18

35.2K 981 42
                                    

Beberapa bulan kemudian....

Kanela menangis tergugu karena Kinanti tidak memperbolehkan anaknya diberi nama Kinara, katanya nanti sama seperti anaknya. Beberapa bulan lalu, sebelum melahirkan, Kanela dan Kinanti mengobrol, membicaran nama anak. Kanela yang tidak melakukan USG jenis kelamin, berharap anak pertamanya itu laki-laki, dan akan dia beri nama Kano. Sedangkan Kinanti, yang kalau menikah dan punya anak nanti, dia berharap anaknya perempuan, akan dia beri nama Kinara.

Nyatanya, anak yang dilahirkan Kanela hari ini adalah perempuan, wanita yang baru sah menjadi ibu itu menangis tersedu-sedu di dalam pelukan suaminya. Menangisi anaknya yang tidak memiliki nama. Kinanti yang duduk di antara banyak orang di dalam ruangan rawat  Kanela pun hanya diam melipat tangan, dia masih engan memberi nama calon anaknya nanti pada keponakannya yang baru lahir itu.

"Sudah, ya, pakai nama lain aja," Bujuk Argan. Dia usap-usap pundak istrinya yang masih bergetar, berharap bisa memberi ketenangan.

"Nggak mau,"

"Masih ada nama lain, Sayang. Kinari, kan, bisa,"

"Kamu pikir anakku kacang?" Nela mendelik ke arah suaminya yang asal memberi nama buah cinta mereka. Kasihan sekali anaknya yang disamakan dengan makanan tupai.

Kinari—Kenari, serupa tapi tak sama, tapi bagi Kanela sama saja.

Argan mengaruk tengkuknya bingung sendiri. Sebenarnya sudah ada nama yang Argan siapkan untuk anak pertamanya, tapi Kanela tidak terima karena awalan hurufnya adalah N. Nadia Aurelia Juanda. Menurut Kanela awalanya harus K, bukan N apalagi A. Nela tidak suka jika nama anaknya sama dengan Argan. Apalagi sama seperti Ayumi, no way!!

Tapikan Argan bapaknya!? Percumah memang dia siang malam menunggang bagai kuda.

Lagian Kanela juga tidak suka dengan nama Nadia atau Aurelia, katanya itu nama-nama pelakor. Nama-nama orang jahat yang sedikit baiknya. Nela tahu nama adalah doa, tapi dia tetap tidak suka. Dia ibunya, yang melahirkan anaknya, terserah dirinya.

Kalau nama anaknya Kinara, kan, bagus, pangilannya juga enak didengar. 'Kinara sini sayang' atau 'Nara, makan dulu, nak.' Coba kalau Kinari 'Nari sudah pulang, nak?' Nari, Nari, memang anaknya Jaipong!

Memang julidd sekali istri bapak Argan ini...

"Ya udah, dia namanya Kinara" ujar Kinanti ditengah rasa sendu. Semua orang bersorak senang, bersuka cita termasuk Kanela yang langsung memberhentikan tangisnya, "Tapi kalau anakku udah lahir namanya aku minta lagi,"

Kanela akan menangis lagi ketika Mami menghampiri Kinanti untuk memberi penjelasan. Wanita paruh baya itu mengusap kepala anak angkatnya penuh sayang.

"Kinanti, Sayang, nggak kitu konsepnya, Nak," Mami raih tangan Kinanti lalu diusap-usap. "Kalau namanya itu, ya sudah itu saja, nggak ada diganti-ganti. Memang Kinanti pernah namanya diganti?"

Kinanti menggeleng.

"Nah itu. Dari kecil Kinanti kan namanya ya tetap Kinanti. Kinanti siapa?"

"Kinanti Larasati,"

"Siapa yang kasih nama?"

Kinanti melirik Abah Juragan yang menatapnya dengan lembut dan senyum hangatnya. "Abah Juragan,"

"Abah pernah ganti nama Kinanti?"

"Nggak,"

"Abah aja ikhlas kasih nama Kinanti, masak Kinanti nggak ikhlas kasih nama anak Mbak Kanela,"

"Kinanti ikhlas Mami Juragan,"

"Anak pintar," Mami hadiahi ciuman dipipi Kinanti penuh sayang. "Nanti kalau kamu juga menikah dan punya anak, kamu minta Mbak Kanela buat kasih nama. Kayak kamu kasih nama anak Mbak Kanela."

Kanela(End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang