Akhir-akhir ini gue sering banget lihat Haikal murung. Gue mikir mungkin dia masih sedih gegara ditinggal neneknya pergi, tapi ternyata salah. Emang bener dia masih sedih atas kejadian itu, tapi yang bikin dia murung bukan cuma itu. Haikal sering banget cerita ke Dina tentang kesehariannya di rumah maupun disekolah, curhat ini itu dan ngebahas hal-hal random lainnya. Dia jadi jarang cerita sama gue, soalnya gue sibuk sekolah sama les soalnya bentar lagi UN.
Sampai suatu hari Dina tiba-tiba cerita ke gue kalau Haikal lagi ada masalah baik di rumah maupun di sekolah. Hari itu gue pulang lumayan telat, sekitar jam 4 sore waktu setempat. Hari itu gue badmood dan capek banget seharian belajar, belajar dan belajar. Mana gue lupa bilang ke bunda kalo hari ini gue pulang telat, alhasil pas pulang gue langsung diomelin sama bunda karena dikira gue pergi main abis pulang sekolah, padahal aslinya gue belajar, les sama latihan ngerjain soal-soal yang menyebalkan.
Gue emosi, gue laper tapi ga berani makan takut bunda marah. Jadi gue langsung mandi dan rencananya mau tidur sih, tapi tiba-tiba Dina Dateng ke kamar terus natap gue. "Kenapa, lu ada masalah?" Tanya gue sambil rebahan di kasur, mager.
"Iya kak, bantuin dong."
"Ada apa? Sini cerita." Jawab gue sambil nepuk-nepuk tempat kosong disamping gue.
Dina ngerebahin dirinya disamping gue sambil natap atap. "Eumm... Ini sebenarnya bukan masalah Dina sih kak, tapi masalahnya Haikal." Dina mode kiyowo.
"Ada masalah apa Haikal? Dia ga udah jarang cerita sama gue sekarang."
"Iya Haikal juga bilang gitu ke Dina, dia ga mau cerita ke elu takut ganggu katanya. Makanya akhir-akhir ini dia curhatnya ke gue."
"Terus, Haikal cerita apa aja ke elu?"
"Dia bilang lagi ada masalah di rumah antara papa sama mamanya Haikal, di sekolah juga."
"Di sekolah juga?" Alis gue bertaut bingung, Haikal ada masalah apa di sekolah.
"Iya, Haikal bilang dia di bully di sekolah."
"Dibully gimana maksudnya? Kenapa Haikal dibully?"
"Kata Haikal, teman-teman nya pada ngehujat dia. Ngata-ngatain dia kalo dia anak pungut pembawa sial."
"Bentar, temennya Haikal tau dari mana kabar itu?" Gue bingung, masalahnya ga ada yang tau fakta itu selain keluarga Haikal sama keluarga gue. Ini kok bisa kesebar di sekolah, siapa yang nyebarin coba?
"Gatau kak, Haikal juga kaget kok mereka tiba-tiba ngehujat gitu."
"Udah berapa lama Haikal dibully di sekolah?"
"Hampir satu bulan ini sih kak."
"Udah hampir satu bulan Haikal dibully dan lu baru ngasih tau gue sekarang?"
Dina diem, mungkin takut sama gue soalnya nada bicara gue sedikit meninggi. "Maaf, gue lagi badmood jadi kelepasan."
Dina ngangguk. "Dina bingung kak, Dina mau cerita ke kakak dari lama tapi takut kakak kepikiran apalagi bentar lagi kakak ujian, jadi ya gitu..."
"Yaudah masalah Haikal ntar gue pikirin gimana solusinya. Cuma gue masih penasaran siapa sih yang nyebar hal itu di sekolah Haikal, ga ada kerjaan banget tuh orang."
"Mungkin ga sih kak, kalau yang nyebarin itu si Zara." Dina ghibah mode on.
Kalau lagi ngobrol beginian kok gue bawaannya suudzon Mulu ya sama Zara, astaghfirullah jangan ditiru ya.
"Ga mungkin lah, Zara sama Haikal kan beda sekolah."
"Iya juga sih."
Abis itu kita diem, hanyut sama pikiran masing-masing. Pikiran gue bercabang dua, satu mikirin ujian satu lagi mikirin Haikal. Gue pusing, mana laper lagi aduh. Otak gue buntu, kalau ini film animasi mungkin kepala gue dah keluar asapnya gegara dipaksa buat mikir berlebihan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Haikal [Lee Haechan] ✅
Non-FictionIni bukan tentang gue ataupun kehidupan gue dengan segala tetek bengek nya, tapi tentang seseorang yang mana kehadirannya selalu membuat orang lain di sekitarnya merasa bahagia. Layaknya matahari yang menyebarkan sinarnya ke seluruh penjuru bumi tan...