Eleven

8.7K 806 27
                                    

Aktifin votekomennya ya moms! Btw kalo ada salah penulisan tolomg koreksi ya. Jan lupa vote komen follow. Jan jadi sider tar tak jitak!

Jaemin terbangun saat cahaya yang begitu menusuk di matanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Jaemin terbangun saat cahaya yang begitu menusuk di matanya. "Eungh" lenguhan itu keluar dari mulut kecil Jaemin.

"Akhirnya lo sadar Jaem gila gua panik" ujar Haechan "tau lu sakit gak bilang bilang" cetus Renjun.

"Gua kenapa?"

"Lu tipes bego. Kecapean dehidrasi trombosit lu turun leukosit lu agak naik. Tolol" ujar Haechan sembari memutar bola matanya.

"Makasih"

Wajah Jaemin terlihat begitu pucat. Bibirnya yang pasi wajahnya yang lesu membuat kedua temannya ini iba "lu gak makan makan ya? Apa ada pikiran?"

"Gak ada"

Renjun menatap Jaemin. Ya ada tatapan kebohongan dimata  Jaemin.  "Lu bohong kan?" Tanya Renjun.

"Enggak"

Haechan menghampiri temannya "papah Yuta dateng besok. Lu harus sehat Jaem kasian bokap lu takut kepikiran"

"Iya maaf ngerepotin  kalian"




Jaemin sedang tertidur di kasur rawat inapnya. Kini ia sendirian di sana. Haechan dan Renjun mereka pulang sekitar 10 malam. Jaemin juga tak enak hati jika memaksakan mereka untuk menginap.

Ceklek

Pintu ruangan Jaemin terbuka "Nana" panggil seseorang yang memasuki ruangan Jaemin. "Pa—loh?"

"Ini temen papah om winwin" ujar Yuta sembari membawa masuk rekan kerjanya itu.

Jaemin hanya tersenyum "halo Jaemin" sapa Winwin. "Kapan dateng?" Tanya Jaemin kepada Yuta

"Tadi jam 6. Paginya papah bilang kamu sakit. Om winwin mau dateng" Jaemin menatap Winwin. Ekspetasinya melebihi kenyataan. Winwin begitu cantik. Ia tak pernah melihat pria cantik sebelumnya.

"Ini buah buat kamu" ujar Winwin "makasih om"

Winwin duduk di sebelah Jaemin dan mengusap kepala Jaemin. Ntah kenapa sentuhannya membuat Jaemin merasa tenang. Rasanya seperti ia bersama mendiang ibunya. Jaemin merindukan hal ini.

"Kamu jaga kesehatan kasian papah kamu mikirin kamu terus"' ujar Winwin sembari terus mengusap rambut Jaemin.

Yuta melihat itu hanya bisa tersenyum "papah beli minum dulu buat kalian" Winwin dan Jaemin hanya mengangguk.

Winwin menatap Jaemin begitu pula dengan Jaemin. Ia mengingat wajah sang ibu yang sekilas mirip sekali dengan Winwin. "Om mirip mamah" ujar Jaemin kepada Winwin.

Sedangkan Winwin hanya tersenyum "papah kamu suka cerita soal istrinya, tentang kamu juga. Papah kamu itu hebat Jaemin" ujar Winwin

Tak terasa air mata Jaemin berjatuhan. Ia begitu merindukan hal seperti ini. Selama ini Jaemin kesepian tentu. Ia sendirian menjalani hari harinya. Telebih mengingat Jeno yang menemaninya saat di asrama.

"Jangan nangis Sayang" Winwin begitu lembut mengusap kepala Jaemin.

"Jaemin salah gak sih om? Jaemin jijik sama kaum gay dan sekarang papah juga gay" ujar Jaemin

"Kamu gak salah sayang. Kamu boleh benci mereka gak suka mereka tapi jangan sampe kamu nyakitin mereka yang nyatanya mereka gak salah sama kamu. Papah kamu juga cerita itu ke om. Om ngerti kok perasaan kamu gimana. Sekarang kamu cuma satu yang perlu kamu pikirin" Jaemin menatap winwin

"Kesehatan kamu" ujar Winwin lagi

Jaemin hanya mengangguk. Sedangkan Winwin ia mengusap air mata di pelipis mata Jaemin. "Calon dokter harus sehat gak boleh sakit ya" Jaemin hanya mengangguk mendengar pernyataan Winwin

"Om sampai kapan di sini?"

"Sampai kamu sembuh" ujar Winwin "gak tau perasaan om gak tenang denger kamu sakit" lanjutnya lagi.

Jaemin hanya terkekeh pelan "terus anak anak om gimana?"

"Mereka juga di sini kok tapi mereka gak ikut katanya masih capek"

Jaemin mengangguk "Jaemin boleh tanya?" Tanya Jaemin kepada Winwin.

"Gimana om bisa kenal papah? Dan kenapa om bisa punya anak" tanya Jaemin

Winwin hanya tersenyum "om ceritain ya"

"Awalnya perusahaan ayah om menjalin kerja sama sama perusahaan papah kamu. Om di tugasin buat ngurus project itu alhasil kita ketemu dan sering ngobrol terus papah kamu mulai nyatain perasaannya ke om. Dia juga bingung antara dia suka atau engga... selama kita ngejalin hubungan dia terus nyeritain kamu bahkan dia nyembunyiin hubunga karna takut kamu marah dan malu—"

"—kalo soal anak itu anak om semuanya anak angkat. Om belum nikah ya karna emang dari awal om gak suka wanita ada trauma sama wanita. Jadi ya gitu" tutur Winwin panjang lebar kepada Jaemin

"Pasti mereka bangga punya papah baik perhatian kaya om"

"Kamu juga harusnya bangga punya papah hebat kaya papah kamu" sambung Winwin.

"Sekarang udah malam kamu tidur... besok pagi baru kita ngobrol lagi"

Jaemin hanya mengangguk. Dan merasa tenang tidurnya sembari mendapatkan elusan di kepalanya.





Mata Jaemin terbuka saat sinar matahari di pagi hari menyorot matanya.

"Halo kak Jaem" sapa seseorang yang kini berada di samping kasurnya "h-halo kamu siapa? Aku dimana?"

Pria itu hanya tertawa "aku Shotaro kak anak papah Winwin... ini kak Xiojun kakak aku" Jaemin masih belum sepenuhnya tersadar dari mimpinya.

"Ini mimpi" gumam Jaemin

"Enggaa kak... tadi pagi papah sama om Yuta pergi dulu terus titipin kakak ke kita" ujar Shotaro

"Kata papah anaknya om Winwin cuma satu" ujar Jaemin

"Dua... ini adik aku" sambung Xiaojun sembari menunjuk Shotaro

"Kamu umurnya berapa? Dan kamu?" Tanya Jaemin kepada mereka berdua "oh aku kuliah semester akhir dan shotaro dia masih duduk di bangku senior"

Jaemin mengangguk paham "kamu jangan sungkan kalo perlu bantuan kami" ujar Xiaojun "iya makasih"


TBC

Sebenenrnya banyak part yang gua draft cuma gua simpen ae dulu kemaren kebanyakan up awokawok

Sebenenrnya banyak part yang gua draft cuma gua simpen ae dulu kemaren kebanyakan up awokawok

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
JANUAR (NOMIN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang