13 - Khawatir

27 5 5
                                    

Andaikan kau tahu
Rasa sayangku melebihi rasa sakit ini
Mungkin kau takkan pernah menyangka
Mengapa aku tetap di sini?

Fabio Asher - Bertahan Terluka

.
.
.

Dalam hubungan itu harus saling mengerti, jika keduanya egois, salah satunya harus mengalah. Tapi, masa aku mengalah terus? Lama-lama bukan mengalah, tapi melelahkan.

-SAYANG-

"Mungkin lo putus sama kakak itu ada hikmahnya juga. Soalnya ya, aneh aja pas lo cerita kalo kak Adit sering ngode nikah. Dan di umurnya yang 22 tahun wajar dia mikir nikah mulu. Sedangkan lo, gue, yang masih umur 18 tahun ini mikirnya pacaran, berantem, putus. Gak seserius itu."

"Nah itu! Manalagi dia ngode bikin anak anjir, kan gue geli!!"

Adlan tertawa mendengar pernyataan Muthiah yang ntah polos atau terlalu jujur. Padahal gadis ini sedang bercerita dengan seorang pria.

"Lo putus sama dia udah bener. Bukannya gue bedain umur atau ngehasut lo, cuma kan pemikiran kakak itu beda jauh sama lo. Dia juga gak sabaran kan? Gue takutnya dia aneh-aneh ke lo."

Seperti kaset yang berputar, percakapannya dengan Adlan terputar kembali di otaknya yang membuat ia menjadi ragu dengan sang mantan. Refleks, ia melepaskan genggaman tangannya dan merunduk.

"Maaf kak, gue gak bisa."

Tatapan Adit yang tadi memohon langsung berubah kesal. "Kenapa?" tanyanya tidak suka.

"Ya karna-"

"Gue suka sama lo Muthiah! Gue sayang sama lo! Kapan si lo ngertiin gue?!" bentak Adit padanya, seketika jantung Muthiah dangdutan. Bukan karna senang, tapi ia mendadak takut. Tatapan tajamnya seolah menyerap semua energi kekuatannya.

Gadis ini mencoba memberanikan diri, jangan berani di virtual saja Muthiah, ayo lo bisa lawan!

Gadis ini mendongkak, menatap Adit dengan pandangan yang sulit diartikan.

"Gue? Kak Adit yang gak pernah ngertiin gue! Seharusnya lo yang umur udah segini lebih dewasa! Lo malah bersikap kekanak-kanakan, yang ngambek, yang tiba-tiba marah. Tadi apa? Lo bersikap lembut terus marah. Gimana gue mau balikan?!" kedua mata mereka bertatap tajam, kepalan tangan Muthiah mengerat karna gemetar.

Melihat gelagat gadis ini hanya memberanikan diri yang sebenarnya takut, Adit tersenyum miring. "Lo takut sama gue? Hm?"

Anjir!

Tangannya makin tremor dengan jantung yang dari tadi tidak bisa dikendalikan, ia mundur beberapa langkah karna pria ini terus menyudutnya. Bagaimana tidak takut? Mereka hanya berdua dan badannya yang mungil ini tidak bisa berkelahi sama sekali. Oh sial! Ia menyesal ikut ke sini. Seharusnya ia turuti saja perkataan Bella.

Dan lagi kenapa ia selalu teracun dengan ucapan sang mantan? Dasar pria permen karet! Ternyata sikap busuknya baru kelihatan sekarang!

"G-gue gak takut sama lo!" Muthiah mendorong Adit sekuat tenaga lalu berlari cepat menuju lapangan. Ia tidak bisa berpikir jernih sekarang. Cuma satu di otaknya, lari.

"Jangan kabur lo!" Adit bergerak mendekati Muthiah dengan langkahnya yang lebar, membuat gadis ini makin ketakutan.

"AAAAAAAA!!!" bak dikejar setan, spontan Muthiah berteriak takut dan semakin mempercepat langkah kakinya yang masih saja tertangkap oleh pria mengerikan ini. Padahal tadi semuanya baik-baik saja, tapi ketika nada bicara dan tatapan Adit berbeda mendadak semuanya berubah. Ditambah Adit malah mengejarnya sekuat tenaga, seolah tidak mau melepaskannya sebentar.

SAYANG✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang