Sebagian orang gemar mengingat-ingat sebagai bentuk rasa syukur dari segala perih yang dilewati. Terlepas bahagia atau duka, ingatan menjadi satu-satunya peninggalan yang akan selalu tersimpan apik pada sebuah kotak kenangan tak kasat mata.Junkyu membawa pandangannya menuju langit yang dibias cantik oleh warna jingga yang begitu memanjakan mata.
Cukup lelah untuknya berlari selama dua bulan ini. Hidup berpindah-pindah, sebab tak ada satupun tempat yang dapat menyembunyikan Junkyu dari pencarian Jeongwoo yang tiada henti.
Junkyu memang sudah mengira jika pria itu tidak mungkin membiarkannya pergi, terkadang Junkyu merasa miris, kenapa harus Jeongwoo yang mengalami semua ini? Dan juga, mengapa harus mereka berdua?
Terakhir kali Junkyu melihat Jeongwoo dari kejauhan, saat ia baru saja tinggal beberapa hari di Andong. Bahkan pria itu mampu menemukan jejaknya dimanapun.
Ingin rasanya Junkyu berlari dan memeluk pria itu, membawanya pergi kemanapun asal hanya ada mereka yang merajut bahagianya bersama.
Setelah hidup nomaden dari Yongin, ke Wonju, lalu Andong, ke Daegu, akhirnya sekarang Junkyu bisa memijakan kakinya dengan tenang.
Kini, disinilah Junkyu berada, Gwangju.
Junkyu rasa, Jeongwoo tidak mungkin mengejarnya kembali sampai sejauh ini.
Mengingat waktu yang pria itu miliki tak lama lagi, sebab Jeongwoo akan segera melangsungkan pernikahan dengan seorang wanita pilihan keluarganya, yang Junkyu harap dapat membuat Jeongwoo-Nya bahagia.
Iya, lebih bahagia daripada hidup bersama dengannya.
Sekarang senja hanya menyajikan rona derita, membiaskan warna tanpa cerita. Kisah mereka telah usai, dan Junkyu akan berhenti menggantungkan seluruh harapnya pada semesta.
Tak apa jika Jeongwoo memang bukan pria yang digariskan oleh takdir untuknya. Sebab didepan sana, masih ada cerita lain yang harus Junkyu hadapi, meski tanpa Jeongwoo yang menemani dirinya melangkahkan kaki.
Junkyu mengangkat tangannya ke udara, membuat pola abstrak seolah ia bisa menggapai gumpalan awan dilangit.
Junkyu tersenyum hangat, berusaha mengubur rasa sedihnya.
"Sebentar lagi kamu menikah, semoga kamu bahagia ya"
***
Jeongwoo hampir menyerah. Mencari keberadaan Junkyu ternyata bukanlah perkara mudah.
Berbagai cara sudah ia lakukan, dan semuanya tak luput dari bantuan Haruto juga tentunya.
Kini Jeongwoo kembali ke Seoul dengan tangan kosong, tanpa bisa membawa Junkyu untuk pulang bersamanya.
Hari itu, sangat jelas diingatan Jeongwoo saat ayahnya dengan tiba-tiba datang mengunjungi kantor. Jeongwoo sudah dapat menebak jika ancaman bahaya pasti akan ada, dan ternyata benar saja, Junkyu menjadi salah satu korbannya.
Saat itu, Jeongwoo tidak sampai berfikiran jika ayahnya akan bertindak sampai sejauh ini. Hingga pria paruh baya itu membawa Junkyu masuk kedalam lingkar masalahnya.
Jeongwoo sadar jika ia sudah membangkitkan sisi lain dari ayahnya yang selalu bertindak tanpa memikirkan dampak akhir.
"Ternyata kamu sengaja buat papa marah ya, Jeongwoo?"
"Kamu tau jika saya tidak suka membuang-buang waktu untuk dibohongi? Maka dari itu kesempatanmu untuk tinggal disini sudah berakhir"
"Sudah cukup selama ini kamu kabur dan lari dari kewajibanmu untuk tunduk pada perintah papa. Beberapa bulan lagi kamu harus menikah dengan Hikaru sesuai dengan waktu yang sudah keluarga kita sepakati"
KAMU SEDANG MEMBACA
Pulang ; Jeongkyu (✓)
Fiksi Remaja[Status : Finish] "Hidup itu perihal menyambut dan kehilangan, Kyu. Tapi aku akan berusaha untuk ngebuat semuanya berakhir baik, dengan kepulanganku yang disambut hangat sama kamu, dan kita gak akan kehilangan lagi untuk yang kedua kali" 💌ㅡ ft. Jeo...