Pintu bercat putih dengan cap tangan kecil dan coretan berwarna-warni itu terbuka, menampakkan dua anak berusia lima tahun yang masih setengah tertidur. Dengan rambut yang berantakan dan mata yang masih mengantuk, mereka menggunakan piyama biru bergambar bulan dan bintang, berjalan menuju pintu di sebelah kamar mereka. Dengan langkah-langkah kecil, bocah laki-laki itu memutar handel pintu dan mendorongnya hingga terbuka. Tanpa ragu, mereka menerobos masuk ke dalam kamar, yang pagi ini tampak hening, tanpa tanda-tanda kehadiran orang lain.
Setelah mengintip sejenak, keduanya segera berusaha memanjat ranjang king size yang ada di tengah ruangan. Mereka berbaring berdampingan, dengan tubuh mungil mereka yang masih dibalut
kantuk. Sesaat kemudian, suara langkah kaki yang semakin mendekat membuat mereka menoleh, dan senyum cerah tersungging di wajah keduanya, menyambut kehadiran seseorang yang mereka kenal sangat baik.
“Anak Daddy sudah bangun?” Suara hangat itu datang dari seorang pria yang mengenakan kaos putih dan celana pendek selutut. Sambil menyibakkan rambutnya ke belakang, ia tersenyum pada kedua bocah yang masih setengah tertidur. Gerakan sederhana itu, meski biasa, cukup membuat wanita lajang manapun merasa gemas.
“Nee,” jawab kedua bocah itu serempak, meski mata mereka masih terpejam. Pria itu, yang tak lain adalah ayah mereka, mendekat, lalu duduk di tepi ranjang.
"Ayo bangun, jagoan Daddy. Lekas mandi dan kita sarapan." Pria berusia 24 tahun itu mengangkat putranya ke pangkuan, sambil mengelus lembut rambut panjang putrinya yang tampak masih enggan membuka mata.
"Daddy," panggil anak perempuannya dengan suara parau, membuat pria itu terkekeh lembut.
"Kenapa, sayang?"
"Aku haus," gumamnya, membuka matanya yang masih memerah.
"Pergi mandi dulu, dan Daddy akan ambilkan minum." Pria tinggi itu kemudian menurunkan putranya dari pangkuannya, lalu membantu putrinya bangun dari ranjang.
Ayah dua anak itu menggandeng kedua anaknya ke kamar mandi, mengisi bak dengan air hangat. Ketika anak perempuannya, Jessi, meminta busa yang banyak, pria itu hanya tersenyum dan mengangguk. Dengan sabun cair beraroma stroberi, ia menghasilkan busa yang melimpah di permukaan air.
"Mandi yang bersih, ya. Daddy akan turun sebentar," ujarnya sambil menatap kedua buah hatinya yang sudah mulai bermain dengan air.
"Ay ay ay, Captain!" seru kedua bocah itu penuh semangat, sebelum kembali asyik bermain di dalam bak mandi.
Park Chanyeol, seorang CEO yang tampan dan penuh tanggung jawab, meski sangat sibuk, selalu menyempatkan diri untuk bersama anak-anaknya di pagi hari. Pagi adalah waktu yang dia anggap berharga, saat dia bisa memberikan perhatian penuh kepada Jackson dan Jessi sebelum dia harus berangkat bekerja. Bahkan pada hari libur, dia selalu meluangkan waktu untuk bermain bersama anak-anaknya sepanjang hari.
KAMU SEDANG MEMBACA
DADDY PARK
FanficPark Chanyeol, pria sempurna di mata banyak orang, mendapati hidupnya terbelit oleh berbagai dilema yang tak terduga. Di usia 24 tahun, ia telah memiliki segalanya; wajah tampan, kekayaan berlimpah, dan sepasang anak kembar yang menggemaskan. Namun...