Sebuah Kebenaran

2.5K 262 11
                                    

BISMILLAH

               ❗ KAWASAN WAJIB VOTE

🌷🌷

Byurrr....

"Uhuk uhuk.."

Setelah mendapat kan guyuran, akhirnya Hawa bangun dari pingsannya setelah 2 jam tak sadarkan diri.

Hawa mengerjabkan mata nya beberapa kali. Kepala nya begitu pusing. Saat ingin menyentuh kepalanya, Hawa kesulitan karena kedua tangannya di ikat ke belakang.

Kesadaran nya sudah benar-benar kembali. Dia terkejut saat mendapati dirinya yang duduk di sebuah kursi kayu, kedua tangannya di ikat ke belakang, dan kaki yang juga terikat.

"Ya Allah, gue dia mana?" Panik Hawa.

Taktaktak....

Suara sepatu seseorang terdengar semakin mendekati nya. Hawa berusaha untuk melihat, namun susah karena suara itu di arah belakangnya.

"Sudah sadar, sayang?" Ucap seorang pria di belakangnya. Orang itu mendekati Hawa.

"Ka David" Hawa terkejut kala mengetahui pria itu adalah David.

David berjongkok di hadapan Hawa dan tersenyum. Sungguh itu sangat menjijikkan bagi Hawa.

"Hai, apa kabar? Lama ya, kita enggak ketemu?" David membelai pipi Hawa, memberontak pun percuma karena tangan nya terikat.

"LEPASIN GUE!" Teriak Hawa.

"Ck ck ck, dapetin Lo aja susah, ngapain gue ngelepasin Lo gitu aja?" Jawabnya dengan senyum devil.

"Apa salah gue? Sampe Lo kaya gini ke gue, ka?"

David berdiri, dan itu membuat Hawa harus mendongak untuk menatapnya. "HAHAHAHA!!!LO TANYA APA KESALAHAN LO KAN?" Kemudian dia kembali berjongkok dan tangannya mengapit kedua pipi Hawa hingga membuat bibir Hawa manyun. "Lo tau gue suka sama Lo. Tapi Lo malah nikah sama ustadz itu. Apa kurangnya gue, sampe Lo lebih milih ustadz kampungan itu di banding gue?"

Kalau saja tangannya tidak terikat, rasanya Hawa ingin sekali menonjok wajah David. Sembarangan bilang kalo suami tampannya itu kampungan.

"Lo mau tau kan apa kekurangan Lo? Ini, ini kekurangan Lo ka David. Lo gak punya hati, Lo gak punya akhlak, dan Lo, Lo bang**t"

PLAKK...

Deru nafas David menggebu. Dia sangat marah saat Hawa merendahkannya, hingga dia dengan tega menampar pipi Hawa dengan cukup keras.

Hawa hanya bisa memejamkan matanya menahan rasa sakit itu. Ayah, dan kedua saudaranya saja tidak pernah menampar nya, bahkan suami saja tidak pernah menyakiti dirinya. Dan David, siapa dia yang berani-beraninya menampar wajah nya.

"A', tolong aku. Aku takut" Mungkin Hawa nampak kuat dari luar, tapi dalam hatinya begitu sakit kala mendapat perlakuan yang begitu kasar dari orang yang sudah kehilangan akal macam David.

"Berani-beraninya Lo ngerendahin gue" David menatap Hawa begitu tajam.

"Lo gila. Lo udah gak waras, ka David"

"IYA, IYA GUE GILA. GUE UDAH GILA. DAN LO, ITU SEMUA KARENA LO. GUE GILA KARENA LO, HAWA! LO YANG BUAT GUE KAYA GINI!!" Teriak David frustasi sambil menjambak rambutnya sendiri.

...

Di tempat lain, mereka masih berusaha untuk mencari Hawa.

"Ini hampir Magrib, lebih baik Lo berdua pulang. Nanti orang tua kalian cari" Suruh Haris kepada Alisya dan Tasya.

 ADAM & HAWA (Selesai)✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang