chapter 3

47.2K 4.3K 705
                                    

Vote nya jangan lupa ^^

.

.

.

"Uwih uwih uwih mengerikan, tapi sayang tidak mengenaiku."

El pun membelalakkan matanya lebar.

P-pemuda tadi masih hidup??

Tapi bagaimana bisa?

Padahal tadi dia melihat dengan jelas jika pria berbaju hitam itu benar-benar menembakkan pistolnya ke kepala anak itu.

"Kalian terkejut kan kenapa aku masih bisa hidup?---

Menyeringai sekilas.

---tentu saja karena aku diberi warisan nyawa cadangan oleh papiku."

Padahal kenyataannya, Justin berhasil selamat karena anak itu yang menghindar dengan lincah.

Ternyata kemampuannya yang selama ini diajarkan oleh kakak laki-laki nya tidak sia-sia.

Siapa lagi jika bukan; Jackson Deandrovhime.

"Kau--Brengsek, dasar anak kecil."

"Jangan panggil aku anak kecil, paman. Namaku Justin, aku adalah Justin." dan dengan lihainya, Justin langsung berlari ke arah pria berbaju hitam yang menembaknya tadi.

Menendang kejantanan pria itu.

Memukul perutnya.

Memukul rahangnya.

Lalu melumpuhkannya dan mengambil senapan pria itu.

Dan dengan secepat kilat, Justin langsung menembaki semua pria berbaju hitam tersebut tanpa sisa.

Hingga membuat El tertegun.

B-bocah itu orang yang sama dengan yang akan dia masuki tadi kan?

Tapi,

Kenapa dia menjadi begitu hebat?

"Naon bang? Kesemsem liat aing? Maneh buriq sich." ledek Justin sebelum dia keluar dan menembaki puluhan pria berbaju hitam lainnya.

El yang melihat itu pun tidak tinggal diam.

Dan dia mengambil senapan pria berbaju hitam yang sebelumnya memang telah dilenyapkan oleh Justin.

Lalu dia keluar.

Dan membantu bocah cantik tadi untuk melumpuhkan puluhan-puluhan orang berbaju hitam.

Sial.

Ternyata anak itu bukan anak biasa.

Padahal tadi dia kira anak itu akan menangis tersedu-sedu hingga berguling-guling dilantai saat tahu jika akan dibunuh.

Tapi ternyata diluar perkiraannya, anak itu justru dengan santainya membunuh banyak pria berbaju hitam dengan hebat.

Hingga membuatnya tanpa sadar menyeringai licik saat melihat kehebatan anak itu.

"Semakin menarik." lalu menjilat bibir bawahnya sendiri dengan sensual.

Dia rasa, dia kini semakin tertarik dan penasaran tentang anak itu.

"Lihat saja, aku akan segera mendapatkanmu."

Tapi tiba-tiba,

Dorrr

Sebuah timah panas tertembak tepat ke samping kepalanya.

Yang ternyata itu adalah ulah dari Justin.

Dan pemuda itu memang sengaja mengarahkan tembakannya ke El.

"Jangan melihatku dengan tatapan seperti tatapan daddy ke papiku, aku tidak suka."

Prok

Prok

Prok

Sebuah tepuk tangan El persembahkan untuk Justin.

Sial.

Kenapa anak itu sangat mempesona?

"Kenapa kau memberiku tepuk tangan? Memangnya kau pikir aku sedang melakukan pertunjukan topeng monyet?"

"Pft....you are so cute, baby. I like it."

"Hih ada om-om pecinta dedek-dedek." bukannya marah ataupun kesal, El justru tertawa menanggapi ledekan dan hinaan dari Justin.

Karena baginya, hinaan itu merupakan tanda cinta dari anak itu kepadanya.

Padahal kenyataannya, Justin benar-benar menujukan caciannya kepada pria itu agar pria itu sakit hati dan marah kepadanya.

Tapi kenapa tidak pernah berhasil?

''Oh, oh, lihat. Siapa ini??"

Lalu mereka berdua pun menoleh ke arah pintu.

Dan mendapati seorang pria paruh baya tengah berdiri dengan angkuh di ambang pintu sambil menatap mereka berdua bergantian.

"Bukankah ini tuan muda Elvano Gerald??" ucapnya sambil menatap remeh ke arah El.

Lalu pandangannya beralih kepada Justin yang kini sedang ber-acting seolah-olah sedang bermain film action dan sedang menembaki musuh.

"Dan siapa bocah gila yang seperti anak hilang itu?"

Justin pun terdiam sejenak sambil terbatuk-batuk seperti orang tua.

Kenapa rasanya sangat menohok hati mungiel dan imutnya ya?

"Kau yang gila! Seluruh keluargamu gila! Ayahmu, ibumu, nenekmu, kakekmu, anakmu, istri--aku bahkan ragu jika ada wanita yang mau menikah denganmu."

"B-brengsek, jaga bicaramu. Tunggu dulu, aku seperti pernah melihatmu."

"Oh biasalah, aku kan terkenal diseluruh dunia sebagai pria tertampan dan tergagah yang pernah ada." jawab Justin sambil membusungkan dadanya angkuh.

Dan tindakannya itu tak lepas dari penglihatan El.

Hingga membuat pria itu tertawa gemas melihat tingkah Justin.

"Kau bukannya tuan muda dari keluarga Deandrovhime?"

Tawa El pun terhenti.

Bersamaan dengan dirinya yang terdiam membisu.

Dengan jantung yang berdetak tidak karuan.

Saat tahu jika,

Pemuda yang menarik perhatiannya itu ternyata anak dari keluarga Deandrovhime.

Keluarga yang sudah menjadi musuh bebuyutannya.

Dan keluarga yang sangat dia benci karena membuat masa lalunya menjadi kelam dan menyakitkan.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.
TBC.

Maaf ya baru bisa ngasih double up, soalnya aku hari ini banyak tugas.

Tadi aku liat ada yang komplen soalnya aku ngga up 3 sampe 4 kali hari ini, dan nyuruh buat ngasih 3 sampe 4 kali updatean setiap hari

Padahal aku udah berusaha buat fast up.

I'M YOURS TO TAME {COMPLETED}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang