Terhitung telah delapan hari sejak kejadian dirumahnya, Ferren masih belum memiliki kesempatan untuk berbicara dengan sang kakak kelas.
Biru tidak menghindarinya, hanya saja Ferren merasa jika Biru kembali seperti Biru sebelumnya, yang bersikap seolah tidak mengenalnya. Bahkan dirinya merasa jika Biru lebih terlihat muram dan tertutup dari sebelum-sebelumnya.
Dan hari ini adalah hari kedua sejak sang kakak kelas yang tidak lagi terlihat di lingkungan sekolah. Entah apa alasannya. Ferren terlalu takut hanya untuk sekedar mengirimi pesan kepada sang kakak kelas, menanyakan apakah semuanya baik-baik saja.
Dirinya terlalu takut jika sang kakak kelas mungkin akan mengabaikannya.Maka dengan sisa keberanian yang ada, Ferren lebih memilih untuk menanyakan kabar sang kakak kelas kepada Jovan dan Rehan yang ia ketahui merupakan dua sahabat dari orang yang kini telah mengusik pikirannya,
"Kak Jovan!" Panggil Ferren saat Jovan tengah melewati kelasnya, dapat Ferren lihat jika cowok yang juga kakak kelasnya ini baru saja menyelesaikan ekskul futsal.
"Eh? Ferren ya?" Tanya Jovan memastikan, pasalnya Jovan tidak terlalu pandai dalam mengingat wajah seseorang
"Iya kak.. boleh bicara sebentar?"
Ferren dapat melihat dengan jelas bagaimana Jovan yang tampak begitu ragu-ragu, namun dirinya bernafas lega saat sahabat dari Biru ini mengangguk pelan dan meminta dirinya mengikutinya
Jovan mengajak Ferren ketaman belakang sekolah, tempat dimana sangat jarang sekali didatangi masyarakat sekolah, "Kenapa Ren?" Tanya Jovan basa-basi, sejujurnya Jovan sangat tahu topik apa yang akan adik kelasnya ini bicarakan
"Emm itu kak, kak Biru sakit ya? Aku lihat udah dua hari kak Biru gak masuk sekolah."
"Enggak sakit kok, lo gak perlu khawatir."
"Eh? Sriusan kak? Terus kenapa gak masuk sekolah?"
"Dia izin, ada acara keluarga di Bandung. Senin juga udah masuk kok dia." Bohong Jovan, acara keluarga?
Keluarga besar Biru tidak seharmonis itu untuk dapat membuat sebuah acara keluarga."Ohh.. Oke."
"Iya Ren.. yaudah gue balik kelas ya."
"Eh tunggu kak."
"Hm?"
"Sorry aku mau tanya sekali lagi.. Kak Biru ada bicara sesuatu gak sama kak Jovan tentang aku?"
Jovan tampak mengingat-ingat kembali, namun seingatnya sang sahabat tidak pernah membahas masalah wanita kepada dirinya, "Enggak. Memang kenapa?"
"Oh gitu.." gumam Ferren, haruskah dirinya memberi tahu Jovan terkait masalah dirinya dan Biru?, "Kak Jovan lagi buru-buru gak?"
Pada akhirnya Ferren memutuskan untuk membicarakannya kepada Jovan, toh siapa tahu, Jovan bisa membantu dirinya.Jovan menggeleng sebagai respon. Sejujurnya ia sudah memiliki janji dengan Rehan, namun rasa penasaran akan pembahasan apa yang akan Ferren katakan membuat Jovan mengesampingkan terlebih dahulu janjinya dengan Rehan.
Ferren menarik nafasnya kasar, dadanya terasa sesak setiap kali mengingat kejadian antara dirinya, Biru, dan Daniel, "Aku gak tauk harus mulai darimana kak.. tapi kayaknya kak Biru marah sama aku."
"Marah?"
Ferren mengangguk frustasi, "Iya, salah aku memang kak. Tapi sumpah aku gak tau kalau akan begitu."
Jovan mengkerutkan alisnya bingung, sungguh dirinya tidak tahu maksud dari pembicaraan sang adik kelas,
"Bentar.. coba lo jelasin deh kenapa si Biru bisa marah."

KAMU SEDANG MEMBACA
BIRU [HARUTO OF TREASURE]
Romance[ biru, identik dengan langit dan lautan. juga merupakan warna keberanian dan dedikasi. akan tetapi biru juga merupakan simbol dari depresi dan kedalaman jiwa manusia ]