25 - Marah

7 3 0
                                    

Kalo sama kamu, kenapa aku gak bisa marah lama ya?
Kalo sama kamu, kenapa aku cepat luluh ya?

—SAYANG—

Setelah adegan marah-marah hingga meluapkan emosi yang dipendam sejak lama, Zafir tetap bertanggung jawab mengantar Muthiah sampai ke kampus. Tapi, laki-laki itu langsung pergi tanpa mengabari tujuannya, bolos. Muthiah tidak peduli, ia langsung masuk ke kelas yang disambut pertanyaan teman-temannya.

"Mana Zafir? Tumben sendiri?"

Muthiah mengangkat bahunya pura-pura tidak tau, duduk di kursi dekat dengan Lala dan Bella, bibirnya bungkam untuk bersuara. Berharap dosen cepat datang, belajar, selesai, pulang. Energi Muthiah sudah habis diserap oleh emosinya yang ia keluarkan tadi karna Zafir.

"Lo kenapa si diem-diem? Sariawan?" tanya Bella heran.

Lala juga ikut bertanya, "Ada yang sakit, Mut?"

Yang ditanya tetap tidak mengeluarkan suara, hanya menggelengkan kepalanya sebagai jawaban. Ya kali dia cerita di kelas! Dosen cepatlah datang. Muthiah sedang ingin sendirian di kamar.

*****

Zafir menghentikan motornya di kost putri, ya. Kost yang dihuni oleh Lia. Laki-laki itu menelpon agar Lia keluar dari kost, ia ingin bicara berdua sekarang.

Tak lama menunggu, Lia keluar dari kostnya, mengunci pintu dan menerima helm dari Zafir. "Beneran bolos?"

"Iyalah. Demi lo ni."

Lia tertawa mendengar perkataan itu, "Yakin demi gue? Bukan demi diri sendiri?" tanyanya mengejek.

"Naik," Zafir memerintahkan Lia untuk segera naik ke motor lalu motornya Zafir meninggalkan perkarangan kost menuju kafe yang sering mereka berdua kunjungi.

Selama diperjalanan Lia mengajak Zafir bicara yang selalu ditanggap diselingi dengan canda. Tangan Zafir bergerak menyuruh Lia agar memeluknya sambil bilang, "Ntar lo jatuh lagi kalo gak meluk gue."

"Halahh modus lo!"

"Tapi suka, kan?"

Do you get Dejavu?

Bukan kah itu kalimat yang sering dilontarkan Zafir ketika bersama Muthiah?

Sesampainya di kafe, mereka memesan makanan dan minuman terlebih dahulu lalu duduk di pojok. Zafir langsung mengutarakan niatnya.

"Lia, gimana kalo dua minggu?"

Lia sedikit bingung dengan pertanyaan Zafir berapa detik, otak memorinya menarik kembali kejadian beberapa hari yang lalu. Bibirnya tersenyum kecil, "Bukannya satu bulan?"

"Satu bulan kelamaan, dua minggu aja. Mau gak?"

Berpikir sejenak, Lia menatap Zafir yang terlihat antara serius dan menahan sesuatu di dalam hatinya. Tangan Zafir bergerak untuk menggenggam tangan Lia, terkadang juga mengusap pelan punggung tangan itu sambil menunggu jawaban darinya.

"Lia?"

"Iya, gue mau Zaf."

****

[Zafir: Tolong anterin Muthiah pulang sampai ke rumah, gue gak bisa anterin dia.]

Itulah pesan yang diterima Wafiq. Tapi ntah kenapa Muthiah menghindarinya, perempuan itu langsung pergi seusai kelas ditutup, memesan ojek online dan menunggunya di depan gerbang kampus. Lala saja ditinggal oleh Muthiah, apalagi Wafiq yang dari tadi berusaha mengajaknya untuk pulang bersama.

SAYANG✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang