[ biru, identik dengan langit dan lautan. juga merupakan warna keberanian dan dedikasi. akan tetapi biru juga merupakan simbol dari depresi dan kedalaman jiwa manusia ]
Tidak seperti hari-hari biasanya yang begitu memuakan, hari ini bisa dianggap menjadi hari yang cukup menyenangkan bagi Biru.
Dirinya ditelfon saat berkumpul dengan teman-temannya oleh sang ayah yang memberitahu akan melakukan perjalanan bisnis dadakan untuk beberapa hari kedepan. Tentu Biru senang, kapan lagi dirinya lepas dari beban batin yang ia rasakan untuk beberapa hari kedepan.
Jika ditanya apakah sang ayah seburuk itu? Biru akan mengatakan tidak. Biru sadar betul jika dirinya dan sang ibu juga tidak cukup baik dalam memerankan perannya masing-masing.
Ayahnya memang begitu keras dan tegas terhadap Biru dan sang ibu, terkadang membuat masing-masing dari mereka merasa tertekan dalam menghadapi sikap otoriter sang kepala keluarga.
Tetapi dengan keluarnya sang ibu dalam keluarga mereka, melepaskan perannya sebagai seorang istri dan meninggalkan sang anak kepada sang ayah begitu saja membuat Biru sadar jika sang ibu juga tidak cukup untuk dikatakan lebih baik dari sang ayah.
Biru yang merasa dirinya ditinggal oleh sang ibu selalu menyalahkan sang ayah atas segala hal yang terjadi terhadap dirinya. Membuat hubungan antara dirinya dan sang ayah menjadi tidak baik dan kian merenggang tiap harinya.
Dan disinilah Biru, didalam kamarnya. Dikediaman milik keluarganya. Kediaman yang sudah tidak lagi Biru anggap sebagai sebuah rumah, melainkan sebuah penjara, camp penampungan untuk dirinya, atau sebuah neraka bagi dunianya.
Namun malam ini terasa berbeda, akhirnya setelah sekian lama Biru merasakan rumahnya terasa seperti sebuah rumah meskipun hanya ada dirinya seorang diri. Tidak mengapa, Biru tidak lagi membutuhkan kehangatan sebuah keluarga, yang dirinya inginkan hanyalah sebuah ketenangan.
Biru merebahkan tubuhnya setelah membersihkan diri dan melaksanakan ibadah, niat awalnya Biru ingin mengistirahatkan tubuhnya sejenak sambil menunggu waktu ibadah selanjutnya, namun niatnya tersebut harus ia urungkan akibat notifikasi masuk yang sebelumnya sempat ia abaikan begitu saja.
Biru mengambil smartphone miliknya yang ia letakan dimeja belajar, mengecheck setiap notifikasi dan merespon beberapa pesan yang ia anggap perlu untuk direspon.
Dari beberapa notifikasi yang masuk terdapat sebuah pesan dari sang adik kelas yang hari ini meminta no handphone milik dirinya. Awalnya Biru tidak berniat untuk merespon, dirinya hanya akan menyimpan balik no handphone sang adik kelas. Namun pada akhirnya Biru yang merasa tidak enak jika mengabaikan begitu saja beberapa pesan dari Ferren akhirnya membalasnya
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Baru beberapa saat dirinya membalas pesan dari sang adik kelas, sebuah panggilan masuk dari Ferren membuat Biru terdiam beberapa saat. Sejujurnya saat ini dirinya enggan untuk berbicara kepada siapapun. Biru hanya ingin segera istirahat karna sungguh ia cukup lelah dengan kegiatannya hari ini.
Namun seperti tidak memiliki pilihan lain, pada akhirnya Biru mengangkat panggilan tersebut