PFT... HAHAHAHAHAHAHAHAHAHA SELAMAT KALIAN KENA PRENGGGG.
ITU KAMERANYA ADA DI HAPEKU.
NGAKAK BGT ASLI, AHAHAHAHAHA AKU SUKA BGT NICH KALO BANYAK YANG DEMO.
.
.
.
Dorrr
Jay menembak tepat pada bagian bom waktu itu.
Dengan Jeffry yang juga kini datang dibelakangnya.
Lalu mereka berdua pun berlari ke arah Justin.
Dan langsung melepaskan rantai yang mengikat erat tangan, kaki, dan leher Justin.
Dengan kunci yang entah Jay dapatkan dari mana.
Yang pasti kunci itu benar-benar bisa membuka kaitan rantai yang melilit Justin.
Namun naas, putra mereka sudah tidak sadarkan diri bersamaan dengan seorang pria tampan yang memeluknya.
"Uwih, ternyata putra kita laku keras, sayang." ucap Jay sambil melepas jas yang dia pakai dan menutupkannya pada tubuh telanjang Justin.
Yang untungnya jasnya itu sangat besar, jadi bisa untuk menutupi tubuh telanjang Justin dengan sempurna.
"Sekarang kita harus segera kerumah sakit. Kau bawa pria itu, aku akan membawa anak kita."
Dan mereka berempat pun pergi meninggalkan bangunan tua itu.
Lalu menuju kerumah sakit yang untungnya tidak terlalu jauh dari lokasi kejadian tadi.
Jadi mereka bisa dengan cepat sampai dirumah sakit itu.
Yang entah kebetulan atau bagaimana, ternyata rumah sakit itu adalah salah satu cabang dari rumah sakit Jay.
Jadi otomatis semua orang sudah mengenalnya dan langsung menghampiri mereka.
"Dokter, tolong tanganin anak dan menantuku--eh bukan, intinya tolong tangani mereka berdua." titah Jay sambil meletakkan pria yang dia bawa ke ranjang rumah sakit yang sudah dibawakan oleh salah satu perawat itu.
"T-tapi anda sendiri adalah dokter dirumah sakit ini, tuan." jawab perawat tersebut sambil menunduk.
"Oh iya juga, ya sudah cepat bawa mereka ke ruangan operasi. CEPAT!!! TIGA DETIK DIMULAI DARI SEKARANG."
"Astaga, sayang. Sabarlah sedikit, mereka juga butuh waktu untuk membawa anak kita dan gadunnya ke ruangan operasi."
Namun Jay malah terseok-seok dilantai dan memegang dadanya kesakitan.
"A-anak kita--anak-anak anak kita m-m-mati."
"Belum astagaa. Anak kita belum mati."
"K-kenapa belum mati?"
"Memang belum, anak kita masih bisa diselamatkan."
"K-kenapa harus diselamatkan?"
Plakk
"Aku serius, bodoh. Sekarang cepat tangani anak kita."
Dan Jay pun langsung berdiri dari tempatnya sambil mengusap matanya yang sialnya tidak ada air mata sedikit pun yang mengalir.
Meninggalkan Jeffry yang benar-benar khawatir akan keadaan Justin.
Dirinya tidak menyangka jika akibat perbuatannya dulu akan membuat anak satu-satunya---eh anak keduanya menjadi korban bahkan hampir kehilangan nyawanya.
Menyesal.
Jeffry benar-benar menyesal.
Seharusnya dia bisa menjaga Justin lebih baik lagi.
Atau bila perlu, seharusnya dia mengurung anaknya itu di kandang kambing saja agar tidak kelayapan.
Dan kejadian ini pasti tidak akan terjadi.
Namun jika sudah begini, apa yang bisa dia lakukan selain menunggu kabar duka dari anaknya?
Eh anj, maksudnya kabar baik dari anaknya.
"Tuhan, tolong selamatkan anak semata wayangku."
"Lalu aku siapamu, ayah?"
Wow.
Duplikat malin kundang ternyata telah datang.
"Oh iya lupa, kau juga anakku."
"Kenapa ayah tega melupakanku??!!"
"Maaf, sengaja."
"Ayah---"
"Sudah, sayang. Sekarang yang terpenting adalah berdoa agar Justin bisa diselamatkan." lerai Dion sambil mengusap lengan suaminya itu, berharap bisa menetralkan emosi Jackson.
Dan benar saja, kini Jackson malah menempelkan kepalanya ke pundak Dion sambil memeluk istrinya dengan erat.
"Akhhh sayang, kepalaku sakit. Bisa tolong kau usap juga?"
Dion menurut.
"Akhhh h-hatiku, hatiku sakit. Tolong usap juga sayang."
Lagi dan lagi Dion menurut.
"Akhhh k-kejantananku sakit. Bisa tolong usap juga, sayang?"
Dukk
Sebuah tendangan maut Dion layangkan tepat ke kejantanan Jackson.
Hingga membuat sang empu membelalakkan matanya lebar dengan mulut yang bergetar hebat.
"R-rip Pablo"
"Siapa itu Pablo?!"
"N-nama kejantananku, sayang."
"Kau----"
Ceklek
Pintu ruangan Justin dan El pun terbuka.
Lalu menampilkan seorang dokter tampan yang tidak lain dan tidak bukan adalah Jay sendiri.
"Dengan keluarga pasien?" tanyanya sok lupa sambil membenarkan letak kacamatanya yang tidak miring sama sekali.
"Oh jadi sekarang aku menjadi ayah tunggal bagi Justin? Baiklah baik, mulai hari ini aku umumkan jika aku telah resmi menduda---"
Cupp
"B-bukan begitu, sayang. A-aku hanya---"
"Cepat katakan Jayblay, apa yang terjadi dengan adik---" ucapan Jackson pun terhenti saat Jay dengan sengaja mencomot mulut duplikat malin kundang itu hingga bibirnya maju beberapa centi.
"Eittssss yang sopan, anak pungut."
"Pftt..."
"Jadi begini, Justin mengalami trauma. Trauma yang sangat berat bahkan bisa dibilang, mentalnya terganggu. Meskipun kondisi fisiknya sudah bisa ditangani, tapi tetap saja keadaannya belum bisa dikatakan baik-baik saja."
"Jadi m-maksudmu??"
"Anak kita, mengalami trauma berat dan membutuhkan psikiater untuk menanganinya. Jika tidak, maka mental anak kita akan menjadi stres dan maaf, gila."
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
TBC.

KAMU SEDANG MEMBACA
I'M YOURS TO TAME {COMPLETED}
Romance"Sepertinya kau harus ku jinakkan dulu, babe." "Kau yang akan ku jinakkan, brengsek." "Tidak semudah itu, sayang." "Kau---" Plakkk "Sssstt, shut up baby. Sekarang mari kita lihat bagaimana aku akan menjinakkanmu." Perhatian!!! ini merupakan lanjutan...