New York City, Desember, 2013
Taehyung melangkah menyusuri lorong kampusnya dengan satu tangan memegang partitur sementara tangan lainnya menempelkan ponsel ke telinga. Libur akhir semester yang semakin dekat membuat kesibukan di dalam kampus meningkat, sehingga Taehyung harus ekstra hati-hati dalam melangkah. Juga harus ekstra berusaha untuk mendengarkan ocehan adiknya di ujung telepon.
"Taehyung? Kau mendengarku? Astaga, aku mulai bertanya-tanya apakah sebutan jenius yang kau sandang itu benar-benar nyata. Kau selalu bersikap menyebalkan padaku!" seru Tara kesal.
Menahan lidahnya yang nyaris meledek adiknya berlebihan, Taehyung membalas, "Aku mendengarmu, Tara. Kau akan berulang tahun yang ke delapan belas. Tentu saja aku akan datang. Bahkan meski profesorku melarang, aku akan tetap datang. Kau dengar itu? Meski aku baru bisa datang setelah Kakek pergi, aku juga akan tetap datang. Tenang saja, adik kecilku." Kali ini Taehyung tidak bisa menahan diri dan menyuarakan nama panggilan yang pasti akan membuat adiknya meradang.
Benar saja. Tara mengerang, "Aku hampir delapan belas tahun! Berhenti memanggilku adik kecil! Kau ini seperti ayah yang selalu memanggilku gadis kecilnya." protes Tara.
Taehyung tertawa, "Kau akan selalu menjadi gadis kecil kami, Taralita Kim. Terima saja nasibmu."
"Lupakan topik itu. Bagaimana persiapanmu untuk album perdanamu? Aku akan sangat senang mendengar perkembangannya. Teman-temanku bahkan mulai bertanya-tanya kapan mereka bisa membelinya. Ah ya, kau harus bermain piano semalam suntuk untuk pesta ulang tahunku! Teman-temanku akan menjadi histeris!" sahut Tara bersemangat.
"Sejauh ini semuanya lancar," jawab Taehyung kemudian. Dia berhenti sesaat untuk meresapi udara senja yang terasa sejuk. Sepertinya sudah lama sejak kali pertama dia memiliki kesempatan untuk menikmati cuaca bagus.
"Sekarang aku harus menemui dosen pembimbingku untuk tugas akhir. Aku akan menghubungimu nanti untuk cerita lengkapnya. Sampai jumpa, Tara." lanjut Taehyung, lalu memutuskan sambungan.
***
Juni, 2016
Taehyung menatap pintu ganda berukiran rumit di hadapannya. Di balik pintu itu terdapat ruang kerja Kim Taekgu, yang terkenal dengan sebutan Ruang Keadilan di antara anggota keluarga Kim. Orang yang dipanggil masuk ke dalam sana pastilah orang yang telah melanggar aturan.
Dan orang yang saat ini berada di sana adalah Kim Taejoon.
Musim panas sedang menyelimuti kota New York dan tiga tahun telah berlalu sejak Taehyung lulus dari Julliard. Pelanggaran yang dilakukan oleh ayahnya pasti bukan disebabkan oleh Taehyung, melainkan ...
"Maafkan aku, Taehyung. Aku benar-benar menyesal. Aku tidak bermaksud membawamu dan Ayah ke dalam masalah ini." bisik Tara menyesal.
Taehyung menggenggam tangan Tara, mengisyaratkan bahwa semua baik-baik saja. Bahkan ketika ia sendiri tidak diliputi keyakinan itu, ia akan mengerahkan segenap daya dan upaya untuk menenangkan adik tersayangnya itu. Juga memastikan bahwa benar segalanya akan baik-baik saja.
"Aku tahu kau telah berusaha, Tara. Bukan salahmu jika salah satu penari hebat dunia terpesona padamu dan merekrutmu menjadi murid pribadinya juga mendaftarkanmu di Julliard. Kita akan memikirkan jalan keluarnya. Semua akan baik-baik saja, Tara." sahut Taehyung menenangkan.
Tara mengangguk, bersamaan dengan dibukanya pintu ganda itu. Taejoon Kim menghampiri kedua anaknya dan mengajak mereka pulang. Perjalanan pulang hanya diisi oleh keheningan, hingga akhirnya mereka sampai di rumah. Tara tidak bisa menahannya lagi. Ia tahu ada konsekuensi atas pelanggaran itu.
"Ayah, apa yang dikatakan Kakek?" tanya Tara hati-hati.
Taejoon menghentikan langkahnya dan berbalik menatap kedua anaknya.
"Ia meminta agar Taehyung membatalkan konser keliling dunianya." jawab Taejoon.
"Apa? Tidak!" seru Tara. Wajahnya berubah pucat. Tidak mungkin ia merenggut cita-cita kakaknya sekejam ini.
Taehyung menenangkan Tara, lalu berkata, "Tidak apa-apa. Aku bisa mengusahakannya lain waktu. Lagi pula aku baru saja menyelesaikan konser keliling Eropa. Tidak ada salahnya berlibur untuk sementara."
"Taehyung benar, Tara. Selain itu, kau bisa meneruskan mimpimu. Kakek hanya meminta Taehyung untuk membatalkan konsernya, ia tidak mengatakan apa pun tentang dirimu yang akan masuk Julliard." tambah Taejoon.
Tara meragu, namun ia tak bisa menyembunyikan secercah nada berharap dalam suaranya, "Benarkah itu? Aku boleh berhenti sekolah bisnis dan menjadi penari?"
Taejoon Kim mengangguk dan Tara menghambur memeluknya. Setelah itu Tara mulai melakukan panggilan dan mengurus segalanya, meninggalkan Taehyung dan ayahnya berdiri di ruang tamu rumahnya. Taehyung menyadari dengan perasaan ganjil bahwa tatapan ayahnya terlalu sendu untuk saat bahagia Tara.
"Apakah semua baik-baik saja, Ayah?" tanya Taehyung memastikan.
"Ya. Semua baik-baik saja, Taehyung." jawab Taejoon.
Namun Taehyung tahu, jawaban itu adalah sebuah kebohongan.
***
![](https://img.wattpad.com/cover/302507954-288-k473499.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Song for Unbroken Soul - Taehyung Yoona Version
RomanceRemake Taehyung-Yoona Version Original Story by Nureesh Vhalega Hi readers. I am comeback with a new vyoon story!! Masih dengan remake story - Taehyung Yoona version dari salah satu novel karya writer favorite aku dan ingin membagikan menariknya c...