08

1.1K 180 20
                                    

Hii, jangan lupa untuk ninggalin jejak vote dan comment ya!^^

ㅡ cw // kiss !!








Segalanya terasa baik-baik saja sekarang, dan Jeongwoo sangat bersyukur akan hal itu.

Junkyu tidak semenakutkan seperti saat pertama kali mereka dipertemukan kembali, laki-laki manis itu justru semakin menunjukan sisi lunaknya dihadapan Jeongwoo.

Sama seperti saat ini, Junkyu tengah bersenandung riang mengikuti irama lagu yang terputar diradio. Bagi Jeongwoo, segalak apapun Junkyu, ia akan tetap menjadi sosok lelaki manis-Nya hingga kapanpun.

Meski Jeongwoo sempat keheranan awalnya. Bagaimana Junkyu bisa berubah drastis dalam waktu lima tahun? Namun segala pertanyaan didalam benaknya kini sudah terjawab.

Lima tahun, bukan waktu yang bisa dikatakan sebentar, dan tidak bisa juga dikatakan lama. Namun dalam waktu lima tahun itu, Junkyu telah melewati banyak hal yang tidak sepenuhnya Jeongwoo ketahui.

Junkyu telah tumbuh menjadi sosok yang kuat, sosok seorang kakak yang juga menjadi figur kedua orang tua bagi sang adik, meski saat itu usianya masih cukup belia, namun Junkyu sudah merasakan bagaimana lika-liku semesta bekerja.

"Lo kenapa diem aja?"

Jeongwoo menoleh sekilas kearah Junkyu, lalu tersenyum hangat. Jeongwoo akui jika kini ia benar-benar gugup, maka dari itu Jeongwoo diam saja sejak pertama kali mengendarai mobilnya setelah selesai membeli bunga.

"Gugup" cicit Jeongwoo, menimbulkan kekehan kecil dari Junkyu yang entah mengapa terlihat sangat manis.

"Kok lo gugup? Gue mah semangat banget ini"

Benar, Junkyu sudah sangat bersemangat sejak Jeongwoo menghubungi Junkyu untuk mengantar pria tampan itu mengunjungi makam kedua orang tuanya. Seperti janjinya saat itu.

"Gak tahu, rasanya aku kangen banget sama bunda, sama ayah, tapi sayangnya aku harus ketemu mereka dalam situasi yang udah beda. Aku gugup, Kyu"

Junkyu tersenyum hangat, sebelah tangannya mengusap bahu selebar samudra milik Jeongwoo, mengelusnya lembut, seakan meyakinkan Jeongwoo jika perasaan gugupnya tidak akan berarti apa-apa.

"Bunda sama ayah pasti seneng banget lihat lo Woo, lo inget kan segimana sayangnya mereka sama lo dulu? Padahal kita deket cuma dua tahunan, tapi mereka udah percaya sama lo buat jagain gue"

Jeongwoo mengangguk, ia ingat semuanya. Bagaimana kedua orang tua Junkyu begitu mempercayai Jeongwoo, bagaimana kedua orang tua Junkyu sangat mendukungnya untuk mengencani pria manis itu, karena mereka bilang jika Jeongwoo adalah cinta pertama bagi Junkyu, begitupun Sebaliknya.

Sesampainya di tempat pemakaman, Jeongwoo dengan langkah mantapnya berjalan beringingan dengan Junkyu, mencoba untuk menyetarakan pijakannya.

Junkyu terlihat bahagia, raut wajahnya sangat berseri.

Digenggaman tangannya ada sebucket bunga lily yang biasanya ia bawa setiap kali bertandang ke tempat peristirahatan terakhir orang tuanya.

Lain dengan Jeongwoo, pria itu justru memilih bunga anyelir berwarna pink. Meski Junkyu awalnya merasa heran, namun Jeongwoo bilang jika ia memilih anyelir bukan tanpa alasan.

Hingga kini langkahnya terhenti tepat pada dua nisan bertuliskan nama lengkap yang tak lain dan tak bukan adalah nama dari kedua pasangan Kim.

Junkyu menghampiri gundukan hijau bersih tak berbunga itu dengan raut bahagia, mengusap nisan kedua orang tuanya bergantian.

Pulang ; Jeongkyu (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang