Selain sebagai tempat menuntut ilmu, sekolah juga menjadi tempat dimana berbagai macam gosip muncul dan dibicarakan.
Seperti saat ini, setelah Ferren mengantarkan Oreo cake pesanan Biru untuk kedua temannya yakni Jovan dan Reihan, muncul gosip jika Ferren memiliki hubungan dengan Biru, siswa yang tidak hanya terkenal dikalangan siswa dan siswi, tetapi juga dikalangan para guru.Jika berbicara tentang ketenaran, Ferren juga tidak kalah terkenal dengan Biru dilingkungan sekolah. Jika Biru dikenal sebagai sosok yang ramah namun juga tertutup, Ferren lebih dikenal sebagai siswi yang ramah dan supel dalam menjalin hubungan pertemanan dengan siapapun.
Maka tak heran jika banyak juga siswa yang menaruh rasa kepada sang siswi, namun tidak dianggap srius oleh Ferren.Gosip kedekatan keduanya dimulai saat setelah Ferren mengantarkan pesanan kue milik Biru kepada Reihan dan Jovan.
Ferren yang datang ke kelas Biru pun sudah pasti mendapatkan perhatian dari masyarakat kelas. Terlebih beberapa siswi mendengar jika Biru yang memesan kue itu.Bukan hal yang aneh sebenarnya jika penjual mengantarkan pesanan kepada costumernya, hanya saja hal yang membuatnya aneh adalah siapa yang memesan dan siapa yang menjualnya.
Bagaimana bisa Biru memesan kue kepada Ferren jika Biru tidak kenal atau bahkan dekat dengan Ferren?
Dengan demikian gosip mulai terbentuk dan mulai menyebar ke lingkungan sekolah."Lo lagi deket ya Ren sama kak Biru?" Tanya Ricky yang telah mendengar kedekatan temannya dengan salah satu kakak kelasnya.
"Hah? Kata siapa?"
"Beneran lagi deket?"
"Enggak loh.. kamu kata siapa sih Ky?"
"Sriusan?"
"Kamu kata siapa?"
"Anak-anak sekolah lagi bicarain lo sama kak Biru."
"Hah? Sriusan? Kok bisa?"
"Gak tau." Jawab Ricky ketus. Entah Ferren sadar atau tidak, Ricky memang menaruh rasa kepada dirinya.
•••
Berbeda dengan Ferren yang sudah tahu akan gosip yang beredar, Biru sama sekali tidak tahu atau belum tahu terkait gosip dirinya dengan sang adik kelas.
Memang Biru sedikit merasa berbeda hari ini, sejak ia datang ke sekolah entah mengapa dirinya merasa menjadi pusat perhatian bagi masyarakat sekolah. Beberapa siswi seolah menaruh seluruh atensinya kepada Biru saat dirinya tengah berlalu lalang dilingkungan sekolah. Namun bukan Biru namanya jika ia peduli akan tatapan orang lain kepada dirinya. Menurut Biru itu bukan hal penting yang harus ia pikirkan.
"Pada kenapa deh.." gumam Reihan yang kini tengah berada di kantin bersama dengan Biru, Jovan, dan Jefan.
"Kenapa?" Tanya Jefan yang sejujurnya tidak memerhatikan lingkungan sekitar.
"Mereka pada lihatin kita Bang."
"Ah masa? Perasaan lo aja kali Han." Ujar Jefan seraya menyantap batagor pesanannya.
"Enggak bang, Jo.. Bi.. lo berdua merasa kan?"
"Entah.. Bodo amat." Jawab Jovan acuh, membuat Reihan mendengus karna sejujurnya Reihan sangat tidak nyaman saat merasa dirinya dan teman-temannya menjadi pusat perhatian.
Baru saja Reihan ingin menghampiri salah satu siswa yang duduk tidak jauh dari mereka, Ferren datang kedalam kantin dan terlihat seperti mencari seseorang. Dan ya, Biru adalah seseorang yang dicari Ferren.
"Kak Biru.. bisa bicara sebentar?" Bisik Ferren, namun entah kenapa seluruh mata langsung memusatkan perhatiannya kepada mereka.
Berbeda dengan Biru yang seperti belum paham akan situasi yang terjadi, Ferren tanpa menunggu jawaban dari Biru langsung menarik Biru dari duduknya dan membawanya keluar dari kantin. Meninggalkan berbagai bisik dari siswi-siswi yang sangat penasaran akan hubungan keduanya.
•••
"Kenapa?" Tanya Biru bingung namun tidak menolak saat tangannya ditarik oleh Ferren.
"Anu.. Kak Biru udah dengar gosip disekolah hari ini?"
"Gosip?" Tanya Biru bingung
"Iya gosip."
Biru menggeleng pelan, pasalnya Biru sama sekali tidak tahu dan tidak ingin tahu akan gosip hangat yang beredar disekolahnya.
"Aishh.. gimana ya jelasinnya."
"Ada apa?" Tanya Biru penasaran, pasalnya Ferren terlihat bingung dan tidak nyaman
"Itu.. ada gosip yang beredar tentang kita kak."
"Tentang kita?"
Ferren mengangguk lemah, "Iya.. gosip hubungan kita." Sungguh Ferren merasa tidak enak dan malu saat ini. Ferren sadar jika gosip ini tidak akan terjadi jika dirinya tidak dengan bodohnya mengantarkan pesanan kue Biru disaat jam istirahat. Namun tanpa pikir panjang, dirinya dengan santainya mengantarkan cake pesanannya, pesanan dari seorang Biru. Ia merutuki kebodohannya.
Untuk beberapa saat Biru tidak merespon, dirinya masih mencerna penjelasan dari Ferren. Memang dirinya memiliki hubungan apa dengan Ferren? Kenapa ada gosip seperti itu?
Namun bukannya menuntut penjelasan yang lebih dari Ferren, Biru lebih memilih untuk diam dan tidak terlalu ambil pusing dengan gosip yang beredar, "Gak usah didengar dan diperduliin, gak penting." Ujar Biru tenang, hal ini sontak membuat Ferren sedikit kaget dengan sikap tenang dan cuek Biru. Bagaimana bisa Biru tidak perduli akan gosip yang beredar tentang dirinya? Aneh!
"Tapi kak.."
"Maaf ya Feren. Nanti biar saya bicara dan jelasin ke pacar kamu."
"Eh? Anu.. bukan gitu, aku gak ada pacar."
"Oh?"
"Iya kak."
Biru menganggukan kepalanya canggung, "Hmm." Jujur Biru bingung harus bereaksi seperti apa.
"Heee.. aku juga mau minta maaf sama kak Biru, gara-gara aku kak Biru jadi kena gosip."
"Hm.. Kamu gak perlu pikirin, perlahan gosipnya akan mereda."
"I iya kak.."
"Yaudah saya balik kekelas ya Ferren." Pamit Biru seraya meninggalkan Ferren yang masih betah duduk ditaman belakang sekolah
•••
"Kok bisa?" Tanya Jovan menuntut penjelasan dari Biru perihal gosip yang beredar tentang sahabatnya.
"Gue juga gak tau Jo."
"Loh? Tapi kok bisa gitu ada gosip lo sama si Ferren? Lo memang ngapain aja sama dia?"
Biru yang tidak terima dengan pertanyaan dari Jovan melemparkan buku yang ia baca kearah sahabatnya itu, "Jaga mulut lo ya! Gue gak ngapa-ngapain sama dia." Sanggah Biru
"Terus?" sungguh Jovan tidak paham sama situasi yang terjadi
"Yaudah, bodo amat." Jawab Biru acuh.
Jovan yang terlampau paham dengan sifat sahabatnya itu hanya bisa mendengus malas dan lebih memilih untuk segera pulang kerumahnya, "Gue balik Bi.. males gue nanti ketemu bokap lo." Pamit Jovan seraya keluar dari kamar Biru.
Biru tidak merespon Jovan, dirinya lebih memilih fokus menatap kosong langit-langit kamarnya dan berusaha untuk tidak memikirkan akan kejadian yang terjadi hari ini.
Besok masih akan ada banyak hal yang harus ia pikirkan. Hal-hal yang lebih penting menurutnya daripada sekedar memikirkan hal romansa yang sepertinya tidak cocok untuk dirinya."Eh.. sudah pulang om.. Sa saya pamit pulang ya om! Biru ada dikamarnya hehe. Assalamualaikum om!" ujar Jovan sedikit gugup saat berpapasan dengan ayah Biru yang sepertinya baru pulang dari kantor.
Jovan melangkahkan kakinya lebih cepat bahkan berlari kecil agar bisa cepat keluar dari kediaman sahabat karibnya itu.
Sungguh bertemu dengan ayahnya Biru adalah suatu hal yang sangat dihindari tidak hanya oleh Jovan tetapi juga oleh sang anak.

KAMU SEDANG MEMBACA
BIRU [HARUTO OF TREASURE]
Romance[ biru, identik dengan langit dan lautan. juga merupakan warna keberanian dan dedikasi. akan tetapi biru juga merupakan simbol dari depresi dan kedalaman jiwa manusia ]