16

991 122 13
                                    

Junkyu mengaduk semangkuk bubur yang menjadi menu sarapan untuk Jeongwoo konsumsi dipagi hari.

Meski makanan itu sudah pasti tidak menggugah seleranya sama sekali, namun Jeongwoo tetap memakannya dengan senang hati.

Bagaimana tidak? Junkyu selalu menyuapi, dan memperlakukannya dengan baik selama ia dirawat disana.

"Ayo makan lagi, biar badan kamu enakan" Junkyu menyodorkan sendok berisi bubur itu dihadapan mulut Jeongwoo.

"Sebenernya badan aku tuh udah enakan, kamunya aja—"

"KAMUNYA APA?!"

Wajah Jeongwoo merengut, lalu menggeleng kecil.

"Enggak jadi, aaaa"

Selama menjaganya, Junkyu menjadi galak dan protektif sekali.

Bahkan pada hal-hal sekecil mengambil minum diatas nakas pun harus Junkyu yang melakukannya untuk Jeongwoo.



Kriett




"Pagi!"

Junkyu dan Jeongwoo menoleh keasal suara, mereka mendapati Haruto yang kini memasuki ruang rawat inap itu dengan gestur gugup.

"Tumben pagi-pagi kesini?"

Haruto menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Ia bingung harus bagaimana mengatakannya.

Manik Haruto menatap bergantian kearah Junkyu dan Jeongwoo, yang mana hal itu langsung disadari oleh Junkyu sendiri.

"apa kalian mau bahas hal penting? Kalau gitu gue izin keluar ya?"

Belum sampai sejengkal pun tungkai Junkyu memijak lantai ruang rawat inap itu, tangan Jeongwoo sudah menahan pinggangnya lebih dulu. Meminta Junkyu untuk tetap ada disana, dan jangan pernah pergi kemana pun.

"Lo mau bahas sesuatu Ru? Bilang aja, biarin Junkyu tau juga"

Haruto akhirnya menghembuskan nafas kasar, ia hanya mampu mengangguk samar.

"pemberitaan tentang lo dan papa udah rame banget dibahas banyak media, setelah lo sembuh nanti, apa lo bakal nerusin tuntutan itu?"

Kedua mata Junkyu membola, ia bahkan hampir lupa dengan hal yang satu itu. Junkyu menoleh untuk melihat manik Jeongwoo, yang kini menatap lurus kearah kedua kakinya sendiri yang masih tertutup selimut rumah sakit. Kelihatannya ia bimbang, segalanya pasti terasa sulit untuknya sekarang.

"menurut lo?" Jeongwoo bertanya dengan raut datarnya, berusaha menunjukan jika dirinya sama sekali tidak mempedulikan hal ini, ia baik-baik saja.

"apapun keputusan lo, gue akan dukung lo Woo. Walau itu menyangkut tentang papa" Perkataan Haruto terdengar sangat sungguh-sungguh, Jeongwoo semakin tidak yakin jika Haruto baik-baik saja saat mengatakan hal itu. Hey, anak mana yang senang melihat ayahnya sendiri menjadi buah perbincangan banyak orang, dan terperangkap dalam kasus pidana seperti ini?

"kenapa? Seharusnya lo sekarang ada di pihak dia, apa lo lupa kalau selama ini papa udah ngelakuin banyak hal buat bahagiain keluarga lo dari kecil?" Jeongwoo menatap ke arah Haruto yang kini menundukkan wajah, berusaha menutupi perasaan bersalah yang bersarang didalam dadanya.

"justru itu, gue udah banyak ngerasain bahagia yang gak pernah lo dapetin sebelumnya dari papa. Keadilan, itu juga yang selalu lo dan mendiang tante Rose impiin dari dulu kan? Setidaknya, cuma dukungan sekecil ini yang bisa gue lakuin buat lo Woo"

Meski ada sesak yang selalu terasa setiap kali membayangkan bagaimana sang ayah begitu memberikan banyak cinta pada Haruto ketimbang dirinya, namun Jeongwoo tidak pernah sedikitpun membenci pria itu. Bagi Jeongwoo, Haruto tidak bersalah, pun juga Haruto adalah seorang anak yang dulunya sama-sama kehilangan kasih sayang dari sosok seorang ayah.

Pulang ; Jeongkyu (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang