17.

32.9K 956 33
                                    

Kanela mendengus sebal ketika Argan mengabaikanya lagi malam ini. Setelah beberapa hari di sibukan oleh banyak pekerjaan, suaminya itu sama sekali tidak menyetuhnya. Bahkan barang ngobrol sebentar pun tidak pernah.

Itu semua menjadi sepekulasi-sepekulasi sendiri dalam otak kecil Kanela, ia jadi selalu berfikir jika sebenarnya Argan memiliki simpanan. Nela menangis dalam diam, ia cengkaram kuat-kuat selimut yang menutupi tubuh gendutnya.

Mungkin salah satu faktor Argan menduakannya karna tubuhnya yang tidak cantik, lelaki itu pasti banyak menemukan wanita-wanita berelok indah di luaran sana. Tubuh seksi, belahan dada rendah, kaki jenjang mulus terawat. Sedangkan Nela sendiri. Hahh! Semakin tidak kuat ia menahan laju air matanya.

Atau lebih baik Nela mengajukan surat cerai lebih dulu, mungkin rasa sakitnya tidak akan sedalam jika Argan yang menggugatnya. Ia takut jika nanti di tampar kenyataan Argan akan membawa pulang wanita cantik nan seksi mengantikanya di rumah.

"Nggak dibawa lagi, Ki?" tanya Kanela pagi itu setelah memetik selada untuk ia buat sandwich. Entah kenapa ia menginginkan sarapan ala barat, padahal sudah ada nasi uduk yang Bik Rumi buat untuk sarapan.

"Aku nggk tau Bapak berangkat, Mbak. Tiba-tiba denger mobilnya udah jalan gitu aja."

Nela menghela nafas lelah. Bekal makan siang yang ia buat sudah tak pernah Argan bawa lagi. Lelaki itu selalu terlihat buru-buru bahkan tak jarang meninggalkan sarapan seperti pagi ini. Dada Kanela kembali sesak, ia tidak sanggup jika Argan kembali menyakitinya seperti dulu. Entah salah paham atau bukan, ia tak yakin akan mempercayai lelaki itu kembali.

"Nggak jadi but sandwich, Mbak?" tanya Kinanti ketika majikannya itu malah berlalu masuk akan ke kamar.

"Nggak, buat kamu aja."

Setelah kepergian Kanela, Kinanti merogoh ponselnya di dalam saku. Ia mengetikan pesan pada suami Nela dan mengirimnya. Bibirnya melengkung ke atas ketika pesan itu sudah terbaca. Senangnya. Semoga ia mempunyai suami seperti Bapak Arganya itu.

Sedangkan di dalam kamar, sambil menangis Kanela memasukan baju-bajunya ke dalam koper. Ia ingin minggat, pergi jauh agar Argan tidak menjumpainya. Nela ingin membuat perasaannya tenang, damai tanpa tekanan yang memikirkan suaminya berselingkuh.

Satu koper besar dengan satu tas jinjing sudah Nela siapkan. Ia juga sudah berganti baju dan siap pergi dari rumah suaminya. Tapi belum sempat membuka pintu kamarnya, benda itu sudah terbuka lebih dulu.

Argan masuk dengan membawa kue bertuliskan happy annivarsery. Tangis Kanela kembali pecah. Ia lempar koper besar yang ia seret susah payah itu tanpa hati. Di tubruknya tubuh menjulang suaminya sampai terhuyung.

"Mas jahat! Jahat!"

"Suka?"

"Jahat! Kenapa nggk bilang kalau mau kasih kejutan."

Argan tidak menjawab, ia hanya terkekeh sambil mengusap surai pendek istrinya.

"Aku tadinya mau minggat, takut mas selingkuh."

Tawa keras tidak kuasa Argan bendung. Benar ucapan Kinanti ketika Argan meminta bantuan gadis kecil itu menjalankan peranya. Kinanti hawatir jika nanti Nela akan pergi dari rumah dan berfikir Argan main di belakangnya, ternyata benar. Untung saja Argan datang tepat waktu, jika tidak istrinya itu pasti sudah kabur kembali.

"Kebiasaan. Apa-apa sedikit minggat."

"Lagian, Mas, kenapa nggak ngomong kalau mau kasih kejutan. Aku kan jadi mikir macem-macem."

"Itu namanya bukan kejutan dong." ia urai pelukan istrinya. "Tiup lilinya bareng-bareng, ya."

Nela menurut. Ia tiup api yang masih menyala itu bebarengan dengan suaminya. Setelah padam, suara riuh tepuk tangan dari arah belakang terdengar. Bik Rumi, Kinanti, dan beberapa pekerja terlihat tidak kalah bahagia. Mereka senang sekali melihat majikannya saling sayang dan romantis.

Kanela(End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang