Bukan mau seudzon, tapi orang bilang itu friendzone.
Budi Doremi - Friendzone
—SAYANG—
****
Muthiah masih memblokir kontak Zafir, semalam Wafiq menelponnya dan membujuk dirinya agar membuka blokir itu, dikarenakan Zafir memaksa. Tapi ntah kenapa foto yang Anna kirim selalu terlintas di otak Muthiah, ia kesal melihat foto mereka berdua di kamar, manalagi Zafir berbohong padanya.
"Tia, cepet pake bajunya sudah itu kamu sarapan." Suara mamanya menghentikan lamunan gadis ini, ia menatap pantulannya di cermin. Sudah mirip ingin melamar kerja saja. Setelan kemeja putih dengan dasi hitam dan rok hitam.
Hari ini ada kegiatan PDO (Pendidikan Dasar Organisasi) atau sebut saja Diksar, yang mengikuti salah satu organisasi BSO diwajibkan mengikuti Diksar sebagai peresmian anggota. Muthiah mengikuti BSO Enterpreneurship yang menyebabkan ia harus melewati kegiatan ini. Sebenarnya ia sudah menebak kating alias kakak tingkatnya pasti akan menyiksa mereka.
Ntah yang minum bersama dalam satu gelas membuat dehidrasi, makan bersama, tidur malam karna mendengar materi, outbound, olahraga. Membayangkannya saja sudah lelah.
Yang menjadi masalah terbesar hari ini, ia presentasi mata kuliah bahasa Indonesia yang seharusnya di hari rabu diganti menjadi hari sabtu. Biasalah, dosen yang suka ganti-ganti hari karna sibuk. Muthiah sudah bertanya pada kating, katanya si dibolehkan zoom untuk kuliah nanti.
"Iya ma, bentar." Muthiah menyahut lalu membuka pintu kamar. Ia berjalan ke meja makan dan duduk di kursi, memakan sarapan yang sudah di sediakan oleh sang mama.
"Itu rambut di urai? Gak di kuncir aja?" tanya mamanya.
"Kuncir in ma, hehe."
Sifat manja Muthiah dari dulu tidak pernah berubah, wanita yang sudah berumur 45 tahun itu berdiri dari duduknya, mengambil sisir dan menguncir rambut anak gadisnya yang sedang makan. Sudah mirip seperti anak SD yang mau berangkat sekolah.
Tok! Tok! Tok!
"Assalamualaikum, permisi!"
"UHUK! Uhuk!" tenggorokan Muthiah langsung gatal mendengar pemilik suara itu.
"Pelan-pelan!" Mamanya mengambil gelas berisi air putih dan menyuruh anak gadisnya minum.
"Biar mama aja yang buka pintu," sebelum mamanya beranjak, Muthiah langsung menahannya.
"Ehh, biar Tia aja ma." Sebelum berjalan ke ruang tamu ia melihat jam di dinding.
06.15
Waw! Rekor terbaru buat Zafir yang sudah ada di depan rumahnya. Muthiah sangat tau kalo sahabatnya itu kebo, susah dibangunkan, tidur seperti orang mati, bahkan zoom pagi sering telat karna masih ketiduran. Mungkin saja karna Zafir ikut PDO jadi pria itu bangun cepat. Tapikan kegiatan itu jadwalnya jam 7.30 kumpul di kampus.
Setelah membuka pintu, ia melihat pria ini juga memakai setelan yang sama dengannya, kemeja putih, dasi hitam dan celana panjang hitam. Sambil merangkul tas besarnya itu, Zafir malah memberikan senyum manisnya.
"Untung lo belom pergi, gue mau jemput lo biar barengan." Kata Zafir memberi tau niatnya.
"Baru jam enam Zafir!!" spontan Muthiah berteriak geram, ada-ada saja! Ya kali dia pergi jam segini kan?
"Ya gak papalah, biar kita bisa keliling dulu gitu," ujarnya membuat ia mengerutkan kening heran.
"Eh, gue masih marah ya sama lo!" seru Muthiah, ia masuk ke dalam rumah dan diikuti oleh Zafir di belakangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAYANG✓
Teen FictionPunya sahabat rasa pacar? "Gue serius sama lo." "Gue cuma mau lo." "Sebenarnya, gue nungguin lo." "SAYANG!!" Muthiah Alifah, mempunyai sahabat tapi rasanya seperti pacar karna memperlakukannya mirip tuan Putri. Perempuan manapun pasti akan iri mel...