"Sekalian mandi?" tanya Nela ketika Argan menarik kausnya terlepas.
"Iya. Kamu juga buka baju."
"Tapi kan cuma mau cukur?"
"Sekalian."
Nela menurut. Ia buka bajunya dan juga celana rumah pendeknya. Dan sejurus kemudian mereka sudah sama-sama tanpa busana. Argan giring Neka duduk di bangku pojok kamar mandi, di suruhnya istrinya itu duduk.
"Gunting, dan perlengkapan lain udah."
Nela mengangguk. "Kenapa minta di potong? Waktu itu aku suruh aja nggak mau." tanya Nela yang sudah mulai mengunting rambut-rambut halus yang rimbun. "Padahal lucu. Keriwil."
"Gantian." jawab Argan mengingat ia juga pernah melakukan untuk sang istri. "Jangan salah gunting."
"Ya maaf kalau nyerempet." Nela berjingkat kaget ketika Argan mundur begitu cepat. "Belum selesai itu."
"Sakit, Sayang, kalau kena."
"Lagian, Mas, aneh. Aku kan bukan tukang cukur, masak suruh potong rambut."
"Terus saya mau suruh siapa? Gini-gini itu aset yang buat kamu merem melek setiap malam."
Nela yang merasa geram di gaploknya pantat Argan. "Ngomongnya, ya!"
"Sakit sayang." Rengeknya dengan mengusap bokongnya. "Jugaan bener, kok. Siapa yang kerjaanya bilang enak mas, enak. Lagi, lagi, sodok yang dalem."
"Ihhh.. Aku nggak mau potong lagi."
"Jangan ngambek, Sayang." Argan raih gunting yang tadi Nela lempar. "Lagian saya suka kok kamu ngomong gitu. Apalagi waktu nenenya mantul-mantul. Lucu." di remasnya dada besar sang istri gemas.
Nela bersemu. Bisa saja lelaki itu merayunya.
"Lanjut, ya."
"Diem kalau gitu."
Argan mengangguk. Di tatapnya sang istri yang kini sudah serius. Mengunting secara hati-hati dengan sesekali menyeprot miliknya dengan krim pencukur. Hatinya menghangat melihat pemandangan itu. Argan sangat beruntung memiliki istri seperti Kanela. Selain karna wanita itu sangat amat di cintainya, Nela juga pandai memanjakanya. Buktinya saat Argan meminta wanita itu mengunting rambut kemaluanya tak ada penolakan. Bahkan Nela melakukanya dengan sepenuh hati.
Nela terkikik ketika melihat milik suaminya sudah mengacung tinggi. Sesekali ia sentuh karena mengganggu pandanganya.
"Sayang..." Argan mengeram saat Kanela mengopres miliknya dengan handuk hangat. Sesekali istrinya itu mengusap-usap miliknya.
"Biar nggak iritasi. Hmm.. Besar "
Argan terkekah. "Punya kamu." di belainya kepala Nela lembut. "Sudah?"
"Tinggal kasih pelembab. Mandi dulu tapi."
Argan tidak bergeming. Di tatapnya mata istrinya sayu. "Pake ini dulu boleh." Argan sentuh bibir istrinya pelan.
"Mas.."
"Sebentar. Udah nggak tahan." di sodorkan ujung miliknya pada wajah istrinya. "Kanela." geramnya ketika istrinya tidak berniat membuka mulut. Gadis itu hanya menatap miliknya datar. "Sekali saja. Saya hanya ingin merasakan milik saya di mulut kamu."
Nela diam..
Argan benar-benar ingin merasakan Nela mengoral miliknya. Selama ini, setelah mereka melakukan hubungan suami istri setiap harinya, Argan memang melarang Nela melakukan apa yang lelaki itu lakukan ada milik istrinya. Menjilat, menyesap, bahkan mengulum area selangkangan. Argan tidak mau Nela tidak nyaman, itu lah sebabnya ia tidak meminta atau menawarkan.