08.Maaf

99 15 1
                                    

Proses belajar mengajar di Sekolah sudah selesai semua siswa sudah pulang beberapa menit yang lalu, kelas XI MIPA 1 sudah sangat kosong hanya menyisakan Sahara dan Azka.

Sahara menata buku-bukunya lalu memasukkannya ke dalam tas ransel miliknya itu. Laki-laki yang tetap duduk di bangkunya masih memperhatikan Sahara sedari pelajaran tadi. Ia menatap wajah Sahara yang tidak seperti biasanya yang selalu tersenyum tapi sekarang berubah seperti sedang marah.

Azka mengingat ucapan Sahara saat berkelahi dengan Sekala tadi, ia jelas tak akan sanggup jika Sahara benar-benar marah padanya. Sahara tampak sudah selesai memasukkan buku-bukunya tak ingin ambil pusing Azka langsung menghampirinya.

Azka menahan tangan Sahara yang hendak keluar dari kelas "Aku minta maaf" ucapnya dengan wajah bersalah

Gadis itu menoleh ke arah Azka, Sahara menghembuskan nafasnya pelan "Iya" ujarnya lalu melepaskan tautan tangan mereka berdua

Raut wajah Azka tampak berubah dari sebelumnya setelah mendengar ucapan Sahara, ia sangat senang hingga menampilkan senyum kudanya itu

"eitss jangan seneng dulu kalo kamu ribut sama Sekala lagi aku ga akan maafin kamu" ujarnya lagi

Azka mengangkat tangan kanannya hingga membentuk gaya hormat ke arah Sahara dengan wajah berseri-seri "Siap Ibu Amor" hal itu membuat Sahara gemas terhadap kekasihnya ini.

Sahara tertawa lalu meraih tangan kekar milik Azka "Ayo pulang" ujarnya dan mereka pun berjalan beriringan di koridor sekolah untuk menuju ke parkiran

Bagi mereka jam pulang sekolah sangat berharga karena hanya di jam itu mereka bisa bebas berdua tanpa harus memikirkan omongan orang.

******

Azka mengantar gadisnya itu sampai ke rumahnya dengan selamat tepat di depan rumahnya.

"Langsung istirahat ya nanti aku jemput" Azka mengusap lembut ujung kepala Sahara dengan senyumannya yang tulus

"Ngapain?" Sahara memasang wajah heran untuk apa Azka menjemputnya nanti malam

Azka mempercepat usapannya tadi hingga membuat rambut Sahara sedikit berantakan "Ya mau ngajak jalan lah gimana si"

"Ihh kan kamu ga bilang ke aku" Sahara melepas tangan Azka dari kepalanya ia mulai merapikan rambutnya kembali

"Emang ga boleh ngajak pacar aku sendiri jalan?" Azka ikut merapikan rambut Sahara yang berantakan akibat ulahnya

"Udah pulang sana" Sahara mendorong bahu Azka agar segera berbalik untuk pulang ke rumahnya

"Iya bentar nanti beneran aku jemput yaa" Azka sedikit berteriak karena Sahara sudah berlari ke rumahnya

Melihat gadis itu mengangguk Azka pun langsung menjalankan motornya dan meninggalkan tempat itu.

Azka menjalankan motornya dengan kecepatan super cepat, itu memang sudah menjadi kebiasaannya dari dulu kecuali saat bersama Sahara ia merubah kecepatannya menjadi sedang agar Sahara tidak masuk angin.

Karna menurut Azka mengendarai motor dengan cepat adalah suatu kesenangan karna dengan itu ia bisa sampai di tujuan dengan cepat tanpa harus membuang buang waktu.

Sesampainya di rumah tidak ada yang menyambutnya seperti dulu lagi saat orang tuanya tidak ada masalah, sekarang hanya tersisa dirinya dan Bunda nya namun wanita itu tidak terlalu peduli dengan kehidupan Azka yang sekarang ia fikir Azka sudah dewasa dan tidak membutuhkan kasih sayang lagi tetapi justru saat-saat dewasa lah yang lebih membutuhkan kasih sayang dari orangtua

Azka berjalan pasrah ke dalam rumahnya dengan tas yang digenggam oleh tangannya, membuka sepatu dan memasukkan motor sudah ia lakukan sekarang waktunya bersih-bersih dan istirahat karena nanti ia akan menghabiskan waktunya dengan gadis favoritnya, Sahara.

Sementara Sahara tengah mencoba memecahkan beberapa soal-soal yang belum ia mengerti saat di Sekolah. Ia termasuk gadis remaja yang jarang keluar rumah kecuali ada kepentingan yang harus ia kerjakan.

"Ini gimana ya" Sahara memutar-mutar pulpen yang ada di jarinya dengan wajah lelah

Soal-soal itu sangat sulit dimengerti oleh otak Sahara, ia sangat ingin mengerjakan tugas ini tapi jika memang tidak bisa ya sudah tidak bisa dipaksa. Sahara pun memilih mengambil handphonenya lalu merebahkan tubuhnya ke kasur kesayangannya itu.

Ia menggeser-geser beranda linenya namun tak ada satupun notifikasi dari Azka, ia pun memilih notifikasi dari Langit yang sudah beberapa jam yang lalu masih belum Sahara balas

Anak Itik🐥
Sahara kamu kemana? kok ga keliatan

Kamu ga sekolah hari ini?

Sahara
Apaaa

Anak Itik🐥
Telat...

Ya Sahara sadar ia memang tak bertemu Langit sama sekali di Sekolah tadi biasanya meskipun sebentar ia pasti bertemu dengan laki-laki itu. Ia merasa bersalah tidak segera membalas pesan Langit laki-laki yang selalu sedia membantunya kapanpun dan dimanapun.

Beberapa menit kemudian mata Sahara terlelap dengan handphone masih di tangannya, ia tampak sangat lelah hari ini.

******

Terang sudah berganti petang janjinya akan keluar bersama Azka masih ia ingat jelas di kepalanya, segera ia membersihkan diri lalu mengganti pakaian piyama menjadi kaos berwarna abu-abu dan celana jeans yang sedikit longgar tampak cantik di tubuh putih Sahara.

Sahara mengecek handphonenya berniat menghubungi Azka tetapi belum sempat suara motor yang biasa ia dengar terasa sudah berada di depan rumahnya, dengan raut wajah bahagia Sahara membuka gorden jendelanya dan benar Azka sudah menuju ke rumahnya saat ini.

Ia segera menuju ke arah pintu untuk membukakannya untuk Azka, laki-laki berbadan tegap dengan kaos warna hitam berbalut jaket jeans yang juga berwarna hitam itu berdiri tepat di hadapan Sahara.

"Nak ada siapa?" ucap wanita paruh baya dari belakang Sahara

Sahara menoleh ke sumber suara yang ternyata adalah Ibunya, belum sempat ia menjawab Ibunya sudah membuka pintu itu terlebih dahulu. "Eh Tante" Azka menunduk menyadari kehadiran Ibu Sahara.

"Eh nak Azka, ayo masuk" ia melebarkan pintu rumahnya mempersilahkan Azka untuk masuk

"Gausah tan makasih, ee ituu Azka mau ngajak Aily keluar boleh?" tanyanya pelan penuh ragu

Ibu Sahara tersenyum lembut dan memegang lalu mengelus pundak Azka "Iya boleh asal jangan pulang terlalu malem ya"

Pernyataan itu sontak membuat kedua insan yang saling mencintai itu tersenyum girang "Siap!! makasih ya Tan" Azka langsung mencium punggung tangan Ibu Sahara, sementara gadis itu hanya tersenyum.

"Yasudah gih Sahara, biar ga terlalu malem"

Sahara segera keluar setelah mencium tangan ibunya "Sahara pergi dulu ya bu" Ibu Sahara mengangguk dengan senyuman tulusnya

"Azka, jagain Sahara ya nak"

"Pasti tante, kita pergi dulu ya tan" Azka merangkul tubuh mungil Sahara lalu berlalu pergi dari hadapan wanita paruh baya itu

Azka masih tersenyum sesekali ia memandang wajah Sahara saat mereka masih berjalan menuju motor Azka "Cantik Ai" ujarnya

Sahara tersenyum hingga tak sadar pipinya memerah, sekarang mereka menaiki motor Azka berdua mengelilingi indahnya kota Jakarta, angin sepoi-sepoi tak membuat mereka kedinginan justru malah terasa hangat sebab cinta mereka.

Nexttt??

Jangan lupa untuk follow dan vote ya itung-itung buat menghargai author yang udah susah payah mikirin alur, tema, konsep+nulis ceritanya

My Universe [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang