"Lu udah lama banget ga cerita ke gue lagi, Kal. Why? Are you okay?"
3 years ago...
Ga kerasa udah tiga tahun aja waktu gue terbuang, dah tiga tahun juga Haikal ga main ke rumah. Dia jarang banget main ke belakang sejak hari itu, hari dimana dia dateng ke gue terus nyeritain semua keluh kesah dia. Mulai dari dirinya yang dibully di sekolah hingga kondisi keluarganya yang sekarang. Gue masih inget gimana dia tiba-tiba masuk ke kamar gue dengan segala kehebohannya namun beberapa menit kemudian dia berubah jadi anak yang putus asa, binar dimata Haikal meredup dan ekspresi wajahnya berubah sendu.
Flashback...
Brakkk.....
"HELLO EPRIBADEH!!! HAIKAL HOMEEEE..." Seru anak lelaki berkulit Tan dengan senyum manis yang mengembang di bibir cerinya.
"Lu kebiasaan ye, Kal. Dimana-mana tuh orang masuk ke rumah orang lain pake salam, ga pake keributan kek elu. Untung gue kagak punya riwayat penyakit jantung." Tegur si empunya kamar, Raya. Sementara yang ditegur hanya nyengir menunjukkan deretan gigi putihnya.
"Maaf kak, hehe... Haikal masuk ya?"
Raya hanya berdehem sebagai jawaban. Haikal masuk lalu duduk di tepi kasur milik Raya. "Lu udah lama banget ga main kesini, Kal. Lu juga dah lama ga cerita lagi ke gue. Why? Are you okay?" Tanya Raya setelah menutup aplikasi novel online miliknya.
"I'm not fine but I'm trying to look fine." Jawab Haikal sambil tersenyum. Raya mendekat lalu duduk di tepi kasur tepat di samping Haikal sambil memeluk guling yang ia letakkan di pangkuannya.
Perlahan senyum yang tercetak di bibir Haikal memudar. Sorot mata yang awalnya berbinar, perlahan mulai meredup. Raut wajah yang awalnya ceria berubah menjadi sendu diikuti dengan kepalanya yang menunduk.
"Gue nyerah aja boleh ga sih, kak? Gue capek, kepala gue berisik banget. Lagipula gue juga ga diharapkan lagi kan disini, ga ada yang sayang sama gue." Keluhnya dengan pandangan kosong.
"Lu capek? Tidur. Ga usah mengadi-ngadi, pake segala nyerah lagi. Lu mau apa kalo lu nyerah? Bundir? Lu kira mati itu enak ya?" Raya marah tapi dia berusaha mengontrol emosinya. Entah kenapa Raya sangat sensitif jika menyangkut kata menyerah dan lelah, dua kata yang mampu membuat Raya ber-overthinking.
Haikal diam tak bergeming. "Kenapa? Ada apa? Cerita sama gue, insya'allah gue bakal bantu cari solusi buat elu." Lanjut Raya.
"Papa ketahuan selingkuh kak, papa juga baru dipecat dari perusahaan 2 Minggu yang lalu. Rumah Haikal kacau, mama sakit belum lagi kondisi ekonomi kita yang memburuk. Haikal juga di bully terus kak di sekolah, Haikal muak, Haikal capek kak kalo begini terus caranya tapi Haikal juga bingung mau ngadu ke siapa." Perlahan penglihatan Haikal mulai kabur karena genangan air mata yang menumpuk di pelupuk matanya. Sesekali dia mengusap matanya jika cairan tersebut hendak menerobos keluar.
Raya terkejut, dia baru tahu jika rumor yang tersebar di lingkungannya ternyata benar. Rumor bahwa ayah Haikal berselingkuh dan menikah siri dengan seseorang lantaran muak dengan kondisi ibunya Haikal.
"Maaf bukannya mau ikut campur urusan keluarga lu, tapi gue penasaran, Kal. Sejak kapan bapak lu selingkuh?" Raya dengan segala keingintahuannya.
"Sejak satu tahun yang lalu, kak. Mama juga selalu bertengkar sama papa dan ujungnya mama pasti minta cerai ke papa."
What?... Selama itu? -batin Raya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Haikal [Lee Haechan] ✅
Non-FictionIni bukan tentang gue ataupun kehidupan gue dengan segala tetek bengek nya, tapi tentang seseorang yang mana kehadirannya selalu membuat orang lain di sekitarnya merasa bahagia. Layaknya matahari yang menyebarkan sinarnya ke seluruh penjuru bumi tan...