Pertemanan bisa berjalan dengan lancar jika saling memahami. Sayangnya, manusia sering melebih-lebihkan setiap datang masalah. Hingga masalah kecil menjadi besar.
-SAYANG-
***
Bu Yanti (dosen b.indo)
Assalamualaikum Bu, maaf
ganggu waktunya.
Saya Muthiah Alifah, dari prodi
Psikologi tahun ajaran 2021
Izin bertanya bu, tadi Muthiah
sudah ke rumah ibu, mengirim
makalahnya Bu. Sudah ada
di ibukan?
Terima kasih sebelumnya bu,
Wassalamualaikum.Y
Baik bu, terima kasih
***
Dari sore sampai malam Muthiah tak henti-hentinya memikirkan perkataan Zafir di perjalanan pas mereka pulang dari rumah Bu Yanti. Ucapannya masih saja terngiang-ngiang di otaknya bagaikan kaset yang rusak. Bahkan cara pria itu berbicara sambil menghadapnya ke belakang padahal lagi mengendarai menjadi pertanyaannya.
Bukannya bermaksud geer atau percaya diri. Hanya saja ucapan pria itu seperti memberi kode tapi bisa juga bermain-main. Tunggu, bukannya Zafir emang suka bercanda?
"Mut, lo inget gak pas kita pura-pura pacaran depan Wafiq?"
"Inget, kenapa?"
"Lo pasti gak inget kapan kita officiallnya."
Muthiah diam berpikir, mengingat kapan mereka pura-pura berkata official di depan Wafiq.
"Gue lupa," ujarnya nyerah. "Emang lo inget?"
"Inget," jawab Zafir sambil membenarkan kaca spionnya dan melihat ke arah Muthiah.
"Kapan?"
"Lima belas september," jawab Zafir sambil menoleh ke belakang, seolah-olah ingin melihat wajahnya.
Muthiah langsung heboh di atas motor, "Woi! Liat depan ya Allah! Ini lagi di motor Zaf."
"Takut banget lo."
"Lo kalo mati jangan ajak-ajak!"
"Biar kita bisa sehidup semati."
"Ew! Jijay! Gelay lo!" sarkas Muthiah benar-benar geli mendengar kalimat itu. Zafir terkekeh pelan sambil melirik spion lagi.
"Kalo di hitung-hitung, hampir dua bulan si kita jadian, terus lo selingkuh terang-terangan depan gue."
"HAHAHAHA!" tawa Muthiah meledak disaat itu juga, "Lucu banget candaan lo."
"Sebenarnya, gue serius sama lo, Mut." Zafir berujar sok serius, ia kembali menghadap belakang lalu melihat ke depan lagi.
"Gue juga serius sama lo, Zaf."
Muthiah tersenyum tipis mengingat kejadian di motor tadi, ia memeluk boneka pandanya erat sambil merebahkan tubuhnya di kasur. Tak lama, bunyi telpon video grup, Zafir, Wafiq dan dirinya berdering di kamar.
"Candaanya tadi, serius banget."
****
"Eh bentar, Anna kok nelpon gue si?" tanya Muthiah pada 2 temannya yang sedang video call. Jangan kalian tanya berapa kali mereka video call, setiap hari. Ada saja yang dibicarakan ditelpon. Jika tidak menelpon sehari seperti ada yang kurang. Layaknya chat bersama teman, menjadi kebiasaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAYANG✓
Dla nastolatkówPunya sahabat rasa pacar? "Gue serius sama lo." "Gue cuma mau lo." "Sebenarnya, gue nungguin lo." "SAYANG!!" Muthiah Alifah, mempunyai sahabat tapi rasanya seperti pacar karna memperlakukannya mirip tuan Putri. Perempuan manapun pasti akan iri mel...