18.17

1.3K 178 8
                                    

Selamat membaca! Jangan lupa tekan bintang nya.

••••

"Kalian kenapa, sih?" Tanya Sunoo heran ketika melihat Heeseung dan Kirana sedari tadi saling diam.

Suasana kan menjadi canggung kalau begini caranya.

"Gue ganggu?" Sunoo kembali bertanya membuat Kirana langsung menggeleng panik.

"Bukan, gitu!"

"Terus kenapa pas gue sampe sini kalian kayak canggung gitu?"

Heeseung menghela nafas, "makan tinggal makan, apa susah nya sih? Habisin, Kirana udah masak capek-capek."

"Nggak, ah. Nasi gorengnya keasinan."

Kirana langsung menoleh tajam menatap pria di sampingnya itu. "Kurang ajar!"

Benar, pagi ini Sunoo datang ke rumah Kirana untuk sekedar bermain. Dan sekarang mereka sedang makan bersama dengan Kirana dan Sunoo yang duduk bersebelahan lalu Heeseung duduk tepat di bangku yang berhadapan dengan Kirana.

Suasana memang terasa sangat canggung, namun Sunoo sedang berusaha untuk menetralkan keheningan tersebut.

"Makan dulu yang bener kali, Ran. Baru ngomel-ngomel," tangan Sunoo menyeka  nasi yang berada di sisi bibir Kirana dengan lembut. "Bau jigong, pasti. Makannya nasi aja sampe menolak buat di makan." Lanjutnya ejek.

Kirana pun mendengus sebal, "Sialan, emang!"

Heeseung bangkit dari duduknya sambil membawa piring dan gelas yang sudah bersih tersebut, ia pun menaruhnya di wastafel lalu langsung menyelonong pergi meninggalkan dua sejoli itu.

"Kalian habis berantem?" Lagi dan lagi Sunoo kembali bertanya.

"Nggak,"

"Bagus lah. Btw, gue mau ajak lo jalan bisa? Mau beli baju buat temen gue."

"Boleh, kebetulan juga gue lagi kosong."

"Habis ini langsung, siap-siap. Gue nggak mau nunggu!"

"Iya pak, Sunoo."

♡─✧─✧─♡

Klek!

Pintu terbuka secara tiba-tiba membuat Kirana yang awalnya sedang sibuk mengikat rambut langsung tersentak kaget dan menoleh kebelakang untuk melihat sang pelaku.

Ternyata Heeseung.

"Mau pergi?" Tanya pria itu berdiri di ambang pintu.

"Iya, sebentar doang."

"Sama Sunoo?"

"Iya,"

"Berdua doang?"

"Iya, udah sana, gue mau pergi." Kirana pun berjalan melewati Heeseung, namun dengan cepat Heeseung menahan Kirana.

Bukan, bukan tangan yang di tarik. Melainkan tas yang Kirana gunakan membuat perempuan itu langsung menoleh sinis.

"Nanti rusak! Jangan di tarik-tarik, gitu!" Marahnya membuat Heeseung terkesiap seketika.

"Gue mau ngomong,"

"Ngomong apa?"

Heeseung menatap Kirana dengan serius, "kalau misalnya gue pergi dalam waktu dekat dari sekarang, lo bakal marah?"

"Terserah lo lah. Ngapain gue harus marah?"

"Ya, gue merasa waktunya udah cukup."

"Cukup? Maksud lo apanya yang cukup?"

Heeseung berjalan mendekat kearah Kirana, lalu menarik pelan tangan perempuan itu lembut. "Bunda, udah setuju." 

"Apa, sih, Seung?! Gue nggak paham."

"Gue harus pulang ke Kanada lagi, Ran. Lo bersedia kan?"

"Maksudnya di tinggal lo? Atau ikut sama lo? Terus tinggal di Kanada, kayak kemauan lo waktu dulu?"

"Itu salah satunya, tapi bukan itu yang mau gue omongin sama lo, sekarang."

"Jadi? Maksud lo, bersedia soal apa?"

"Nikah, sama gue, Ran."

Kirana terkejut mendengar kalimat yang keluar dari mulut Heeseung barusan. Matanya membulat, dengan jantung yang seketika berdetak lebih cepat dari biasanya.

"Lo nggak harus jawab sekarang, gue bakal tunggu kalau lo mau, gue—"

"Gue nggak bisa, Seung."












































To be continued——

After It's Gone || Lee Heeseung Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang