Biru : His Fam / 1

50 13 1
                                    

Jika harus jujur, Biru membenci malam.
Bukan membenci pekatnya malam, namun membenci semua hal yang terjadi ketika datangnya malam. Seperti saat-saat dimana dirinya menikmati makan malamnya hanya berdua dengan sang ayah.

Biru benci menjadi menyedihkan, memuakan.

Namun hal lain yang tak kalah memuakan untuk Biru adalah semua perdebatan dan pertengkarannya dengan sang ayah yang menjadi salah satu rutinas yang tak boleh dilewatkan ketika datangnya malam.

Terlebih malam ini, Biru sangat yakin jika akan terjadi lagi pertengkaran antara dirinya dengan sang ayah untuk yang kesekian kalinya.

•••

Biru dan Ferren yang baru saja sampai kekediaman milik Biru melihat sebuah mobil telah terparkir apik di garasi rumahnya.

"Ada orang dirumah kak?" Tanya Ferren gugup, pasalnya ini adalah kali pertama Ferren bertandang kerumah sang kakak kelas.

Biru yang baru saja melepaskan helm miliknya mengangguk pelan, "bokap.. ayok masuk." Ajak Biru seraya berjalan mendahului Ferren untuk masuk kedalam kediamannya.

Kesan pertama Ferren saat memasuki kediaman sang kakak kelas adalah mewah. Berbeda dengan kediamannya yang terkesan biasa saja, kediaman Biru memiliki area Foyer yang cukup luas dengan desain dan material yang Ferren tahu sangat berkwalitas.

Memasuki area ruang tamu, Ferren dapat melihat beberapa lukisan abstract yang Ferren tidak tahu maknanya tergantung apik dibeberapa sudut ruangan.

Namun satu hal yang membuat Ferren harus menghentikan penilaiannya terhadap rumah sang kakak kelas adalah saat dirinya melihat eksistensi seorang pria yang Ferren yakini adalah ayah dari Biru kini tengah duduk disalah satu sofa dengan iPad ditangannya.

"Aku pulang." Biru bersuara, membuat sang ayah, Melvan kini menatap kearah mereka.

Biru menggenggam tangan Ferren dan menariknya pelan, membawa sang adik kelas untuk dibawa kehadapan sang ayah, "Ini Ferren.. adik kelas aku."

"H-hallo om.. aku Ferren." Ujar Ferren yang kini semakin gugup. Bagaimana tidak, kini ayah dari kakak kelasnya itu menatapnya dangan tatapan yang sulit untuk Ferren artikan.

Melvan yang saat ini bersandar di salah satu sofa rumahnya hanya menganggukan kepalanya sebagai respon dari perkenalan yang Ferren lakukan kepada dirinya

"Lo keatas duluan aja Ren.."

"Hah?"

"Tangganya disana." Tunjuk Biru pada sebuah tangga yang terhalang sebuah pintu kaca yang menghubungkan ruang tamu dengan beberapa ruangan lain dirumahnya.

Dengan gugup yang begitu terlihat Ferren bergegas mengikuti perintah Biru untuk segera menuju sisi atas kediaman sang kakak kelas, meninggalkan Melvan yang kini menatapnya datar.

"Kekasihmu?" Tanya Melvan yang kini kembali menatap iPad miliknya, enggan menatap sang anak yang masih setia berdiri dihadapannya

"Akan."

Melvan mengangguk paham, "Saya tidak pernah melarang kamu untuk bergaul atau memiliki hubungan dengan siapapun. Tapi bukan berarti saya mengizinkan kamu bolos sekolah hanya untuk berpacaran Biru."

Biru terkekeh, tak habis pikir dengan ucapan sang ayah kepada dirinya, "Papah pikir Biru bolos cuma untuk pacaran?" Tanya Biru dengan senyum getir yang ia tunjukan pada sang ayah.

Namun bukan sebuah jawaban yang dibeerikan, Melvan mengibas-ibaskan tangannya kepada Biru, mengisyaratkan agar sang anak untuk pergi dari hadapannya, membuat Biru kembali terkekeh pelan melihat sikap sang ayah kepada dirinya.

BIRU [HARUTO OF TREASURE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang