39. Raja spring.

78 16 0
                                    

Illona menoleh. Manik hitam Merry begitu teduh saat bersironggok. Entah mengapa dia tak begitu menyukai tatapan permaisuri Spring. Wanita itu terlalu jelas mengasihaninya! Apa dia semenyedihkan itu? Illona menghela nafas. Dia kembali memperhatikan taman. "Entahlah."

Elusan di punggung Illona terhenti. Merry mengikuti arah pandang Putri Demoones. "Mungkin aku tidak bisa merasakan apa yang kau rasakan, mungkin bisa dibilang aku lebih beruntung darimu, dan mungkin aku tidak tahu bagaimana kakakku dalam masa lalumu." Merry tersenyum. Dia sedang mencoba mengingat-ngingat sesuatu. "Waktu Luis menyerang kerajaanmu, umurku baru menginjak 10 tahun. Aku masih terlalu kecil untuk mengetahui hal itu. Luis selalu menjagaku dengan baik. Dia menjalani peran-perannya dengan baik. Bagiku dia seperti ayah, ibu, kakak... dan, ah! Kadang seperti pengawal." Merry terkekeh. Lebih tepatnya dia tertawa sumbang. Ya, dia tertawa untuk hidup yang begitu menyiksa. "Hingga umurku 14 tahun, aku belum pernah melihat kedua orang tuaku." Merry meneteskan air mata. "Kami menikah tanpa restu mereka."

Illona menoleh. Manik birunya berair menatap wajah samping Merry yang tampak rapuh. Tangannya tergerak mengelus pundak wanita itu. Dia tak tahu bagaimana rasanya hidup tanpa sosok orang tua, dia tak tahu bagaimana rasanya menikah tanpa kehadiran orang tua, dan dia juga tak tahu masa lalu menyakitkan seperti apa yang menimpa Kerajaan Samer. Tetapi yang dia tahu Merry wanita yang tangguh.

"Tetapi aku bahagia." Merry menjeda perkataannya. Dia menghela nafas dan menoleh, menatap sang putri Demoones. "Apa kau tahu?"

Illona menggeleng. Air mata yang ditahan luluh membasahi pipi.

Merry tersenyum. "Dewa itu adil. Mungkin Dewa tak memberiku kesempatan untuk merasakan kasih sayang dari orang tua tetapi, Dewa menggantinya dengan miliaran kasih sayang dari jutaan orang-orang." Merry tersenyum. "Terlepas dari berengseknya Luis, dia selalu menjadi sosok hebat untuk Kerajaan Samer. Dewa begitu murah hati, menurunkan pria-pria baik yang selalu membuatku merasa dicintai. Apa kau tahu bagaimana kepribadian Raja Spring?"

Illona menggeleng kembali. Dia tersenyum saat Merry mengapus air mata di pipinya.

"Saat di depanku Maikel akan berubah. Sosok yang tegas, dingin, cuek, berubah begitu hangat. Maik akan menceritakan banyak kisah untuk membuatku tidur, Maik akan bertingkah konyol untuk membuatku tertawa, Maik akan berbuat hal apa saja untuk mencuri perhatianku. Maik menempati janjinya. Sebenarnya aku tidak begitu mempermasalahkan jika Maik memiliki banyak anak dari banyak wanita. Tetapi pria itu tidak menginginkannya. Dia hanya ingin aku berada di sisinya saat Maik membuka mata ataupun Maik menutup mata."

Illona mengulum senyum. Kabar yang berhembus di telinganya memang tidak salah! Tetapi semua itu tak berlaku bagi istrinya.

"Maik menghancurkan kediaman selir dan permaisuri." Merry mencebik. Dia selalu kesal saat mengingat kejadian itu. "Padahal tempat itu sangat indah. Coba saja jika tempat itu masih ada, aku akan mengajakmu berkunjung."

"Tetapi bukannya kediaman kalian juga diubah begitu cantik?"

Merry mengangguk. "Ya, Maik menjanjikan kediaman yang beratus-ratus kali lebih indah dari tempat itu."

Illona berbinar. "Apa kau bisa menceritakan seindah apa?"

Merry melangkah mendekati kursi. "Aku lelah. Bisa kita berbicara sambil duduk?"

Illona tertawa. Dia mengangguk semangat dan menyusul Merry.

"Seindah..." Merry mengetuk-ngetukan telunjuknya. Dia sedang mengingat-ngingat tiap jengkal kediamannya.

Putri Illona (tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang