"Udah lama?"
Elisha yang sejak tadi sibuk dengan smartphone ditangannya, langsung mengalihkan fokusnya menjadi menatap seorang pria yang kini duduk dihadapannya.
Setelahnya Elisha hanya menggeleng pelan sebagai jawaban atas pertanyaan sang pria.
Arsen, pria yang kini tengah bersama Elisha terkekeh melihat wajah lesu sang teman, "Ini udah hampir sebulan El, you have to move on"
Elisha menghela nafas, sejujurnya dirinya sudah berusaha untuk berdamai dengan keadaan, hanya saja entah mengapa rasa sesak di dadanya masih terasa sama, "I wish I could" Jawab Elisha seraya menelungkupkan wajahnya ke meja cafe, membuat tawa Arsen pecah.
"Dasar.." Arsen mengusak gemas rambut sang teman, membuat rambut wanita cantik itu kini terlihat sedikit berantakan
"Arsen! Bisa gak, gak usah main rambut!" Ujar Elisha ketus namun malah terlihat lucu dimata sang sahabat
"Enggak.. I like your hair tho!"
"Cih.. lo juga suka ya ngusak rambutnya Ela!"
"Mana ada, Arsen cuma suka rambutnya Elisha." Ujar Arsen yang dihadiahkan ekspresi ingin muntah oleh Elisha.
Dilain sisi, lagi-lagi tanpa Elisha sadari Biru yang juga berada di cafe yang sama dengan dirinya sejak tadi, kini tengah memperhatikan dirinya dari salah satu meja yang berada di salah satu sudut cafe
"Lihatin siapa?" Tanya Jovan seraya menolehkan wajahnya mengikuti arah pandang sang sahabat
Sedangkan yang ditanya hanya menggeleng sebagai jawaban, membuat Jovan mau tak mau harus mengubur rasa penasarannya dalam-dalam
"Hari jum'ad ini gue sama kak Jese sama si Jefan mau ke Bandung"
"Ngapain?" Tanya Biru yang kini mulai fokus ke MacBook miliknya
"Survey kampus."
"Terus lo bolos sekolah?"
"Enggak, kita berangkat habis magrib.. mau ikut gak?" Tanya Jovan yang kini juga mulai memfokuskan dirinya pada laptop di depannya
Biru menggeleng pelan, bukannya tidak ingin tetapi Biru yakin sang ayah pasti akan melarangnya untuk ikut terlebih kini sang ibu diketahui menetap di kota kembang tersebut, "enggak kayaknya Jo, bokap gak bakal ngizinin."
Jovan menarik nafasnya kasar, "Padahal lo bukan anak kecil lagi, tapi bokap lo masih aja gak berubah."
Biru meringis kecil, ucapan sang sahabat berhasil membuat dirinya menyadari jika hidupnya masih dibawah kendali sang ayah.
"But no worry Bi, tinggal setahun lagi kan sampai kita lulus.. lo pilih aja universitas yang jauh dari sini biar bisa lepas dari bokap lo itu." Ujar Jovan saat menyadari perubahan ekspresi dari sang sahabat
"Entah lah.." Gumam Biru, membuat Jovan merasa bersalah dan merutuki ucapan dan ide bodohnya tadi.
•••
"Kemana aja?" Tanya Ferren dari seberang telfon
"Maaf, hari ini aku sibuk ngerjain tugas sama Jovan Ren." Jawab Biru yang kini tengah berdiri di balkon kamarnya, sekedar mencari udara malam yang segar setelah seharian sibuk beraktifitas.
"Iya deh yang sibuk banget sampai buat sekedar ngabarin aja gak bisa."
"Gak gitu Ren"
"Terus?"
"Iya aku salah, maaf."
"Terserah deh." Ucap Ferren seraya memutuskan panggilannya sepihak, membuat Biru menghela nafas pelan dan mencoba mengirimi kekasihnya tersebut sebuah pesan
KAMU SEDANG MEMBACA
BIRU [HARUTO OF TREASURE]
Romance[ biru, identik dengan langit dan lautan. juga merupakan warna keberanian dan dedikasi. akan tetapi biru juga merupakan simbol dari depresi dan kedalaman jiwa manusia ]