Ferren and Cheese Cake

62 18 0
                                    

Waktu baru menunjukan pukul 7 pagi tapi seorang Biru sudah sampai disekolah. Bukan tanpa alasan Biru datang lebih awal dari temannya yang lain, pagi ini Biru ingin menghindari sosok yang paling ia benci, sang ayah.

Ketimbang duduk bersama dan menyantap sarapannya bersama sang ayah, Biru lebih memilih memakan sepotong roti dan sekotak susu vanilla yang ia beli dikantin.

Tungkai jenjangnya ia gerakan menuju kelas yang sudah dipastikan masih sepi bahkan kosong, kegiatan belajar mengajar baru akan dimulai pukul 8.

Sambil mengunyah roti yang ia beli sebelumnya, Biru fokus memainkan smartphonenya dan mengupload tugas video yang sebelumnya diberikan oleh pak Zaki.

"Done, you're doing great Bi!" puji Biru kepada dirinya sendiri. Bohong jika Biru tidak membutuhkan afeksi dari orang lain, terutama dari orang terdekatnya.
Hanya saja keadaan tidak memungkinkan untuk Biru mendapatkan itu semua, setidaknya begitu menurut Biru.

Dan baru saja Biru ingin memejamkan matanya sejenak, ia mendengar suara pintu pintu kelasnya terbuka namun bukan teman sekelas Biru, melainkan sosok wanita yang sangat asing untuk Biru.

"Aishh, sial.. ada orangnya lagi" gerutu wanita yang baru saja membuka pintu kelas Biru dan bermaksud untuk kabur saat melihat Biru tengah duduk dibangkunya.

"Cari siapa?" tanya Biru yang membuat wanita itu menghentikan langkahnya untuk kabur.

"Oh.. ini.. anu.."

"Hah?"

"Aish.."

"Kamu cari siapa?" tanya Biru untuk kesekian kalinya.

"I.. ini ada kiriman buat kak Biru." gumam wanita tersebut gugup, dan dengan sisa keberanian yang ada akhirnya wanita tersebut masuk kedalam kelas dan menghampiri Biru, "ini tolong dimakan ya kak." ujar wanita yang sudah dipastikan adik tingkat Biru seraya menaruh paper bag yang sedari ia pegang ke atas meja Biru

"Ini.. dari siapa?" Tanya Biru bingung, pasalnya meskipun Biru 'cukup popular', namun baru kali ini ia mendapatkan kiriman seperti ini

"Rahasia.." cicit Ferren, adik kelas yang baru saja Biru ketahui namanya setelah membaca name tag dari siswi tersebut.

"Lain kali jangan mau disuruh-suruh, dan ini tolong kembalikan aja ke orangnya." Ujar Biru tanpa minat

"Aku loh gak disuruh-suruh!" kesal Ferren yang berhasil membuat Biru tersentak mendengar nada bicaranya, "Ini tuh ada orang yang mesen kue di aku, dan minta diantar ke kakak. Aku sebagai penjual ya udah seharusnya antarin pesanan costumer ku!" lanjut Ferren

"Tapi saya gak pesan, Ferren" ujar Biru, membuat Ferren sedikit kaget karna namanya disebut oleh Biru.

"Y.. ya memang!"

"Lalu siapa yang pesan?"

"Ya rahasia loh! Aku harus jaga privasi costumerku!" kekeuh Ferren, "Udah deh, tinggal dinikmati aja kan, aku pastiin cakenya enak dan gak ada racunnya!"

Lagi-lagi Biru sedikit dikejutkan dengan ucapan yang baru saja ia dengar dari adik kelasnya ini, namun alih-alih mengiyakan begitu saja ucapan Ferren, Biru mengeluarkan 2 lembar uang dari dompetnya, "Saya akan nikmatin, tapi dengan uang saya sendiri. Saya beli" ujar Biru seraya menyodorkan uangnya ke Ferren yang berdiri dihadapannya

"Loh?" Ferren menatap Biru bingung

"Saya beli."

"Kok kamu nyebelin?" Tanya Ferren yang kali ini sudah dipastikan emosinya sudah sepenuhnya terpancing oleh tunggal Narendra

"Apa?"

"Tau lah, uangnya aku ambil.. tapi aku anggap ini uang buat kue pesanan kakak besok. Yang ini tetap dimakan ya.. jangan dibuang! Aku loh buat kue ini susah payah." Lagi dan lagi, Biru dibuat terkejut oleh sikap Ferren, sangat aneh pikirnya. Ferren mengambil uang itu dan mulai beranjak keluar dari kelas, meninggalkan Biru yang masih bingung dengan situasi yang baru saja terjadi

"Oh ya, untuk variant kuenya kak Biru bisa chat ke no wa business aku. Ada card yang aku selip didalam paper bag."

Jika Biru menganggap Ferren aneh, begitu juga dengan Ferren yang menganggap Biru adalah sosok kakak kelas yang aneh. Sebelumnya Ferren tidak mengenal Biru, dia hanya tahu jika Biru adalah sosok kakak kelas yang cukup banyak disukai oleh siswi-siswi dilingkungan sekolah mereka. Namun Ferren tidak menyangka jika sosok yang dikagumi oleh banyak siswi itu adalah sosok yang begitu menyebalkan. Biru terlihat ramah, tetapi juga dingin dan kaku dalam satu waktu.

Tetapi terlepas dari sikap menyebalkan Biru yang membuat moodnya hancur dipagi hari, Ferren tidak bisa menolak rezeki yang ada. Bisnis adalah bisnis. Begitu prinsip Ferren.

•••

"wih apa nih?" Tanya Reihan penuh minat saat melihat paper bag yang masih dibiarkan begitu saja oleh Biru.

"Gak tau, punya Biru. Anaknya entah kemana." Jawab Jovan yang tengah asik memainkan smartphone miliknya.

"Bi, gue lihat ya.. Iya lihat aja Han." Ujar Reihan seolah-olah Biru menjawab perkataanya, "wih cheese cake Jo!"

"Terus?"

"Biru kemana ya? Masih lama gak ya?"

"Kenapa memang?"

"Gue mau cake nya hehehe!" cengir Reihan

"Udah gue duga, udah sana gih cari ke perpus atau toilet atau enggak ke kantin." Usir Jovan, yang diusir tengah menimbang nimbang perkataan Jovan namun pada akhirnya ia lebih memilih untuk kembali ke bangkunya dan menunggu Biru dengan sabar

•••

Dan disinilah Biru sekarang, bersama dengan Reihan ia tengah berada diruang tamu milik Jovan.

Reihan tengah menyantap cheese cake milik Biru bersama dengan Jefan, sedangkan Biru tengah asik mengobrol bersama Jese. Jangan tanya Jovan kemana, ia tengah pergi ke Indomaret karna disuruh oleh Jefan. 

"Gimana? Diizinin sama ortu lo Bi?" Tanya Jese, yang ditanya hanya menggelengkan kepalanya pelan

"Bertahan sebentar aja lagi Bi. Siapa tau kalau lo kuliah, lo bisa keluar dari sana.." timpal Jefan dengan mulut yang masih terisi dengan cake milik Biru.

"Kalau.."

"Ya makanya lo pilih universitas yang jauh dari sini Bi. Tuh si Jovan mau kuliah di Bandung katanya." Saran Jefan asal namun tidak sepenuhnya buruk

"Memang iya bang?" Tanya Reihan kepada Jese namun dijawab oleh Jefan,
"Kenapa? Mau ikut-ikutan kan lo kuliah di Bandung bocah?"

"Enggak yaaaa.." ujar Reihan tidak terima

"Alah.. tau-taunya satu universitas terus satu jurusan lo sama adek gue!"

"Dih yaudah memang kenapa? Gak boleh? Siapa lo bang." sewot Reihan yang membuat Biru sedikit terhibur dengan kelakuan teman-temannya.

"Gue Jefan, gue abangnya Jovan, gue yang punya rumah ini, mau ape lo?"

"Dih.."

"Apa?"

"Asik banget ya kalian para tuan muda bersenda gurau disaat gue harus jalan kaki ke Indomaret, panas-panasan pula." Gerutu Jovan yang baru saja balik dari Indomaret, ditentengnya paper bag berisikan jajanan pesanan Jefan dan yang lainnya

"Bagi kuenya bang" pinta Jovan lalu menyuapkan kue dari sendok Jefan, "Enak.. beli dimana Bi? Tumben lo bawa kue kesekolah."

"Beli di Ferren" jawab Biru santai, "memang seenak itu?" Tanya Biru, pasalnya ia sama sekali tidak mencicipi kue miliknya

"Iya seenak ini.. Ferren tuh toko kue yang dimana?" Tanya Jovan yang melanjutkan sesi menyuap kue ke mulutnya

"Bukan toko.. adek kelas kita. Tapi gak tau sih, mungkin dia punya toko kue." jelas Biru

"Hah? Adek kelas kita?"

"Iya. Gue juga baru tau tadi pagi."

"Terus kok bisa lo beli kue ini di dia? Lo kenal dari mana?" Cecar Reihan, jiwa keponya kembali lagi kepermukaan

"Ceritanya panjang, pokoknya gitu. Gak penting Han. Udah lanjutin aja itu makanan lo."

"Dih.. Eh tapi bang, Jo.. tumben gak sih panjang ceritanya si Biru sama si adek kelas. Biasanya belum apa apa udah selesai itu cerita."

"Gak usah makan kue gue ya lo Han!"

BIRU [HARUTO OF TREASURE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang