11. Kenyataan.

139 26 0
                                    

Tetapi statusnya yang disaksikan langit dan bumi bukan hanya mengenai konspirasi. Pria yang sedang memeluk wanita lain adalah suaminya. Mungkin, kelak ayah dari anak-anaknya. Illona menyeka air mata yang dengan kurang ajarnya menetes. Bukannya dia membenci suaminya? Bukannya pernikahan ini terjadi karena sebelah pihak? Dan bukannya dia tak perlu bersedih jika sang suami mencintai wanita lain?

Ya, harusnya memang begitu. Apa lagi suaminya bukan pria biasa. Suaminya adalah seorang Raja dari para Raja. Sang penguasa 2 benua. Memiliki banyak  istri dan banyak anak adalah kewajiban pria itu.

Illona menatap kedua orang di hadapannya sekali lagi. Meyakini hatinya untuk tak terlalu jatuh dengan permainan konyol sang Raja Samer. Illona membalikan tubuh. Dia harus pergi dari tempat ini, menuju pafiliunnya.

Illona masih terjaga. Wanita itu bergerak gelisa di atas peraduan. Wanita itu sudah lama sampai di pafiliun tetapi sang suami belum juga menampakan batang hidungnya. Kenyataan yang terjadi di kolam teratai, semakin membuat hatinya tak tenang.

Illona bangkit duduk. Sepertinya secangkir teh dapat menenangkan jantungnya yang terus berdebar kencang. Tetapi niatnya urung karena mendengar derit pintu yanb dibuka dari luar.

Luis melangkah masuk dan menutup pintu. Dia menatap sang istri yang masih terjaga. "Mengapa tidak tidur?"

Illona mendengus. "Entahlah," jawab Illona seadanya.

Luis hanya mengangguk. Pria itu berjalan menuju kursi sambil membuka baju lalu melemparnya asal.

Illona yang melihat itu kembali mendengus. Kebiasaan buruk sang suami yang baru diketahuinya adalah melempar pakaian kotor semaunya. Illona kembali berbaring. Wanita itu berharap di kerajaan Samer Luis tak menganggapnya seperti pelayan.

Gerakan kecil dari samping, membuat Illona menoleh. Di sana sang suami terduduk, menatap kearahnya

Illona mengangkat alis bertanya. Tetapi bukannya jawaban yang dia dapat, malah kecupan singkat di bibir. Illona memalingkan wajah, mengamati langit-langit kamar. "Apa setiap tidur kau tidak pernah memakai baju?" tanyanya asal.

Luis membaringkan tubuh di sisi Illona. "Kenapa?"

"Memangnya tidak dingin?"

Luis terkekeh. "Ada kau di sisiku."

Illona tertegun. Jawaban itu membuatnya bingung.

"Kau selalu membuat tubuhku panas," sambung Luis.

Illona menggigit bibir bawahnya. Apa yang baru dikatakan Luis? Apa pria tak berbelas sepertinya dapat berkata semanis itu? Illona mengerjap. Panas? Rasanya otak wanita itu baru memproses. Lagi-lagi dia merasa wajahnya menghangat. Illona putri bangsawan seutuhnya, interaksinya dengan lawan jenis pun bisa dibilang jarang.  "Bisa matikan lampunya?"

Tak banyak kata Luis langsung mengikuti kata Illona. "Istirahatlah!" suruhnya. Tubuh pria itu menghadap Illona, menarik selimut hingga sebatas leher. "Besok kita akan pulang."

Kenyataan itu menghantam jiwa rapuh putri Demoones. Dia terlalu benci sekaligus takut. Apa orang-orang di kerajaan Samer akan menerimanya? Elusan kecil di lengannya membuat Illona menatap sang suami.

"Aku memiliki beberapa istri di sana."

Illona bungkam. Kenyataan yang baru dia tahu kembali mengagetkannya. Sepertinya Illona harus menyiapkan diri menghadapi situasi pelik kerajaan. Persaingan antara istri bukan hal yang aneh. Dan dia harus siap menerimanya.

"Tetapi aku masih belum memiliki anak," sambung Luis. "Adikku adalah seorang permaisuri dari kerajaan tetangga. Dan sepertinya dia akan menyambut kehadiranmu di kerajaanku."

Illona tersenyum miris. Tetapi penerangan kamar yang hanya mengandalkan cahaya rembulan menyamarkan senyuman itu. Dia tak yakin jika sambutan itu ditunjukan untuk putri dari kerajaan yang berhasil ditaklukan.

"Akku akan tidur," ucap Illona lalu membelakangi sang suami.

Luis menggelus kepala Illona. Mengantarkan wanita itu hingga alam mimpi.

Putri Illona (tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang