51. Penerus.

92 13 0
                                    

Luis mengibaskan tangan dan tertawa. Tawanya yang bersahaja, mengisi ruangan yang sunyi, dan bergema keseluruh penjuru.

Para bangsawan bernafas lega. Setidaknya mereka tahu maksud dari tawa sang raja.

"Jangan terlalu tegang! Aku sedang berbahagia karena berhasil menikahi seorang putri berparas jelita dari kerajaan Demoones." Luis menepukan tangannya di udara beberapa kali, memberi isyarat pada para pelayan yang berada di ruangan terpisah. "Aku mengumpulkan kalian di sini untuk membagi kebahagiaan. Kalian bisa menikmati semua hidangan sambil mendengarku berceloteh." Luis mengangkat dagunya tinggi, tampak angkuh. Dia memperhatikan wajah-wajah para bangsawan yang bersemi saat para pelayan mengantarkan makanan dan arak terbaik kesetiap meja.

Rasanya Illona ingin memukul pria di sampingnya. Luis berkata seolah dia sesuatu barang yang berhasil dimenangkan! Memangnya dia serendah itu? Illona menatap ketiga pangeran Demoones yang tampak biasa saja melihat keangkuhan raja samer. Mengapa pria yang berkuasa selalu memandang wanita seperti barang? Semakin jelita parasnya, semakin diakui kejantanannya. Semakin tinggi kedudukan wanitanya, semakin disegani kekuatannya. Rasanya Illona ingin mengutuk Luis sekarang! Wajah pria itu begitu sombong. Padahal di atas langit, masih ada langit.

"Jadi apa kalian pernah mendengar kisah tentang Kerajaan Demoones?"

Para bangsawan kompak mengangguk. Tangan dan mulut mereka mulai sibuk mencicipi hidangan, sedangkan semua mata fokus menatap sang raja.

"Aku tidak akan mengatakan apapun tentang kerajaan istriku. Kabar burung yang terdengar, tidak semuanya salah. Tetapi satu yang amat kuyakini benar nyatanya..."

Semua orang menerka-nerka apa yang akan dikatakan Luis. Sedangkan Illona dan saudara-saudaranya, mati-matian menahan detak jantung yang semakin menggila. Mereka belum lama mengenal sang raja. Tetapi mengingat masa lalu di antara mereka, tak mustahil, bukan? Jika Luis ingin mempermalukan anggota kerajaan Demoones?

"Demoones yang mengandung arti bulan, memang bukan omong kosong. Kerajaan itu berhasil melahirkan penerus yang tampak seperti titisan Dewa-Dewi."

Illona bersemu, sedangkan ketiga pangeran saling berpandangan. Mereka berpikir untuk hal yang sama. Apa yang terjadi pada Luis? Apa musuh di masa lalu ingin memperlihatkan aleansinya dengan Demoones?

Keempat wanita itu mencuri-curi pandang, melirik sepasang manusia yang duduk di singgasana. Mereka bereaksi berbeda-beda. Ada yang menipiskan bibir, tersenyum kecut, dan bahkan ada yang terang-terangan melirik Illona kesal. Tetapi tidak untuk wanita yang duduk di barisan terpinggir sebelah kanan. Ya, wanita itu adalah Nadine, anak sang perdana mentri.

Nadine hanya tersenyum. Matanya yang teduh, tak menyiratkan kemarahan. Wanita itu malah menatap Illona memuja, seolah setuju dengan apa yang diutarakan sang suami.

"Dan aku berhasil menikahi salah satu dari Dewi itu," sambung Luis, jenaka.

Para bangsawan bersorak-sorai, ikut merasakan kesenangan.

"Semoga Dewa memberkati tanah Samer dan Demoones."

"Semoga tanah Samer diberikan penerus yang diberkati para Dewa."

"Semoga kebahagiaan selalu tercurah pada kalian."

Doa dan harapan terus terlantun dari mulut-mulut para bangsawan, bergema sampai menembus dinding. Kesatria yang berjaga di luar juga melantunkan doa dan harapan untuk bahtera yang baru melabuh.

Terselip di hati masing-masing untuk sang penerus. Mereka berharap putri Demoones itu dapat melahirkan seorang pangeran dan putri yang tak kalah jelitanya dengan sang ibu. Mereka berharap putri Demoones dapat memberi penerus secepatnya. Bagaimanapun seorang raja yang baik, adalah raja yang memberi penerus pemimpin untuk kerajaan.

Putri Illona (tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang