Bagian 8 : tak lagi percaya

358 55 46
                                    

Yuk biasakan vote dulu sebelum baca. Terimakasih!

Happy reading!

●●●

Manusia cenderung menjadi was-was dalam masalah kepercayaan, setelah dirinya dikhianati.

Jam setengah 9 malam, setelah berbenah diri ini itu, Sakura bangkit dari sofa yang berada di tepi kanan ranjang putrinya. Lima belas menit yang lalu, Sarada meminta dinyanyikan lagu nina bobo dan didongengkan cerita, namun tahu-tahu malah wanita itu ketiduran.

Sebelum benar-benar pergi, Sakura menyelipkan sebuah kecupan ringan di pipi dan dahi Sarada, sembari membisikann permohonan semoga anaknya bisa bermimpi indah.

Helaan napas terdengar, kala Sakura berjalan menelusur rumah besar nan sepi itu. Hanya beberapa bagian ruangan yang memang disengaja terus dinyalakan, agar tidak terlalu gelap disemua sisi. Sejenak sorot lampu dari ruang santai menembus sliding door kaca, menembus photo besar berpigura yang dipajang di dinding.

Disana, Sakura bisa menemukan wajahnya yang berhias senyum sederhana namun malu-malu, ia ingat dihari sakral itu sebuah bayangan menyenangkan terpatri diotaknya yang naif, tentang bagaimana indahnya menjalin sebuah rumah tangga bersama seseorang yang berhasil merebut atensi, pikiran dan hati wanita itu.

Matanya kemudian bergilir, menatap sosok berwajah tampan berjas putih –senada dengan gaun pengantin putri. Sakura yakin, semua orang yang bahkan tidak mengenal Sasuke pun akan begitu paham tentang ketampanan dan karisma lelaki itu. Juga bias bahagia yang terpancar dari rautnya yang rupawan.

Iya, Sakura dulu menjadi sumber bahagia lelaki itu.

Dulu. Karena sekarang Sakura tidak tahu, apakah Sasuke sudah bosan dengannya atau tidak.

Wanita itu menunduk, menahan ringisan kala perasaannya menyempit dengan hantaman luar biasa, sungguh jika boleh jujur Sakura amat sangat sedih. Semua harapan naifnya dulu ternyata tidak sesuai.

" Sakura, kau menangis?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


" Sakura, kau menangis?"

Suara baritone berat terdengar dari arah belakang. Membuat Sakura mengusap sudut mata dengan cepat, kemudian berjalan tergesa. Walaupun memang langkahnya kemudian terhenti karena Sasuke menahan lengannya.

" Sakura, aku mohon jangan menghindar terus. Aku bingung harus bagaimana." Kata Sasuke lirih.

Sakura berusaha melepas cengkeraman dalam diam, malas membuat percakapan dengan lelaki itu. Semenyedihkan apapun nada yang Sasuke kini gunakan tak bisa mengubah fakta bahwa Sasuke pernah ingin mengkhianatinya.

" Sakura, dengarkan aku dulu!" nada Sasuke terdengar meninggi.

Cengkeramannya pada lengan Sakura makin menguat, Sasuke menghela napas berat, " Maaf, aku tidak berniat untuk membentak,"

Istri dari Masa Depan [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang