🔹

179 19 1
                                    

"sejujurnya gue gak setuju dengan konsep dan cara mengajarnya pak Zaki sih Bi.. maksud gue apa-apaan tugas selalu berpatokan dengan media sosial, sedikit-sedikit upload twitter, instagram, YouTube, siapa yang dapat like, comment, dan retweet yang banyak dapat poin lebih. maksudnya apa coba? gimana dengan nasib anak-anak yang enggak hits kayak gue?" gerutu Jovan, sosok yang saat ini lebih memilih menyuarakan ketidak setujuannya terkait tugas yang diberikan dibandingkan memakan makan siangnya.

sedangkan Biru, sosok yang diajak bicara hanya sesekali berdehem sebagai tanda ia mendengarkan apa yang dikatan Jovan.

"kalau nilai lo gue yakin aman sih tanpa cari poin lebih" ringis Jovan yang mengingat Biru adalah sosok terpintar dikelasnya.

"gak gitu juga, lo kenapa pesimis banget? nilai bahasa Inggris lo lebih oke dibanding gue by the way.."

"tauk lah.. nikah aja gak sih gue habis lulus?"

"gak usah ngawur, makan makanan lo. gue mau ke toilet." ujar Biru seraya meninggalkan Jovan dengan mie ayamnya yang masih utuh.

•••

"kak Biru!" panggil adik kelas saat Biru tengah berjalan dikoridor menuju toilet yang berada disudut sekolah.

"oh? ya, kenapa?"

"... i-itu, aku pernah lihat kakak baca bukunya Markus Zusak yang The Book Thief, kalau boleh.. boleh gak aku pinjam bukunya kak Biru?"

"The Book Thief? kayaknya di perpus juga ada dek, coba di check dulu ya.." jawab Biru ramah tidak lupa dengan senyumnya.

"oh i-iya kak, nanti aku check"

"oke, saya permisi ya mau ke toilet!" pamit Biru tanpa menunggu jawaban sang adik kelas yang entah siapa namanya, Biru tidak ingin tahu.

Biru selalu seperti itu, dia akan selalu membalas sapaan dan teguran orang-orang yang mengajaknya berbicara, namun akan segera mengunci pintu hatinya rapat-rapat ketika orang lain mencoba masuk kedalam dunianya.

Pernah suatu waktu, Devina yang merupakan kakak kelas dari Biru dan Jovan mencoba peruntungannya untuk masuk kekehidupan cowok Narendra tersebut namun berakhir dengan sakit hati. Tidak, Biru tidak melakukan hal buruk atau berbicara kasar kepada sang kakak kelas, Biru hanya memintanya berhenti dan mengatakan jika dirinya sama sekali tidak tertarik untuk memiliki hubungan dengan sang kakak kelas.

Jovan, dan Reihan yang notabene sahabat dari seorang Biru hanya bisa meringis dan menghela nafas melihat sang sahabat menjadi sosok anti-romantic "Bi, lo gak akan tau kalau lo gak mau coba.. apa salahnya coba sih? gak semuanya wanita kayak.." gerutu Reihan namun terhenti saat dirinya menyadari jika kalimat selanjutnya mungkin akan menyinggung sang sahabat.

"Hmm.. gue tau gak semua wanita kayak nyokap gue, gue cuma gak membutuhkan itu saat ini. Hidup gue jauh lebih baik tanpa itu semua." gumam tunggal Narendra santai, sedangkan Jovan yang sedari tadi hanya mendengarkan cuma bisa memijat kepalanya yang entah kenapa membuat dirinya pusing melihat kelakukan sahabatnya itu.

"Tapi bukan berarti lo gak akan pacaran sama wanita kan? Lo masih straight kan Bi?" tanya Reihan was-was yang dihadiahkan tamparan dimulut oleh Jovan

"Gak tau."

"Bi yang srius.."

"Iya iya.." jawab Biru asal. Dirinya sungguh tidak tertarik dengan topik pembahasannya dengan Reihan. "Jo, gue nginap ya dirumah lo."

BIRU [HARUTO OF TREASURE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang