BAB 5

24 3 0
                                    

 "Menghadirkan cahaya dalam gelap"

"Cepat atau lambat semua orang pasti akan tahu, pah," ucap Lisa dalam hati setelah dia membaca beberapa media online yang sedang memberitakan perusahaan mertuanya.

Tiba-tiba pintu ruang kerja Nicco terbuka dan seorang pria seumuran Lisa masuk ke dalam ruangan.

"Apa menurut lo surat kabar ini bisa memberi petunjuk akan skandal perusahaan keluarga gue?" tanya Nicco sambil membanting surat kabar yang ada ditangannya ke atas meja kerjanya.

"Media nggak akan pernah menahan diri untuk gosip yang sangat menggiurkan," sahut seorang laki-laki yang muncul setelah Nicco.

"Siang" sapa Lisa mengagetkan setelah Nicco mendapati Lisa tengah duduk di sofa tamu.

"Sorry, tapi Jessie yang minta gue buat nunggu di sini," terang Lisa sebelum Nicco bertanya kenapa dia sudah berada di dalam ruangannya.

"Jessie berangkat setelah gue dan mungkin sebentar lagi dia nyampe," ucap Nicco yang terlihat tidak nyaman dengan keberadaan Lisa di sana.

"Kalau gitu aku titip ini buat Jessie," ucap Lisa setelah dia beranjak dari tempat duduknya.

"Yakin nggak mau nunggu Jessie?" tanya Nicco memastikan setelah dia menerima goodie bag dari Lisa.

"Salam aja buat Jessie," sahut Lisa sebelum dia berjalan menuju ke arah pintu.

Lisa terkejut ketika dia menatap wajah laki-laki yang tadi masuk bersama dengan Nicco karena wajah laki-laki itu sekilas terlihat seperti almarhum suaminya. Sedangkan Nicco sudah duduk rapi di kursi kerjanya.

"Bukan cuma gue kan," sahut Nicco setelah Lisa keluar dan menutup pintu ruang kerjanya, "Lisa pasti juga notice kalau muka lo mirip banget sama Tio."

"Mungkin orang tua gue dan orang tua Tio punya hubungan," ucap Mario yang langsung disambut dengan senyum mengejek oleh Nicco.

"Gue nggak nyangka kalau berita ini akan meledak lagi," ucap Nicco kembali membahas soal berita tentang perusahaan yang saat ini sedang ramai di surat kabar dan media online.

"Media juga pasti akan menyangkut pautkan kematian Tio dengan skandal perusahaan Jimie."

"Ini semua terjadi juga karena statement Tio soal perusahaan tiga tahun yang lalu dan hal itu seperti pistol yang sudah dikokang."

"Sekarang dimana berkas-berkas yang harus gue musnahkan?" tanya Mario setelah dia teringat akan tujuannya datang menemui Nicco.

"Bakar semua dan jangan sampai ada yang tersisa," ucap Nicco setelah dia merogoh saku celananya dan memberikan Mario sebuah kunci hotel.

"Kamar hotel?" tanya Mario memastikan.

"Gue nggak mau Jessie curiga kalau gue bawa semua berkas itu ke kantor," terang Nicco sebelum Mario beranjak dari tempatnya.

Tiba-tiba telepon di dalam ruangannya berbunyi.

"Gimana Ryl?"

"Bu Jessie sudah tiba di kantor pak."

"Makasih, Ryl," ucap Nicco sebelum dia menutup telepon dari receptionist kantornya.

"Kayaknya gue harus pergi," pamit Mario sambil beranjak dari tempat duduk.

"Jangan sampai ada yang tersisa," ucap Nicco mengingatkan sebelum Mario keluar dari dalam ruangannya.

~ A P O S T R O F ~

APOSTROF (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang