"Pagi Ren!" Sapa salah satu kakak kelas saat Ferren baru saja sampai didepan gerbang sekolah,
"Oh, pagi juga kak! Have a nice day." Jawab Ferren begitu ramah, yang tentu saja membuat sang kakak kelas terlihat begitu senang karna sapaannya dibalas oleh Ferren yang merupakan salah satu siswi populer,
"Iya Ren, lo juga.. By the way gue mau tanya, lo sama-"
Belum selesai sang kakak kelas menyelesaikan ucapannya, netra cantik milik Ferren menangkap kehadiran dari kakak kelas yang beberapa hari ini sangat menarik perhatiannya yang tak lain dan tak bukan adalah Biru,
Seperti biasanya, Biru datang dengan mengendarai motor kesayangannya, tidak lupa dengan helm fullface dan jaket varsity yang ia pinjam dari Jovan.
Ia sempat melihat Ferren tengah berbincang dengan salah satu siswa yang entah siapa namanya, namun ia tidak begitu perduli dan melewati Ferren begitu saja.Biru membunyikan klakson guna menyapa security, "pagi pak!" Sapa Biru tanpa menghentikan laju motornya untuk masuk kedalam parkiran sekolah,
"Eh maaf kak, aku duluan ya." Potong Ferren lalu berlalu begitu saja,
Ferren melangkahkan kaki jenjangnya ke area parkir dimana Biru memarkirkan motornya,
"Kak Biru!" Sapa Ferren cukup kencang, membuat beberapa siswa dan siswi yang juga berada di area parkir sontak menoleh kearah mereka
Biru yang merasa dirinya dipanggil menolehkan kepalanya dan cukup bingung karna melihat keberadaan Ferren yang tiba-tiba saja berada di belakang motornya, "oh Ferren, kenapa?"
Tanya Biru seraya melepaskan helmnya"Morning!" Ucap Ferren dengan senyum yang begitu manis, bila saja yang disapa bukanlah seorang Biru, sudah pasti siswa itu akan jatuh kedalam pesona si cantik Adhitama
Biru mengangkat sebelah alisnya, jujur saja ia semakin bingung dengan kelakuan adik kelasnya ini.
"Aku loh nyapa kak Biru, ya dijawab kek. Nyebelin!" gerutu Ferren, tidak lupa wajahnya ditekuk namun masih terlihat lucu dan menggemaskan untuk siapa saja yang melihatnya
Dia kenapa? Biru tidak habis pikir jika adik kelasnya ini menggerutu kepada dirinya dipagi hari, "ya Ferren.. selamat pagi!" jawab Biru pada akhirnya
"Tauk ah! Udah telat ngejawabnya" namun alih-alih meninggalkan Biru, Ferren masih berdiri ditempatnya, menunggu Biru yang juga masih berdiri disamping motornya
"Gak masuk?" Tanya Biru seraya melangkahkan kakinya yang diikuti Ferren dibelakangnya
"Bareng kak." Jawab Ferren lalu menyamakan langkahnya dengan sang kakak kelas. Biru tidak menjawab, ia mengeluarkan smartphone dari saku jaketnya dan mengetikan sesuatu yang entah apa dan untuk siapa Ferren tidak tahu
Setelahnya mereka jalan dalam diam dan meninggalkan banyak mata yang sejak tadi meperhatikan interaksi keduanya.
Jadi benar ya gosip yang beredar akan kedekatan Biru dan Ferren, bahkan Biru terlihat tidak terlalu terganggu dengan keberadaan Ferren didekatnya. Begitu kira-kira yang ada dipikiran mereka.
Jika ditanya apakah Ferren sungguh jatuh cinta dan sejak kapan Ferren telah jatuh kedalam pesona Biru? Ferren juga tidak tahu.
Sejujurnya Ferren tidak yakin apakah dirinya sudah jatuh cinta kepada kakak kelas yang menurutnya aneh dan menyebalkan itu.
Hanya saja Ferren tidak menampik jika Biru adalah cowok yang mampu menarik perhatiannya tanpa butuh usaha sedikitpun.
Perlu diingat, Biru tidak perlu menyapa atau mengajak Ferren makan siang seperti siswa lainnya untuk sekedar mendapatkan atensi dari sang wanita, atau Biru tidak perlu bersusah payah memikirkan topik pembicaraan untuk memulai obrolan dengannya.
Semuanya mengalir dan terjadi begitu saja untuk Biru.Tidak, Biru tidak pernah meremehkan Ferren. Mungkin jika ditanya tentang bagaimana Ferren dimatanya, Biru tidak akan sulit untuk menjawab jika Ferren adalah adik kelas yang cukup menyenangkan, terlebih Biru juga mengakui Ferren memiliki paras diatas rata-rata.
Hanya saja Biru tidak memiliki niat lebih kepada sang adik kelas seperti siswa lainnya.Lalu jika ditanya, bagaimana Biru dimata Ferren? tentu saja Biru adalah sosok yang aneh, dan sangat menyebalkan.
Tetapi diluar itu semua, dengan apa yang sudah Ferren lalui saat dirinya bersama Biru, mungkin Ferren akan mengatakan jika Biru adalah sosok pria yang paling tulus yang pernah ia kenal.Ferren tidak bodoh, ia tahu jika selama ini banyak pria yang menginginkan dirinya. Tetapi tidak dengan Biru. Ferren tahu jika sang kakak kelas tidak memiliki niat lebih seperti pria lainnya.
Ferren nyaman berada disamping Biru, maka dengan demikian, mulai saat ini Ferren akan berusaha untuk terus berada disisi Biru. Membiarkan gosip yang sebelumnya beredar semakin membesar, atau membiarkan gosip tersebut menjadi sebuah kenyataan, membiarkan dirinya sungguh jatuh cinta kepada sang kakak kelas.
Jika hal itu sungguh terjadi maka Ferren dengan senang hati akan berusaha membuat Biru merasakan hal yang sama.•••
"Kak Biru, tunggu!!!" Teriak Ferren, membuat tidak hanya Biru tetapi juga siswa-siswi yang berada dikoridor lagi-lagi menoleh kearahnya
"Gue sama yang lain nunggu di parkiran Bi." ujar Jovan seraya meninggalkan Biru, Biru mengangguk pelan lalu menghentikan langkah kakinya, menunggu sang adik kelas yang kini tengah berlari pelan kearahnya
"Kenapa Ren?" Tanya Biru saat Ferren telah berada dihadapannya, yang ditanya tidak langsung menjawab. Ferren masih berusaha mengatur nafasnya yang masih belum teratur akibat berlari dari lantai tiga untuk mengejar Biru yang ternyata telah keluar dari kelasnya, "bentar kak.."
Setelahnya saat nafasnya sudah teratur seperti semula, Ferren menarik tali tas Biru dan mulai melangkahkan kakinya,
"Aku dengar loh waktu itu kak Biru bicara apa" ujar Ferren yang masih saja menarik tali tas Biru sehingga mau tak mau Biru mengikuti dirinya."Yang mana?" Tanya Biru tidak paham. Jika Ferren menganggap Biru aneh, sejujurnya Biru juga menganggap Ferren adalah seseorang yang aneh, sering kali Biru tidak paham akan sikap dan topik pembicaraan dari adik kelasnya ini.
"Waktu kak Biru antar aku pulang itu loh, kak Biru bilang mau mampir kapan-kapan kerumahku." Jawab Ferren santai
"Hah? Saya bicara begitu?" Sungguh Biru lupa kapan dirinya bicara seperti itu, ataupun jika benar dirinya mengatakan hal itu, Biru yakin jika saat itu otaknya tengah tidak berjalan dengan normal
"Iya.. aku gak mungkin salah dengar."
Entah Biru harus menjawab apa.
"Mau mampir kerumah ku gak hari ini?" Ajak Ferren
Bingung, lagi-lagi Biru dibuat bingung oleh ucapan dan sikap dari Ferren. Jika dengan orang lain Biru akan dengan mudah memutuskan obrolan atau menolak sebuah ajakan, maka tidak dengan Ferren. Semakin Biru berusaha untuk memutuskan obrolan, maka Ferren juga akan semakin berusaha untuk terus melanjutkan obrolan
"Kayaknya enggak dulu Ren. Saya ada janji sama teman saya. Mungkin lain kali." Tolak Biru sopan.
"Hm yaudah.. yang penting kak Biru janji mau mampir kerumah."
"Ah ya.." jawab Biru yang tidak tau lagi mau menjawab apa
"Oke.. yaudah sini biar aku save no kak Biru." Ferren menyodorkan smartphone miliknya ke Biru yang mau tak mau diterima oleh yang lebih tua
"Udah, duluan ya Ren." Pamit Biru.
"Ok kak Biru hati-hati ya! Jangan lupa balas chat ku!!!!" Teriak Ferren disusul kekehan lucu dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BIRU [HARUTO OF TREASURE]
Romance[ biru, identik dengan langit dan lautan. juga merupakan warna keberanian dan dedikasi. akan tetapi biru juga merupakan simbol dari depresi dan kedalaman jiwa manusia ]