini dia dengan tangan kosong, tidak memegang senjata apapun.

"Lama berkelana ke semesta lain membuat kemampuan bela dirimu menurun sepertinya."

"Tidak usah banyak bicara. Aku akan membunuhmu."

"Membunuhku sama saja kau membunuh dirimu sendiri karena pada dasarnya kita ini orang yang sama di semesta yang berbeda. Tapi setelah ku pikir-pikir lagi kita memang jauh berbeda. Kau lemah, tidak bertanggung jawbab, kau tidak pantas disebut Raja jadi pergilah. Ini bukan tempatmu lagi. Kau yang memutuskan untuk lari dari tanggung jawabmu dan menyerahkan posisimu itu padaku. Lihat, kau bahkan menyerangku dengan pedang di saat aku tidak memegang senjata apa pun. Bukankah itu tidak adil? Kalau ingin melawanku setidaknya biarkan aku memegang pedangku juga atau sekalian saja kita bertarung dengan tangan kosong. Itu baru adil."

SUNSHINE 2.0 ☀ NoHyuck ☀Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang