03

1.4K 250 84
                                    

Kesal. Satu kata itu menggambarkan perasaan Junkyu saat ini.

Bagaimana tidak? Selama empat hari berturut-turut, rumah Junkyu kerap kali ditandangi oleh seorang kurir yang selalu membawakan barang berbeda bertuliskan nama, dan alamat lengkap kediaman Junkyu.

Sialnya, orang-orang yang bekerja untuk mengirimkan barang itu tak pernah mau memberitahu Junkyu terkait siapa yang sudah mengirimkan paket ini untuknya.

Beberapa barang itu kini teronggok begitu saja diatas meja. Junkyu menelitinya satu persatu.

Jika diperhatikan, setiap barang yang dikirimkan itu selalu meninggalkan pesan bertuliskan 'untuk Junghwan'.

Junkyu merasa was-was pada awalnya. Ia takut jika Junghwan terlibat masalah besar disekolah, yang membuatnya harus menerima teror-teror kaleng yang datang kerumahnya beberapa hari ini.

Tapi mana ada teror kaleng yang berisikan barang-barang mahal seperti sepatu, jam tangan, dan tas sekolah? Terlalu berlebihan jika Junkyu harus mengira semua ini adalah akal-akalan seseorang yang memiliki maksud jahat.

"Junghwannie lagi apa?" Tanya Junkyu sambil mengelus puncak kepala sang adik yang tengah tersenyum sambil menatap ponselnya.

"Lagi foto inii" Junghwan menunjukkan hasil jepretannya pada Junkyu, membuat sang kakak hanya meresponnya dengan anggukan samar.

"Junghwan suka banget sama sepatunya ya?"

Junghwan sontak menggangguk cepat, sangat kentara jika perasaan adik tercintanya sedang dalam keadaan baik.

"Kira-kira siapa ya kak yang kasih kiriman barang ini setiap hari ke kita? Kenapa orang itu harus diem-diem kayak gini deh, aku juga kan mau berterima kasih langsung sama dia kalo suatu saat aku ketemu orang itu"

Junkyu menggendikkan bahu, ia juga tidak tahu harus memberikan jawaban semacam apa pada adiknya. Hanya saja, Junkyu masih melarang Junghwan untuk jangan dulu memakai semua barang-barang mahal itu, dan Junkyu selalu berkata

"tunggu sampai orang itu datang nemuin kita, kakak gak mau ya kalo ternyata ini tuh strategi marketing seseorang buat jebak kita yang miskin ini supaya bayar semua barang-barang mahal ini"

Junghwan selalu dibuat terkekeh ketika mengingat bagaimana ekspresi kakaknya saat mengatakan itu. Parnoan sekali sih, pikirnya.

Hingga Junghwan memutuskan untuk mengunggah hasil jepretannya disosial media, ia berharap melalui unggahan-unggahan yang dilakukannya beberapa hari ini dapat dilihat langsung oleh si orang baik hati itu. Meskipun Junghwan tidak yakin jika orang tersebut tahu jejaring akun sosial media miliknya.

Anggap saja sebagai ungkapan rasa terima kasihnya yang entah harus ia katakan pada siapa.

Anggap saja sebagai ungkapan rasa terima kasihnya yang entah harus ia katakan pada siapa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Pulang ; Jeongkyu (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang