"Antara bumi dan langit"
Tangan bi Leli bergerak membawa kapas yang berisikan alkohol ke wajah Radit yang lebam.
"Aduh!" keluh Radit kesakitan.
"Bi Leli bisa tolong keluar sebentar?" tanya Revan setelah dia masuk ke dalam kamar Radit yang sedari tadi memang dibiarkan terbuka.
"Bi Leli kan lagi ngobatin gue, kak," sela Radit sebelum sempat bi Leli menjawab permintaan Revan.
"Emang lo nggak bisa ngobatin sendiri?" tanya Revan yang sudah duduk di salah satu bean bag di kamar Radit.
"Yaudah, Bi," sahut Radit pasrah sambil mengambil kapas dari tangan bi Leli, "Bibi boleh keluar."
"Makasih, bi," ucap Revan sebelum bi Leli beranjak dari dalam kamar Radit.
Mulut Radit cemberut, dia menekan kapas yang ada di tangannya ke bagian yang sakit. Kadang Radit meringis, kadang juga dia tidak mengaduh kesakitan sebab kapas itu tak mengenai lukanya.
"Emang bener lo berantem karena belain Vino?" tanya Revan ingin tahu.
"Aduh!" pekik Radit saat kapas menyentuh bagian lukanya.
"Dit!" panggil Revan meminta penjelasan.
"Gue nggak suka liat Andra sok jagoan."
"Tapi lo kalah telak sama Andra."
"Kebetulan aja dia menang," sahut Radit yang masih tidak ingin mengakui kekalahannya.
"Andra nggak mungkin bikin lo babak belur kalau skill berantemnya sekelas bocah," terang Revan yang semakin membuat Radit kesal.
"Lo ke kamar gue cuma mau ngehina gue, kak? Lo masih nggak terima karena gue udah bikin acara lo rusak?" tuduh Radit sambil menghentikan kegiatannya dan menatap tajam mata Revan.
"Gue udah nggak peduli sama pesta gue kemaren," ungkap Revan sambil beranjak dari tempatnya.
"Annoying banget sih lo," ledek Radit sebelum kaki Revan melangkah keluar dari dalam kamar Radit.
"Seenggaknya gue nggak mempermalukan nama bokap di depan umum," balas Revan tanpa menoleh sedikit pun ke arah Radit.
"Emang salah kalau gue belain Vino?!" bentak Radit marah sambil melempar kapas yang dia pegang ke sembarang tempat.
~ A P O S T R O F ~
Radit beranjak menuju dapur dan melihat menu di meja makan masih utuh tak tersentuh. Radit kembali menyadari bahwa kemungkinan Revan belum keluar untuk sarapan. Kemudian salah satu asisten rumah tangga lewat dan Radit memanggilnya.
"Kak Revan belum keluar kamar ya, bi?" tanya Radit memastikan.
"Kayaknya belum, den," sahut wanita itu, "Tadi pagi-pagi sekali saya hanya melihat nyonya dan tuan."
Radit mengangguk dan kemudian wanita itu pergi. Radit terdiam dan menatap meja makan dengan tatapan kosong. Ingatannya kembali pada malam kemarin di mana ucapan Revan benar-benar membuat Radit sakit hati.
Sedangkan di saat yang bersamaan Revan keluar dari dalam kamarnya dengan keadaan sudah rapi, dia berjalan ke arah meja makan dan mendapati Radit yang tengah melamun.
"Pagi," sapa Revan hingga membuat Radit tersadar dari lamunannya.
"Lo udah makan?" tanya Revan membuka pembicaraan saat dia mulai duduk di meja makan.
![](https://img.wattpad.com/cover/196169515-288-k574508.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
APOSTROF (On Going)
Teen FictionTidak sedikit orang tau jika sebuah "kehilangan" mampu membuat kehidupan seseorang itu berubah 180° dan inilah APOSTROF di mana semua berawal. ⚠🔞⚠ Cerita ini terdapat adegan kekerasan, pembunuhan, kata-kata kasar, penggunaan senjata berapi dan senj...