Hai bestie..
.
.
.
.
.
Happy reading yawSeseorang baru saja pulang ke rumahnya di jam 11 malam, ia membuka pintu utama dan berjalan masuk ke dalam rumah. Ia berjalan santai masuk kedalam rumahnya yang sepi karena kedua orangtuanya mungkin sudah tidur. Untungnya tadi ia membawa kunci cadangan sehingga sekarang ia bisa masuk. Ia melangkahkan kakinya menuju lantai dua kamarnya. Baru saja ingin menginjak tangga terdengar suara berat yang menghentikan pergerakannya.
"Dari mana aja kamu Alvaskara" ucap seorang pria. Gracio Pratama Harlan, ayah Ara
"Eh ada orang ternyata kirain udah pada tidur" sahut Ara yang ingin menaiki tangga tadi. Ia mengurungkan niatnya dan menghampiri kedua orang tuanya yang menatapnya datar.
"Dari mana?" Tanya bundanya, Shani Indira Harlan.
"Ngumpul bun sama temen" ucap Ara menyalimi tangan kedua orangtuanya
"Alesan kamu tiap malem ngumpul sama temen mulu ga pernah ada dirumah" cecar bunda Shani
"Bun aku kan udah gede, aku juga punya duniaku sendiri masa aku harus diem dirumah terus" sahutnya
"Kamu bolos kuliah hari ini" ucap Gracio menatap anaknya
Ara terkejut darimana ayahnya tau jika ia bolos kuliah hari ini. Setelah diam beberapa detik Ara tersadar tentu saja ayahnya tau karena ia adalah donatur terbesar di universitas tempatnya kuliah dan tentunya ayahnya punya banyak akses untuk memantau dirinya disana.
"Tinggal beberapa bulan lagi kamu lulus Ara, kalo kamu bolos terus kelulusan kamu akan ditunda dan ayah gamau itu terjadi" ucap Gracio
"Maaf yah" ucap Ara pelan
"Masuk kamar, bersih-bersih terus istirahat jgn main game, besok kamu harus masuk kuliah" titah Gracio
"Baik yah" ucap Ara lalu beranjak dari sana menuju kamarnya.
Shani mengelus bahu suaminya lembut dan membawanya beranjak dari sana menuju kamar mereka.
***
Alvaskara Pratama Putra Harlan atau biasa dipanggil Ara, putra pertama dan anak satu-satunya dari pasangan Gracio Pratama Harlan dan Shani Indira Harlan. Alvaskara, seorang laki-laki tampan yang sekarang sudah menginjak usia 20 tahun. Ia adalah mahasiswa kedokteran tingkat akhir di salah satu universitas ternama di Indonesia. Karena kepintarannya ia hanya berkuliah dalam kurun waktu 3,5 tahun dan setelah lulus ia diberi kepercayaan oleh ayahnya untuk mengembangkan rumah sakit milik keluarganya.
Ara terkenal dengan pribadi yang dingin dan cuek, tapi tidak jika sedang di depan keluarga dan teman-teman terdekatnya. meskipun begitu ia juga tidak melupakan apa yang akan menjadi profesinya ke depan, yaitu menjadi seorang dokter. Seperti yang kita ketahui bahwa profesi dokter mengutamakan keramahan untuk para pasiennya nanti dan Ara sendiri mulai sekarang harus mencoba merubah sikapnya ya walaupun hanya dalam hal pekerjaan saja.
•••
Pagi hari di sebuah rumah mewah, seorang wanita dewasa sedang membangunkan anak laki-lakinya. Sudah beberapa kali ia mengetuk pintu tapi tak kunjung dibukakan oleh sang pemilik kamar. Karena tak mendapatkan jawaban apapun, ia mencoba membuka knop pintu untungnya pintunya tidak dikunci. Kenapa tidak dari tadi saja membukanya, pikirnya.
"Alvaskaraaaaaaa" teriaknya menggunakan toa yang ia bawa tadi
Sang anak pun tersentak dan langsung bangun dari tidurnya. Ia mengusap telinganya yang berdengung akibat suara nyaring yang memaksanya untuk bangun. Ara menyandarkan tubuhnya di headboard kasur dan menatap datar bundanya yang berdiri sambil memegang toa.
"Apaansi bun masih pagi juga udah teriak-teriak, sakit nih kuping aku" kesalnya masih mengumpulkan seluruh kesadarannya
"Liat tuh udah jam berapa, kamu ga kuliah apa?!" tunjuk bunda Shani pada jam dinding di kamarnya.
"Hah astaga telat dah gue" ucap Ara dan bergegas menuju kamar mandi
"Nahkan kebiasaan emang" gumam bundanya lalu membenarkan tempat tidur Ara yang berantakan.
"Bundaaaa, tolong dong handuk aku ketinggalan" teriak Ara dari dalam kamar mandi
"Hadehh sabar sabar masih pagi jangan emosi dulu tahannn" ucap bunda Shani mengambilkan handuk dan memberikannya ke depan kamar mandi
"Araaa, ini handuknya" teriak bunda Shani
Ceklek
"Iya bunda aku ga budeg gausah teriak-teriak" ucap Ara mengambil handuk itu. Bunda Shani hanya menyengir sambil menampilkan tawa renyahnya.
"Bunda tunggu di bawah ya, cepetan nanti telat" ucap bunda Shani lalu beranjak dari sana keluar dari kamar putranya.
15 menit kemudian Ara telah selesai dari rutinitas paginya. Ara adalah tipe orang yang jika sedang mandi seperti perempuan yaitu lama. Ara sudah memakai baju kaos putih dan celana panjang hitam lalu ia lapisi dengan jaket hitam dan tak lupa ia membawa ranselnya karena hari ini ada jadwal kuliah pagi.
Ara menuruni tangga menuju meja makan dimana bunda dan ayahnya sudah menunggunya untuk sarapan bersama.
"Pagi ayah bunda" sapa Ara
"Pagii" sahut ayah dan bundanya berbarengan
Ara menarik kursi didepan bundanya lalu duduk meminum susu yang dibuatkan bunda Shani.
"Kemarin terakhir kali ayah denger kamu bolos kuliah, ayah gamau denger apa-apa lagi dari kampus tentang kamu" ucap Gracio.
"Iya yah" sahut Ara
"Bentar lagi kamu lulus ra, dan ayah bunda udah nyerahin rumah sakit keluarga kita buat kamu kelola, jadi sebisa mungkin kamu menjaganya ya" ucap bunda Shani menimpali
"Iya bun" balas Ara sambil memakan sarapannya
Gracio menatap Shani istrinya. Shani yang ditatap hanya menganggukkan kepalanya pelan.
"Ra, ayah mau jodohin kamu sama anak temen ayah" ucap Gracio
Uhuk uhuk uhuk
Ara tersedak lalu meminum air putih yang diberikan bunda Shani.
"Pelan pelan makanya" ucap bunda Shani
Ara menetralkan nafasnya dan mengusap mulutnya yang sedikit basah. Ara masih menetralkan batuknya sambil menepuk-nepuk dadanya.
"Apaansi yah becandanya ga lucu"
"Ayah ga bercanda, ayah serius"
"Yah ini udah modern ga jaman jodoh-jodohan"
"Dia cantik ra, pinter juga, bahkan kuliahnya juga satu kampus sama kamu"
"Aku masih bisa cari cewek sendiri yah, aku ga minta ayah bunda buat cariin calon buat aku, aku bisa sendiri" ucap Ara tegas lalu pergi dari sana begitu saja. Jujur saja ia tidak suka di jodoh-jodohkan.
Ara berjalan menuju garasi mengeluarkan mobilnya lalu segera menancap gas menuju kampus.
Gracio hanya menghela nafas melihat kepergian anaknya. Bunda Shani mengusap pundak suaminya pelan untuk menenangkannya.
"Nanti kita ngomong pelan-pelan ya" ucap bunda Shani.
Tbc~
Gimana? Lanjut ga?
KAMU SEDANG MEMBACA
ALVASKARA (END)
Short Story"aku ga nyangka, wajah semanis kamu bisa ngasih luka sepahit ini"-A